Life

6 Mutiara Hikmah Tentang Kemuliaan Hidup Untuk Meningkatkan Derajat Keimanan

Hidup dihargai dan dipercaya oleh orang lain itu sebuah kebahagiaan. Sebuah kemuliaan dalam hidup di masyarakat. Tidak ada hal yang negatif terjadi di sekitar kita. Semua diperoleh dengan berbuat baik dari dalam hati yang terdalam.

Untuk mencapai derajat tersebut diperlukan banyak hal. Tidak hanya berperilaku baik. Berlaku bijaksana, bersikap adil juga termasuk hal yang meninggikan derajat kemuliaan kita. Namun, hal itu sulit dikerjakan. Tidak semua bisa diraih. Ada saja hal-hal buruk terjadi. Tapi bagaimana pun, jangan pernah mengendorkan keimanan kita kepada Tuhan.

Untuk meningkatkan derajat keimanan, berikut penulis sampaikan 6 mutiara hikmah tentang kemuliaan hidup.

1. Mempunyai adab dan bersikap adil

Semulia-mulia manusia ialah siapa yang mempunyai adab, merendahkan diri ketika berkedudukan tinggi, memaafkan ketika berdaya membalas dan bersikap adil ketika kuat. (Abdul Malik bin Marwan)

Orang memiliki derajat mulia itu memiliki adab. Adap itu sopan santun. Contoh kecil saja. Belajar di sekolah itu adabnya menghormati guru. Mendengarkan apa yang disampaikan. Mengerjakan apa yang diajarkan dan mengamalkan ilmu yang telah dipelajari. Tanpa adab yang ada hanya perilaku buruk.

Kedua, merendahkan diri ketika berkedudukan tinggi. Ini yang jarang terjadi. Saat berada di puncak kekuasaan orang cenderung berbuat semena-mena menggunakan pengaruh dan kekuasaan. Mereka lupa jika kedudukan tinggi hanya sementara. Atau malah mereka paham hal itu sementara sehingga memanfaatkannya untuk memperkaya dan berusaha melanggengkannya. Intinya merendahkan diri dan tidak sombong sebab kedudukan tinggi hanya titipan sementara.

Ketiga, memaafkan ketika berdaya membalas. Saat kita dihina, disakiti dan dicacimaki membuat hati terasa sesak dan sakit. Saat memiliki kuasa untuk membalas, biasanya mereka membalas. Maaf, jangan membalas ketika kita memiliki kesempatan. Biarkanlah. Maafkanlah. Sebab walau kau diam dan tidak membalas, mereka yang menghina, mengejek dan mencaci kita, mereka akan malu sendiri dan takut. Jadi maafkanlah ketika berdaya membalas.

Keempat, bersikap adil ketika kuat. Ini juga hal yang sulit. Saat berkuasa, bersikap adil. Apalagi saat menjadi hakim. Harus bersikap adil. Jangan sampai yang salah dimenangkan dan yang benar disalahkan. Dunia jadi terbalik. Penuh dosa dan janganlah dilakukan jika ingin memperoleh derajat mulia.

Baca Juga:

2. Kegagalan dalam kemuliaan lebih baik.

Kegagalan dalam kemuliaan lebih baik daripada kejayaan dalam kehinaan. Memberi sedikit dengan ikhlas pula lebih mulia dari memberi dengan banyak tapi diiringi dengan riya’ (pamer).

Hal selanjutnya ialah gagal dalam kemuliaan lebih baik dari kejayaan dalam kehinaan. Contohnya, ketika kita ikut tes pegawai negeri. Gagal dalam tes tapi berlaku jujur itu lebih baik. Lebih mulia dari lolos tes PNS tetapi hasil kongkalikong alias nyogok menggunakan uang dan kekuasaan. Kita banyak tahu dari berita bahwa untuk menjadi pegawai harus setor berapa juta. Itu hal yang hina walaupun berhasil mendapatkan jabatan. Lebih baik gagal tan tetap mulia sebab tidak berbohong dan tidak berlaku curang.

Sementara memberi sedikit dengan ikhlas lebih baik dari memberi banyak dengan pamer. Kita tahu di masyarakat hal itu banyak terjadi. Biar dikatakan dermawan. Biar dikenal sebagai filantropis. Sebenarnya memberi sedikit ikhlas itu lebih baik daripada memberi banyak biar orang tahu alias riya’ atau pamer. Ingat tangan kanan memberi tangan kiri jangan sampai tahu.

3. Wanita cantik tanpa pribadi mulia ibarat kacamata

Wanita yang cantik tanpa pribadi yang mulia umpama kaca mata bersinar-bersinar, tetapi tidak melihat apa-apa.

Kepribadian mulia harus dimiliki setiap orang. Seorang yang biasa tapi berkepribadian mulia itu lebih baik. Karena seorang yang berkepribadian buruk walau  berwajah ganteng atau cantik itu tidak ada artinya. Sebab kecantikan dan kegantengan hanya bertahan sementara waktu. Setelah umur bertambah kecantikan akan hilang. Muka akan kisut dan hilang semua kebanggaan. Tetapi pribadi mulia akan tetap dikenang abadi.

