Kenalan dengan Demensia, Mimpi Buruk Terburuk Para Lansia!


“The Father”, sebuah film yang meledak pada tahun 2021. Film ini menjadi populer karena mengangkat salah satu penyakit para lansia, Demensia.

Lantas, apa itu Demensia, dan mengapa kelainan ini berhasil membuat “The Father” meledak? Layakkah Demensia disebut sebagai mimpi buruk terburuk para lansia?

Mimpi Buruk Terburuk Lansia?

Ilustrasi orang tua (pixabay.com/ha11ok )

Demensia, merupakan sebuah kelainan pada otak, tepatnya penurunan kinerja otak yang membuat penderitanya sering lupa, bahkan untuk hal-hal sepele. Singkatnya, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) demensia adalah penurunan fungsi kognitif. Gangguan ini bahkan kian memburuk seiring waktu.

Melansir berbagai sumber, demensia dibagi menjadi tiga tahap, mulai dari tahap awal, sampai tahap lanjut. Pada tahap lanjut, demensia benar-benar akan membuat penderitanya kesulitan beraktivitas. Dalam beberapa kasus, para penderita kesulitan mengontrol emosi dan bahkan mengalami perubahan kepribadian.

Gejala-gejala yang ditunjukkan pada tahap lanjut sudah jelas akan membuat penderitanya merasa seperti berada dalam mimpi buruk terburuk. Sudah gak bisa melakukan apa-apa, lupa segalanya. Bahkan, penderita juga kesulitan mengingat wajah orang-orang terdekatnya.

Lupa Bukan Berarti Demensia

Ilustrasi lupa

Memang, lupa menjadi salah satu gejala demensia. Tapi bukan berarti lupa selalu mengacu pada demensia. Bisa jadi, lupa yang dialami seseorang adalah lupa yang normal. Lupa seperti apa yang terbilang normal? Seperti apa pula lupa yang mengarah pada gejala awal demensia?

Orang yang lupa normal biasanya kesulitan mengingat sesuatu karena banyaknya informasi yang diterima otak. Alhasil, otak menjadi kesulitan memproses memori-memori tertentu yang mengakibatkan lupa. Tetapi, sering lupa juga bisa jadi pertanda penyakit lain, termasuk amnesia

Sementara itu, lupa yang merupakan gejala awal demensia lain cerita. Gejala lupa demensia adalah apabila seseorang lupa begitu saja, padahal tidak banyak informasi yang diterima otak. Akan tetapi, perlu diagnosis lebih lanjut dari dokter, apakah gejala tersebut benar-benar demensia atau bukan.

Jenis dan Faktor Penyebab Demensia

Ilustrasi demensia (pixabay.com/506967)

Mengacu dari berbagai sumber, demensia sejatinya bukanlah penyakit, melainkan gejala-gejala yang mengarah pada penyakit. Ada beberapa jenis demensia, dibedakan menurut penyebabnya. Jenis-jenis demensia itu antara lain, Demensia Vaskular, Demensia Lewy Body, Demensia Frontemporal, dan masih banyak lagi.

Seperti namanya, demensia vaskular adalah jenis demensia yang dialami seseorang akibat kurangnya aliran darah ke otak. Penyebabnya beragam, mulai dari penyempitan pembuluh darah dan stroke. Ada pula demensia Frontemporal dan Lewy Body yang sama-sama disebabkan oleh penumpukan protein dalam otak.

Yang paling populer, tentu saja demensia alzheimer. Kalau demensia yang satu ini, penyebabnya murni karena faktor degeneratif. Sekitar 60 sampai 70 persen kasus demensia adalah demensia alzheimer. Makin bertambah usia, regenerasi sel otak semakin menurun, sehingga ini berpengaruh pada penurunan daya ingat.

Baca Juga: Ketahui 6 Tips Ini untuk Menjaga Pola Hidup Sehat

Apakah Ada Obat Untuk Demensia?

Ilustrasi obat
Satu yang lebih mengerikan dari demensia adalah, tidak ada obat untuk penyakit yang satu ini. Bahkan di era teknologi yang sudah berkembang pesat seperti sekarang, masih belum memungkinkan mengembalikan sel otak yang sudah mati. Jadi, pasien demensia dipastikan tidak bisa sembuh lagi.

Namun, agar pasien bisa menjalani aktivitas normal seperti hari-harinya di masa lalu, perlu dibantu keluarga atau caregiver. Memang, ada obat yang bisa mengurangi atau meredakan gejala demensia. Antara lain Rivastigmin, Donepezil dan Galantamin. Tetapi, obat-obatan ini cuma meringankan, bukan menyembuhkan.

Bagaimana Cara Mencegah Demensia?

Bermain catur, salah satu cara mencegah demensia (pixabay.com/jarmoluk)

Demensia adalah penyakit yang tidak dapat dicegah karena penyakit ini memang penyakit degeneratif. Tetapi, ada beberapa cara untuk menekan resiko terjadinya penyakit ini. Menjaga pola hidup sehat adalah satu caranya. Cukup dengan makan-makanan bergizi, serta rutin berolahraga.

Menjaga otak tetap aktif juga bisa menjadi salah satu cara pencegahan demensia. Caranya mudah, tinggal sempatkan waktu sesekali bermain permainan yang mengasah otak. Contohnya, catur, teka-teki silang, atau sudoku. Dengan demikian, otak akan terus aktif dan ingatan juga akan semakin terasah.

Demikian, perkenalan kita dengan demensia, sesuatu yang boleh dikatakan sebagai mimpi buruk terburuk para lansia. Kesimpulannya adalah, demensia merupakan suatu gejala dari rangkaian masalah memori. Tidak ada obat untuk demensia, tetapi resikonya bisa ditekan. Tak perlu takut dengan demensia, tapi waspada tetap wajib.

Baca Juga: 5 Makanan Super untuk Otak Biar Nggak Nge-lag

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.


Explorer

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *