Detoks Media Sosial Setelah RUU TNI Disahkan, Hari-hari Penuh Kecemasan

Politik dan Indonesia Gelap adalah salah satu topik trending yang menghiasi media sosial beberapa hari terakhir. Isu revisi RUU TNI, dampak ekonomi, demokrasi, kekerasan aparat, hingga ancaman kebebasan berpendapat, telah menjadi sorotan dari masyarakat luas.
Walau topik ini tidak pernah sepi dibahas berbagai lapisan masyarakat, tapi belakangan ini tensinya menjadi meningkat drastis. Terlebih kejadian ini juga menjadi sorotan bagi jurnalis dan bidang literasi.
Edukasi Politik di Media Sosial
Tak heran bila di berbagai media sosial edukasi mengenai politik pun kian masif disuarakan. Hal ini bertujuan agar masyarakat awam juga paham mengenai isu yang sedang ramai dibicarakan. Mulai dari akar masalah hingga dampak yang ditimbulkannya di berbagai bidang juga dibahas oleh berbagai disiplin ilmu.
Di era digital seperti sekarang, penyebaran informasi tentang konten edukasi seperti ini memang lebih cepat sampai ke tangan masyarakat. Namun meski awalnya berniat baik dan tidak ada salahnya, ternyata penyebaran informasi atau edukasi seperti ini ternyata tidak selamanya baik, lo.
Baca Juga:
Kecemasan di balik isu politik yang ramai dibicarakan
Saat ada suatu isu sedang ramai dibicarakan, banyak orang membuat konten sejenis untuk menarik engagement. Namun ternyata, tidak semua orang mampu untuk menerima dan menyerap informasi terlalu banyak.
Meski awalnya terbantu untuk bisa memahami topik yang sama sekali tidak ia kuasai atau sukai, masifnya konten seperti ini sedikit banyak bisa membuat seseorang lambat laun merasa terganggu.
Sehingga menurut Instagram @analisa.widyankngrum, hal ini bisa mempengaruhi psikologis seseorang untuk terserang cemas, takut, hingga panik. Bahkan sadar tidak sadar, banyak orang saling menyebarkan kecemasannya dan membuat orang lain semakin merasa buruk akan apa yang dirasakannya saat ini.
Emosi seperti ini kemudian bisa memicunya overthinking akan sesuatu yang padahal belum pasti terjadi dan belum tentu seburuk yang dipikirkan.
Selanjutnya, kecemasan dan kepanikan ini juga bisa menurunkan produktifitas dan kreativitas seseorang. Karena pikirannya menjadi tidak fokus sehingga sulit untuk berkonsentrasi.
Ia pun bisa berpotensi ‘stuck’ dan ‘blank’ karena pikirannya terfokus pada isu yang semakin hari semakin meresahkan. Terlebih di momen puasa dan lebaran seperti sekarang, biasanya harga bahan pokok mulai melambung. Sehingga membuat banyak orang semakin bingung akan kondisi ekonomi ke depan.
Selain itu, banyaknya konten dengan tema sejenis juga bisa membuat seseorang merasa bosan. Walau ia tidak terganggu secara psikologis, tapi menerima paparan media yang sama secara terus-menerus tentu akan membuatnya jenuh. Terlebih topik tersebut sebelumnya tidak ia sukai.
Belum lagi kalau kita ikut terprovokasi atas suatu informasi yang belum pasti kebenarannya. Karena tak jarang ada beberapa pihak yang sengaja memanfaatkan kesempatan ini untuk asbun atau menyebarkan hoax.
Baca Juga:
Detoks media sosial untuk atasi kecemasan
Oleh karenanya, di era digital ini kita harus bisa mengenali diri sendiri untuk bisa membangun batasan dan memfilter konten yang dinikmati. Bukan karena apatis tapi sebagai bentuk menyayangi diri sendiri.
Karena seperti yang disebut di awal, tidak semua orang mampu menampung informasi yang terlalu banyak. Apalagi kalau di antaranya ada nada provokasi, hoax, adu domba, kemarahan, dan hal toksik lainnya.
Detoks media sosial adalah solusi bijak yang bisa diambil. Tidak semua hal harus kamu ketahui dan tidak semua hal harus kamu ketahui secara real time.
Tidak ada salahnya mengambil jeda hingga hati benar-benar tenang dan pikiran jernih untuk menilai sesuatu. Setelahnya, baru kita bisa kembali menelaah apa yang sebenarnya terjadi dan mulai berpikir langkah apa yang sebaiknya diambil.
Baca Juga: Trending! 5 Alasan Kenapa #KaburAjaDulu Ramai di Berbagai Platform Media Sosial?
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.