8 Kata Mutiara dari RA Kartini Yang Menggugah Semangat Kaum Wanita
RA Kartini adalah tokoh pahlawan nasional Indonesia dalam bidang pergerakan dan emansipasi wanita. Banyak sekali pahlawan wanita yang berjuang untuk kaum wanita dan bangsa ini. Tidak hanya Kartini. Ada Dewi Sartika dari Jawa Barat. Ada Cut Nyak Dien dari Nangroe Aceh Darusalam. Ada Christina Marta Tiahahu dari Maluku. Masih banyak lagi yang tidak saya sebutkan.
Mereka meninggalkan banyak hal sebagai contoh dan teladan. Ucapan dan tindakannya setidaknya bisa ditiru oleh generasi muda bangsa ini. Termasuk kata-kata mutiara yang diungkapkan RA Kartini.
Memgulik sejenak siapa tokoh Kartini ini. Terlahir di Mayong, Jepara sebagai putra Bupati Jepara yang sebelumnya menjabat wedana Mayong tanggal 21 April 1879 dan meninggal 17 September 1904. Kartini kecil dikenal dengan nama Trinil karena kelincahannya dan pemikirannya yang bebas.
Sebagai adik dari tokoh Nasional, RM Sosro Kartono yang menguasai delapan belas bahasa dunia, Kartini tumbuh menjadi gadis yang ingin belajar dan mendapatkan kesempatan belajar yang sama dengan saudara lelakinya.
Namun, zaman saat itu menjadikan Kartini harus tunduk pada perintah orang tua. Menikah muda dengan lelaki pilihan orang tuanya menjadikan Kartini meluapkan perasaannya kepada beberapa sahabatnya di luar negeri khususnya Belanda tentang cita-cita bagi perjuangan kaum dan bangsanya.
Kartini yang dimakamkan di Bumi Mantingan, Bulu, Rembang ini meninggalkan seorang putra yaitu RM. Soesalit. Beliau meninggalkan kata-kata mutiara yang menggugah semangat kaum muda. Apa saja kata mutiara dari RA Kartini tersebut, simak penjelasan berikut.
1. Bekerja sama
“Marilah ibu-ibu dan gadis-gadis, bangkitlah! Marilah kita bergandengan dan bekerja sama untuk merubah keadaan yang sudah tak tertahankan lagi”
Jika kita membaca kutipan tersebut, kita tahu Kartini mengajak kaum ibu dan gadis untuk bekerja sama dan bangkit mengubah keadaan yang sudah tidak kondusif untuk memajukan kaum dan bangsa ini. Kutipan tersebut didapat dalam Surat untuk Stella, 3 Agustus 1900.
Baca Juga:
2. Persatuan
“Kaum muda, wanita dan pria seharusnya saling berhubungan. Mereka seorang-seorang dapat berbuat sesuatu untuk mengangkat martabat bangsa kita. Tetapi jika kita semua bersatu, menyatupadukan kekuatan kita dan bekerja sama, hasil pekerjaan kita akan jauh lebih besar.”
Kutipan tersebut ada dalam Surat Kepada Ny. Abendanon, 30 September 1901. Maksud kata mutiara tersebut sebenarnya mengajak semua pihak untuk bersatu dan bekerja sama. Bersatu mempererat persaudaraan, menyatukan kekuatan dan bekerja sama melakukan perubahan yang baik. Hasilnya pasti lebih besar jika dibandingkan dikerjakan sendirian.
Contoh sapu lidi. Sapu tersebut merupakan kumpulan banyak lidi yang disatukan sehingga cukup untuk membersihkan halaman. Coba kalau hanya satu lidi saja, maka hasilnya sangat kecil. Tidak seperti saat bersatu padu. Jadi, persatuan mutlak dilakukan agar hasilnya maksimal.
