6 Istilah Dalam Psikologi Ini Membuatmu Tampak Semakin Berwawasan


Ilustrasi istilah dalam psikologi (pixabay.com/ johnhain)

Semua manusia pasti pernah mengalami sebuah kondisi berupa kejadian ataupun perasaan. Dan ternyata, kondisi-kondisi tersebut memiliki nama atau pengistilahan yang terdengar elegan dan memiliki daya tarik tersendiri ketika mendengarnya.

Berikut ini pembahasan selengkapnya mengenai enam istilah dalam psikologi yang tak hanya bagus dari segi penamaan, tapi sekaligus mampu menambahkan insight baru pada dirimu.

1. Paranoia

Kamu mungkin tak asing lagi jika mendengar tuduhan atau sindiran dari sahabat, teman dekat, atau rekan sejawat dengan kalimat-kalimat seperti ‘ah, lo parno-an orangnya!’, ‘jangan parno gitu’, dan ‘duh pusing temenan sama lo, parno-an terus!’

Kata ‘parno’ yang beredar di kalangan pertemanan sendiri sejatinya diambil dari istilah Paranoia. Arti paranoia adalah sebuah perilaku berupa ketakutan atau kecurigaan baik pada suatu kondisi maupun orang lain yang belum dapat dipastikan kebenarannya tapi kerap mengusik pikiran sehingga menciptakan delusi-delusi yang semakin membuat pikiran menjadi kalut.

Ketika memiliki ketakutan yang berlebihan, seorang paranoia akan terus merasa terganggu dan tidak tenang dengan ciri-ciri ekspresi seperti gusar, kaku, keringat dingin, dan terkaget-kaget walau tidak ada sutau hal yang begitu menggemparkan sedang terjadi.

Namun, paranoia juga memiliki manfaatnya tersendiri bagi yang sering mengalaminya, yaitu dapat melindungi seseorang dari marabahaya. Hal itu tak lain dikarenakan adanya perwujudan dari sebuah perasaan yang selalu was-was dan berjaga-jaga dalam setiap keadaan, sehingga akan meningkatkan kepekaan dalam bertahan hidup serta terhindar dari ancaman secara tidak langsung.

Jika paranoia dirasa merugikan diri sendiri dan malah semakin parah, hal yang perlu dilakukan ialah berusaha untuk mencari dukungan dari orang-orang terdekat, serta melakukan terapi perilaku kognitif dan obat-obatan dari ahli yang terpercaya.

Baca Juga:

2. Solipsism

Perilaku ini menunjukkan seseorang yang hanya bergantung terhadap kepercayaannya sendiri saja atau hal-hal yang pernah dibuktikan berdasarkan pengalaman pribadinya.

Biasanya orang yang memiliki sisi silopsisme akan cenderung diam dan memperhatikan ketika menyaring sebuah informasi yang sebenarnya valid dan benar-benar telah terjadi, atau bukan hanya ‘omong kosong’ belaka. Namun, mereka akan memilih percaya pada pemikirannya dan teguh dengan pendiriannya sebelum memang benar-benar tejadi di dalam kehidupannya.

3. Schadenfreude

Istilah dalam psikologi ini berasal dari Jerman di pada tahun 1740-an, dan memang cukup sulit dituturkan oleh lidah orang Indonesia maupun beberapa orang di belahan bumi lainnya.

Apakah kamu pernah melihat orang-orang di sekitarmu begitu semringah, senang, bahkan ada kelegaan yang terpancar dari raut wajahnya di saat dirimu sedang tertimpa musibah, kemalangan, terhina, dan mengalami rasa sakit? Atau mungkin, kamu sendiri pelakunya?

Ya, itu tadi merupakan sekilas penjabaran ciri dari cerminan perilaku Schadenfreude. Orang Indonesia sendiri mengenal pengistilahannya ini dengan sebutan ‘senang melihat orang lain susah, susah melihat orang lain senang’.

Menurut sebuah penelitan, Schadenfreude terjadi pada mereka yang memiliki tingkat kepercayaan diri rendah sehingga adanya sebuah persepsi kesamaan derajat dan tidak melebihi dari posisi mereka sendirilah yang akan menumbulkan perasaan senang.

4. Jouska

Jouska ialah sebuah kondisi psikologis ketika kamu berbicara pada diri sendiri di dalam pikiran dan batinmu.