Baca Juga:

4. Kemuliaan dunia hanyalah kebanggaan kosong.

Apa arti kemuliaan di dunia ini selain keangkuhan, kebanggaan kosong dan jenjang menuju ke kehancuran. (Agustinus)

Ketika berpikir kemuliaan hidup di dunia sebagai sesuatu yang abadi ternyata hanyalah semu. Kemuliaan yang sebenarnya ada di akhirat kelak. Saat merasa mendapatkan kemuliaan di dunia, timbullah sifat angkuh dan sombong. Lihatlah berapa banyak orang yang terlihat angkuh saat memiliki jabatan, berbuat sewenang-wenang.

Padahal jika kita mau merenung sejenak, kiat menemukan bahwa kemuliaan dan jebatan itu hanyalah kebanggaan kosong dan jalan menuju kehancuran. Lihatlah saat mereka angkuh dengan jabatan dan kekayaannya, Tuhan mengambilnya dalam sekejab. Entah dengan kecelakaan, kebakaran, banjir, tanah longsor dan gempa. Untuk itulah, mari berlaku rendah hati dan mencoba meraih kemuliaan di akhirat.

5. Memaafkan orang meningkatkan kemuliaan

Ada tiga hal yang meningkatkan kemuliaan seseorang: memaafkan orang lain dan menghilangkan bekas-bekas kesalahannya; memberi sesuatu kepada orang lain yang tidak memberi sesuatu kepadanya; dan menghubungkan silaturahmi dengan orang yang memutuskannya. (Ahmad bin Ismail)

Menurut Ahmad bin Ismail ada tiga hal meningkatkan kemuliaan seseorang. Pertama, memaafkan orang lain dan menghilangkan bekas-bekas kesalahannya. Inilah yang sulit dalam hidup. Memaafkan orang lain. Kalau meminta maaf itu mudah. Namun, memberi maaf atau memaafkan itu yang sukar dan berat hati. Begitu juga menghilangkan bekas kesalahannya.

Kebanyakan rasa sakit diejek dan dihina orang itu sangat mendalam. Bahkan bisa menimbulkan dendam berkepanjangan dan menimbulkan sakit hati. Untuk itulah, janganlah memikirkan untuk membalas dendam. Biarkan saja dan maafkanlah kesalahan orang lain serahkan pada Tuhan. Nanti kita akan tenang dan damai. Bebas dari penyakit hati.

Kedua, memberi sesuatu kepada orang lain yang tidak pernah memberi sesuatu. Ini yang sulit. Memberi sesuatu pada orang yang pernah memberi berarti membalasnya. Kebaikan dibalas kebaikan. Namun, memberi kepada orang yang tidak pernah memberi itu lebih mulia. Misal, kita memiliki makanan dan kita memberikannya pada orang lain. Jika diberikan pada orang yang pernah memberi pada kita, itu biasa. Namun, jika kita memberi makanan pada orang yang tidak pernah memberi, orang tersebut akan sangat senang. Itulah derajat kemuliaan  diperoleh.

Ketiga, menghubungkan silaturahmi pada orang yang memutuskan. Ini juga sangat berat dilaksanakan. Apalagi ada permasalahan sebelumnya. Untuk itu lebih baik, kita bersilaturahmi kepadanya. Dengan bersilaturahmi beban dan ketegangan bisa berkurang sehingga menambah derajat kemuliaan kita. Janganlah angkuh. Cobalah merendah dan berdamai dengan keadaan maka hidup ini akan demai dan tenteram.

Baca Juga:

6. Membalas kejahatan dengan kebaikan itu mulia

Jika kejahatan dibalas kejahatam, maka itu adalah dendam. Jika kebaikan dibalas kebaikan, itu adalah perkara biasa. Jika kebaikan dibalas kejahatan,  itu adalah zalim. Tapi, jika kejahatan dibalas kebaikan, itu adalah mulia dan terpuji. (La Rkche)

Mencapai derajat mulia, sungguh sebuah kenikmatan. Jika kita membaca kata mutiara hikmah dari La Roche di atas, kita tahu siapa diri kita. Jika kejahatan dibalas kebaikan itu mulia dan terpuji. Inilah hidup yang sulit. Biasanya kejahatan dibalas kejahatan.

Mau meningkatkan derajat kemuliaan kita, janganlah berbuat kejahatan. Semua hal balaslah dwngan kebaikan. Semoga kita bisa selalu berbuat kebajikan.

Dsmikian 6 mutiara hikmah tentang kemuliaan hidup untuk meningkatkan derajat keimanan. Semoga bermanfaat dan membawa pencerahan di hati kita. Salam literasi.

Baca Juga: 10 Mutiara Hikmah Tentang Kematian, Untuk Perenungan Hidup Yang Lebih Baik

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button