5 Pesepak Bola yang Pergi untuk Kembali
Semegah apa pun tempat orang, seindah apa pun negara lain, pada akhirnya rumah adalah tempat kita untuk pulang. Karena dari rumahlah kita belajar dan mengawali semuanya.
Sepak bola juga masih memegang teguh ungkapan itu. Setiap pemain bisa pergi untuk meningkatkan level atau sekadar mencari petualangan baru.
Memang, tidak jarang mereka meraih puncak kesuksesan di perantauan. Namun, setiap perjalanan karier selalu punya ujungnya. Dan banyak dari mereka memilih mengakhiri semua itu di klub tempat di mana mereka mengawali semua.
Sudah sangat banyak pesepak bola yang memilih kembali ke klub asal. Kebanyakan dari mereka memang sudah berusia senja dan ingin mengakhiri semuanya di tempat mereka memulai.
Uniknya, hubungan pemain dengan klub asal tak pernah memudar, selama dan sejauh apa pun mereka berpisah. Klub akan selalu membuka pintu lebar-lebar untuk pemain-pemain asli didikan.
Berikut adalah lima pemain yang memilih kembali ke klub lamanya setelah melanglang buana!
1. Pepe Reina
Mantan kiper timnas Spanyol adalah nama paling anyar yang pulang kampung. Dia baru saja diumumkan sebagai pemain baru Villarreal.
Sebagai informasi, Villarreal memang bukan tempat Reina belajar. Dia adalah lulusan akademi La Masia milik Barcelona. Tapi sang kiper tidak pernah mendapat kesempatan tampil di tim utama.
Pada 2002 Pepe Reina hengkang ke Villarreal dengan banderol 750 ribu euro. Di sana pula dia merasakan level profesional untuk pertama kalinya. Seiring berjalannya waktu level Reina terus menanjak hingga memperkuat beberapa klub besar.
Mulai dari Liverpool, Napoli, Bayern Munich, AC Milan, Aston Villa, hingga Lazio dia perkuat. Setelah dua dekade merantau, Reina memutuskan pulang. Demi kembali ke El Madrigal dia rela memutus kontraknya dengan Lazio yang menyisakan satu tahun lagi.
2. Gianluigi Buffon
Tak perlu ditanyakan lagi level kesetiaan Gianluigi Buffon. Dia adalah salah satu bintang yang bertahan di Juventus saat klub terdegradasi ke Serie B hampir 20 tahun silam.
Hampir 30 tahun berkarier di level profesional, Buffon hanya memperkuat tiga klub. Yakni Parma, Juventus, dan Paris Saint-Germain.
Kesuksesan pertama dia raih bersama Parma, yang juga klub kampung halaman. Setelah memberikan trofi untuk I Gialloblu, dia sukses besar bersama Juventus selama 20 tahun pengabdian. Sempat mencoba peruntungan di Prancis bersama PSG, sang legenda akhirnya kembali lagi ke Turin.
Akan tetapi, periode kedua bersama Juventus terasa berbeda. Gianluigi Buffon bukan lagi pilihan utama. Merasa masih mampu bermain kendati sudah berkepala empat, Gigi memutuskan kembali ke tempat dia mengawali karier hebatnya.
Musim lalu Buffon pulang ke Parma. Kepulangan sang legenda disambut gegap gempita segenap fans I Gialloblu. Puluhan ribu tifosi menuggunya di Ennio Tardini. Suasana semakin romantis tatkala dia bertemu lagi dengan pelatih kiper akademi Parma, Ermes Fulgoni.
Kehebatan Buffon, puluhan trofi yang telah diraih dan status legenda yang disandang tidak membuatnya ragu untuk mengabdi lagi di Ennio Tardini. Sekali pun mereka hanya berlaga di Serie B.