3. Hormat kepada ibu
“Dalam memanggil nama ibu waktu menderita atau pada saat-saat yang gawat terletak penghormatan kami pada ibu. Mengapa kami tidak memanggil nama ayah, mengapa justru ibu? Karena naluri kami sejak kecil merasa bahwa ibu itu berarti cinta dan pengorbanan yang tiada habisnya.”
Kutipan tersebut ada dalam Surat Kepada Stella, 15 Agustus 1902. Maksud kata mutiara ialahibu seolah merepresentasi cinta dan pengorbanan yang tidak akan berakhir.
Memang benar, bahwa setiap saat kita menyebut ibu, tidak menyebut ayah. Bahkan dalam islam disebutkan bahwa yang dihormati itu ibu baru ayah. Ibu disebut tiga kali baru ayah. Mengapa? Sudah dijawab Kartini bahwa ibu merujuk pada cinta dan pengorbanan yang tiada habisnya. Tidak peduli panas, sakit dan berpenyakitan, semua diberikan layanan kesehatan.
4. Kemerdekaan
“Aku mau maju, maju terus. Bukan pesta-pesta dan memburu kesenangan yang kuinginkan tetapi tujuanku adalah kemerdekaan”
Kemerdekaan bangsa ini adalah cita-cita besar. Tanpa kemerdekaan, kita tidak bisa beribadah tenang. Tidak bisa memperoleh kemerdekaan yang telah lama dibanggakan oleh keluarga. Kita diajak maju oleh Kartini. Tidak minum apapun. Tidak mengadakan pesta, yang hanya memburu kesenangan semata.
5. Pekerjaan
“Memang suatu pekerjaan yang seolah-olah tidak mungkin dikerjakan! Tetapi siapa tidak berani, takkan menang.”
Ungkapan tersebut cocok untuk semua orang. Memang benar bahwa pekerjaan yang seolah tidak mungkin dikerjakan, bisa dikerjakan. Harus dikerjakan dengan keberanian. Jika tidak berani mencoba melakukan hal-hal baru, maka tidak akan pernah menang. Tidak akan pernah bisa tahu hasil akhirnya.
Baca Juga:
6. Kebahagiaan wanita
“Itu dapat disangkal dan aku mengakui bahwa kebahagiaan wanita yang paling tertinggi adalah hidup harmonis dengan suami”
Menurut Kartini dalam suratnya kepada Stella, 6 November 1899 itu bahwa hidup harmonis bersama suami, bersama keluarga adalah kebahagiaan wanita yang paling tinggi. Tidak ada kebahagiaan lain. Walau banyak harta tetapi keluarga tidak harmonis apa bedanya dengan neraka.
7. Perjodohan
“Pekerjaan yang paling rendah sekalipun, jika saja dapat melindungi aku dari perkawinan dan membuat aku merdeka, akan kuterima dengan senang hati.”
Surat untuk Stella tertanggal 6 November 1899 tersebut benar-benar menyuarakan hati Kartini yang menolak perkawinan karena perjodohan. Bahkan ia mau menerima pekerjaan apapun asal bisa merdeka dan terlindungi dari perkawinan yang dipaksakan. Perkawinan baginya ialah hal sakral dan bebas merdeka memilihjodoh sesuai keinginan.
Baca Juga:
8. Poligami
“Masyarakat tidak boleh tahu apa yang sesungguhnya kami lawan. Namun, musuh kami yaitu Poligami”
Masih dalam surat untuk Stella tanggal 25 April 1903, Kartini sangat tidak suka dengan poligami. Ia melihat betapa menyedihkannya memiliki madu. Ia melihat bagaimana ibu kandungnya dimadu oleh bapaknya. Begitu juga dirinya yang dimadu oleh suaminya yang jadi bupati di Rembang.
Demikian 8 kata mutiara dari RA Kartini yang menggugah semangat kaum wanita. Semoga bermanfaat.
Baca Juga: 5 Sifat Teladan Dari RA Kartini, Bisa Ditiru di Masa Kini
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.