Istilah dalam psikologi yang dikenal dengan sebutan berdistraksi atau self talk ini biasanya terjadi di saat manusia sedang ingin menyendiri, dan tanpa dikoordinir terjadi peracakapan di dalam pikiran, baik itu berupa analisis, dialog, ataupun opini.

Anehnya, Jouska juga bisa membuatmu bertengkar dengan diri sendiri karena adanya perbedaan pandangan atau pendapat dari suara-suara yang menggeranyangi pikiran. Dengan kata lain seperti kamu berpendapat sendiri tapi malah didebat sendiri juga.

Selain itu, ada dua macam jenis Jouska, yaitu jouska positif dan jouska negatif. Jouska positif mampu membangkitkan rasa gairah untuk bangkit dan semangat setelah mengambil kesimpulan dari perdebatan di dalam kepala. Sedangkan jouska negatif adalah kebalikannya, yaitu membuat dirimu ragu akan keputusan selanjutnya karena pikran yang terus memberikan ketetapan negatif sehingga berakhir dengan perasaan pesimis.

Jika kondisi diri selalu diterkam oleh jouska negatif, ada baiknya kamu membasminya dengan sikap optimis untuk merubah segala keraguan menjadi sesuatu hal yang lebih baik, menumbuhkan motivasi dengan kalimat-kalimat positif, dan jangan lupa tetap mengendalikan diri dari perasaan yang bisa menjerumuskan ke dalam situasi yang semakin pelik.

5. Lethologica

Pada suatu hari kamu dan sekelompok temanmu sedang asyik berbincang-bincang sembari menikmati waktu bermain. Lalu, di tengah-tengah jeda kamu ingin memberi sebuah informasi. Namun, entah mengapa sumber kata yang akan dilontarkan malah sulit terucap, seakan-akan tertahan di ujung lidah. Kamu pun jadi kesal sendiri, dan teman-temanmu juga pasti terheran-heran dengan respon yang beragam seperti ikut-ikutan kesal atau malah terpingkal-pingkal karena tak tahan melihat mimik sebalmu akibat informasi yang tiba-tiba macet.

Nah, fenomena kesulitan menyampaikan sebuah kata dari suatu informasi yang sudah terekam sebelumnya di memori inilah yang dinamakan Lethologica.

Faktor penyebab dari istilah kondisi yang mulai dikenal sejak abad ke-20 ini ialah kelelahan otak pada bagian tempat penyimpanan memori untuk pengolahan bahasa (neocortex) sehingga seseorang bisa terlupa dengan sebuah kata yang akan diluncurkan keluar melalui mulutnya.

Adapun pencegahan agar tidak terjebak di situasi yang bisa membuat malu ini ialah dengan mengalihkannya segera pada sinonim dari kata yang terlupa sehingga suasana akan tetap kondusif dan tidak canggung, menenangkan pikiran dan membuatnya rileks, perbanyak membaca buku agar lebih memperkayakosakata, mengulang kata-kata yang sering terlupa, dan meluangkan waktu untuk melepas stres.

Baca Juga:

6. Accismus

Kamu yang sedang melewati masa-masa remaja dan pubertas atau sudah pernah melaluinya pasti pernah mengalami kejadian Accismus ini.

Accismus sendiri yaitu sebuah kondisi ketika seorang individu berpura-pura tidak tertarik pada orang lain atau suatu hal tertentu, padahal kenyataannya ada perasaan suka dan sangat tergila-gila di lubuk hati yang paling dalam.

Sebenarnya, tidak ada masalah, kerugian, atau hal-hal yang berbahaya ketika kamu berada di posisi Accismus ini. Namun, jujur terhadap perasaanmu sendiri akan jauh lebih baik, bukan?

Itu dia keenam istilah dalam psikologi yang dapat membuatmu semakin berwawasan. Tentu akan semakin bermanfaat jika pengetahuan tersebut dibagikan ke orang banyak seiring meningkatkan kesadaran untuk mengidentifikasi kondisi-kondisi yang terjadi dari berbagai istilah dalam psikologi di atas.

Baca Juga: Membongkar Misteri Kesurupan: Benarkah Ada Pengaruh Gaib atau Hanya Ilusi Psikologis?

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.


Like it? Share with your friends!

Emperor