Baca Juga: 5 Klub yang Diprediksi Juara Liga Champion UEFA (UCL) Musim 2022- 2023
3. Giuseppe Meazza
Namanya kini abadi sebagai rumah bersama Inter Milan dan AC Milan. Giuseppe Meazza salah satu legenda terbesar yang pernah dimiliki Italia dan Inter. Atas pengabdian itulah namanya diabadikan sebagai nama stadion.
Uniknya, Meazza mencoba peruntungan pertama di akademi AC Milan. Tapi pemandu bakat klub menilai dia tidak cukup hebat. Lalu pada 1924 dia masuk akademi Inter. Sisanya kemudian sejarah.
Sukses bersama I Nerazzurri, Giuseppe Meazza akhirnya hengkang ke AC Milan 1940 silam. Tapi keluar dari Inter mengawali karier-karier singkatnya.
Hanya dua musim dia memperkuat Milan. Lalu Meazza masing-masing semusim berseragam Juventus, Varese, serta Atalanta.
Tepat pada musim panas 1945 dia kembali mengabdi untuk Inter Milan. Dan di satu-satunya klub yang berhasil dibawa meraih trofi itulah Giuseppe Meazza pensiun setahun setelahnya.
4. Andriy Shevchenko
Andriy Shevchenko adalah legenda terbesar yang dimiliki Ukraina. Pengabdiannya untuk sepak bola tak hanya sebagai pemain. Tapi juga pelatih. Bahkan saat menangani negara ia berhasil membawa Ukraina menembus Euro 2020.
Semasa bermain dia bomber mematikan. Kehebatannya sudah tampak kala masih bersama Dynamo Kiev. Dari sana bakatnya tercium AC Milan. Puncaknya terjadi 1999 silam kala Milan menggaetnya dengan banderol 24 juta euro. Harga yang tinggi untuk saat itu.
Keberanian I Rossoneri membuahkan hasil. Semua trofi bergengsi berhasil diraih. Mulai dari Serie A, Liga Champions, Coppa Italia, hingga Piala Super Eropa.
Bersama Milan pula ia mencapai puncak karier dengan trofi Ballon d’Or 2004 sebagai bukti. Tapi Shevchenko tidak pernah melupakan dari mana dia berasal.
Setelah berpetualang di Eropa daratan bersama AC Milan dan Chelsea, Andriy Shvechenko pulang ke Dynamo Kiev pada 2009. Pada periode kedua di klub asal dia mampu bermain selama tiga musim sebelum memutuskan pensiun 2012.
5. Joaquin Sanchez
Damainya suasana rumah juga dirasakan betul oleh Joaquin Sanchez. Sudah berusia 40 tahun dia masih memimpin Real Betis di level teratas.
Saat ini dia tercatat sebagai pemain tertua di La Liga. Belum ada pula tanda-tanda sang winger akan pensiun dalam waktu dekat setelah memperpanjang kontrak.
Joaquin Sanchez sudah berada di akademi Betis sejak berusia 15 tahun. progresnya terbilang cepat karena hanya semusim saja berada di Real Betis B.
Sebagaimana pesepak bola pada umumnya, dia pindah untuk mengembangkan karier. Hebatnya, tiap klub yang disinggahi selalu cocok dengan karakternya. Di Valencia, Malaga, dan Fiorentina, dia selalu diandalkan.
Bepergian selama sembilan tahun dirasa cukup untuk eks timnas Spanyol. Dari Real Betis dia pun kembali untuk Real Betis. Musim panas 2015 dia diperkenalkan untuk kedua kalinya oleh Los Verdiblancos.
Real Betis bukanlah klub besar. Pun Joaquin Sanchez yang tidak bergelimang gelar. Tapi bersama Betis, Joaquin meraih trofi perdana saat memenangi Copa del Rey 2004-2005.
Sama halnya dengan sang klub. Kepulangan sang kapten menyudahi dahaga gelar selama 17 tahun saat menjuarai Copa del Rey untuk ketiga kalinya musim lalu.
Baca Juga: 4 Alasan Klub di Spanyol Menggunakan Nama Real dan Lambang Mahkota
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.