Kehadiran tools artificial intelligence (AI) dalam kehidupan, memang sangat membantu berbagai pekerjaan manusia. Dengan artificial intelligence, manusia dapat berkerja secara efiektif dan efisien. Bahkan di beberapa sektor, kahadiran artificial intelligence dapat menggeser fungsi tenaga kerja manusia.
Salah satu hal kehadiran AI yang mampu menggeser fumgsi manusia adalah menulis. Dengan bantuan AI, penulis dapat mengerjakan karyanya dalam hitungan menit bahkan detik. Bahkan dalam beberapa jam, seorang penulis dapat menyelesaikan puluhan tulisan.
Namun, tulisan yang berasal dari konten AI, gaya bahasanya terstruktur sangat rapi, namun kaku dan sangat robotic. Jika seluruh tulisan menggunakan tools AI, kehadiran jiwa penulis tidak ada dalam artikel tersebut, dan tulisan yang kamu juga tidak manusiawi.
Artikel yang dihasilkan AI, juga berdampak buruk terhadap SEO bagi pengembang blog. karena Google menganggap konten AI sebagai spam dan melanggar pedoman webmaster mereka, Seperti apa yang dituliskan oleh Advokat Penelusuran Google, John Mueller.
Apalagi dalam tulisan artikel bertema tertentu, yang sangat membutuhkan pengalaman dan imajinasi penulis, sangat tidak disarankan untuk menggunakan tools AI. Karena tema-tema seperti ini, sangat membutuhkan kehadiran jiwa penulis dalam karya tulisannya. Berikut, beberapa tema artikel yang disarankan tidak menggunakan tools AI.
1. Tema artikel wisata
Artikel dengan tema wisata merupakan karya tulis yang memperkenalkan suatu tempat atau objek wisata. Untuk menulis artikel dengan tema ini, seharusnya penulis sudah pernah mengunjungi atau setidaknya pernah mendengar dari seseorang mengenai tempat wisata tersebut.
Dalam artikel dengan tema ini, biasanya penulis menggambarkan keindahan alam, pesona, daya tarik dari tempat wisata itu sesuai dengan pengalaman penulis, dan ditambahkan beberapa diksi.
Jika artikel dengan tema wisata diserahkan kepada AI, seperti chat GPT misalnya, maka bahasa dalam artikel yang keluar dari AI terlihat sangat aneh. Mungkin akan ada kesamaan tulisan di beberapa artikel yang menggunakan tools AI, walaupun judul yang berbeda.
Misalnya, Si A menulis artikel tentang Kebun Binatang Ragunan. Dan Si B menulis artikel tentang Kebun Binatang Surabaya. Si A dan B, sama-sama menggunakan tools AI untuk menulis artikel. Maka hasilnya, 80% artikel yang dibuat oleh A dan B akan sama. Padahal Kebun Binatang Ragunan dan Kebun Binatang Surabaya, sangat berbeda dari penampilan, bangunan, jenis binatang, ataupun fasilitas yang ada.
Baca Juga:
2. Tema Artikel kuliner
Artikel dengan tema kuliner merupakan salah satu tema favorit untuk beberapa penulis. Penulis bisa menulis tentang makanan khas suatu daerah, kuliner-kuliner yang sedang kekinian, ataupun juga resep masakan.
Namun, jangan sekali-kali kamu menggunakan tools AI untuk menulis artikel dengan tema kuliner. Tools AI merupakan alat, yang tidak bisa merasakan kelezatan atau cita rasa dari berbagai makanan.
Dari artikel dengan tema kuliner, para pembaca seharusnya bisa membayangkan kelezatan dan cita rasa sebuah makanan yang dituangkan ke dalam tulisan. Untuk itu, penulis seharusnya sudah pernah memakan atau mencicipi kuliner tersebut, agar tercipta sebuah tulisan yang mampu menggambarkan rasa dari makanan tersebut.
Demikian juga dengan menulis resep makanan, tools AI merupakan alat yang menyerap berbagai artikel dari jutaan orang. AI bukanlah seorang koki dan tidak pernah memasak, mencicipi makanan, sehingga dikhawatirkan akan terjadi salah saji dalam praktiknya.
3. Tema Artikel tentang kehidupan
Banyak topik-topik dan judul yang bisa kamu tulis di dalam artikel dengan tema kehidupan. Misalnya kamu bisa menulis tentang percintaan, hubungan keluarga, atau tentang berbagai macam permasalahan dalam kehidupan manusia.
Untuk menulis artikel dengan tema ini, membutuhkan pengalaman diri sendiri ataupun cerita dari teman, orang tua, anak, psikolog, dan lain sebagainya.
Bagaimana mungkin jika artikel dengan tema seperti ini, kita serahkan kepada tools AI untuk menulis. AI bukanlah manusia yang pernah merasakan cinta, sedih, senang, sakit hati, tertawa bahagia, dan lain sebagainya.
Dikhawatirkan, jika penulis menggunakan tools AI, pembaca yang mengikuti akan semakin tersesat. semakin tenggelam dalam permasalahan, semakin terpuruk, dan tidak bisa bangkit.
Penulis seharusnya mendapatkan sumber artikel dari pengalaman sendiri, pengalaman orang lain yang merasakan, ataupun sumber artikel dari seorang psikolog.
4. Tema artikel tentang review karya seni
Untuk artikel dengan tema review sebuah karya seni seperti review novel, film, ataupun musik, merupakan karya tulis yang bersifat personal atau individu. Penilaian atau review dari kamu atau orang lain adalah berbeda. Misal, orang lain menilai film 13 bom di Jakarta adalah menarik dengan nilai yang tinggi, sedangkan kamu menilai film tersebut tidak menarik dan bernilai rendah.
Penilaian tersebut adalah relatif, tergantung dari sudut mana penulis menilai. Seperti kita melihat kecantikan seorang wanita.
Jika artikel dengan teman review sebuah karya seni diserahkan kepada tools AI, maka hasilnya akan tidak objektif. Mungkin penilaian dari tools AI akan bersifat rata-rata dan datar. Hasilnya tidak akan sama dengan penulis yang sudah menonton film atau membaca novel, yang secara individual akan terbawa emosinya pada saat menonton film atau membaca sebuah novel.
Baca Juga:
5. Artikel dengan tema berita
Artikel dengan tema seperti ini, mutlak tidak boleh menggunakan tools AI dalam penulisannya. Penulis harus mencari sumber berita, melihat langsung, atau wawancara dengan saksi di lokasi berita.
Penulis juga harus cross check atau memverifikasi, membandingkan informasi atau data dengan sumber lain untuk memastikan keakuratan dari berita tersebut.
Jadi, tools AI dilarang untuk digunakan untuk artikel dengan tema berita, karena keakuratan datanya masih harus di cross check kembali.
Itulah beberapa tema artikel yang disarankan tidak menggunakan tools AI. Jadi, pergunakanlah tools AI untuk menulis dengan bijak, karena tidak semua pekerjaan menulis dapat dikerjakan melalui tool AI.
Baca Juga: 7 Manfaat Kecerdasan Buatan (AI) Bagi Generasi Muda Indonesia