LifeParenting

Cara Mendisiplinkan Anak, Tidak Harus Menjadi Orangtua yang Galak!

Memiliki anak merupakan sebuah anugerah yang besar bagi setiap orang tua, sebab mereka mendatangkan kebahagiaan dan keceriaan di dalam rumah tangga. Akan tetapi, terkadang memiliki anak yang susah diatur menjadikan orang tua sakit kepala, dan memikirkan berbagai cara untuk membuat mereka disiplin di dalam maupun di luar rumah.

Tidak jarang ditemui di berbagai tempat, orang tua memarahi anaknya untuk menanamkan kedisiplinan, seperti pulang bermain tepat waktu, mencuci piring setelah makan, menggosok gigi sebelum tidur, dan mengerjakan PR.

Tahukah Anda, untuk mengajari anak disiplin, tidak perlu dilakukan dengan emosi, marah, apalagi membentak anak.

Pada ulasan kali ini, kami telah merangkum tips-tips yang dapat Anda coba untuk mengajari disiplin kepada anak tanpa perlu membuang tenaga untuk marah-marah. Sebagai catatan, setiap anak memiliki sifat dan karakteristiknya masing-masing. Tips mendisiplinkan anak bawah ini mungkin cocok untuk sebagian anak, mungkin juga tidak dapat diterapkan pada sebagian.

Jadilah orang tua yang mawas diri

Menjadi orangtua bukanlah tugas yang mudah, baik dalam hal pemenuhan kebutuhan finansial maupun pendidikan bagi anak. Sebagian orang mungkin beranggapan bahwa tugas mendidik diserahkan kepada sekolah sebagai pelaksana pendidikan. Namun, sejatinya mendidik sendiri merupakan tugas yang wajib dilaksanakan oleh orang tua.

Sebelum mampu menjadi guru yang baik bagi anak-anak, tentunya orang tua harus terlebih dahulu menjadi pribadi yang baik. Tidak mungkin jika orangtua menginginkan anak untuk disiplin di dalam perilaku sehari-hari, sedangkan orang tuanya masih gagal dalam mendidik diri sendiri. Oleh karena itu, orang tua hendaknya mengenal diri sendiri terlebih dahulu.

Baca Juga:

1. Amarah adalah tanda kegagalan dalam mendidik anak

Dalam berbagai hal, Anda tentu dapat membedakan antara seseorang yang mengerjakan sesuatu dengan tenang dan yang emosional, sudah pasti yang mengerjakannya dengan ketenangan akan mendapat hasil yang lebih bagus. Begitulah dengan mendidik anak. Jika Anda mendidik dengan emosional, hasilnya tentu tidak akan baik bagi anak.

Sejatinya, manusia memiliki cara alami untuk mengungkapkan perasaan negatifnya secara emosional, seperti menangis, marah, berteriak, memukul, dan sebagainya. Hal tersebut bisa terjadi jika seseorang merasa gagal untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Seperti anak kecil, mereka akan menangis di depan orang tuanya jika merasa gagal mendapatkan sesuatu.

Begitu pula dengan orangtua yang merasa gagal dalam mengarahkan anaknya pada hal yang dianggapnya benar. Di antaranya adalah ketika anak tidak menuruti kata-kata orang tua, atau tidak mengindahkan larangan-larangan orang tua. Tahukah Anda, jika Anda marah atau melakukan tindakan fisik kepada anak, Anda hanya akan memberi pengaruh negatif kepada anak.

Baca Juga:

2. Apakah kita gagal dalam mengontrol emosi?

Manusia dibekali akal dan pikiran oleh Sang Pencipta untuk berpikir dan menjalankan nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai kemanusiaan sendiri dibuat untuk membatasi nafsu yang ada di dalam diri manusia, yang dapat menyebabkan kerusakan. Salah satu sifat yang dapat merusak ialah amarah, oleh karena itu nilai-nilai dibuat untuk menghalangi dari nafsu amarah yang berlebihan.

Lantas, apakah kita selalu gagal dalam mengekang emosi kita untuk tidak memarahi anak dengan kasar? Untuk tidak melakukan tindakan fisik seperti memukul atau mencubit? Untuk tidak mentransfer pengaruh negatif kepada anak, yang bisa menjadikan mereka trauma hingga dewasa kelak? Tentunya, kembali ke diri masing-masing agar menjadi evaluasi ke depan.

Tahukah Anda, bahwa setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dipengaruhi oleh pola asuh orang tua, perkembangan zaman, lingkungan masyarakat dan sekolah. Banyak hal negatif yang berpotensi merusak anak di luar sana. Jika di dalam rumah saja mereka sudah terpapar oleh amarah dan kata-kata kasar, tentu mereka akan semakin mudah terpengaruh hal negatif dari luar.

3. Emosional bukan bagian dari ketegasan dalam mendidik

Ketegasan sangat jauh berbeda dari kata-kata kasar yang diucapkan orang tua, makian, apalagi pukulan dan hukuman yang menyiksa. Sikap tegas dalam mendidik anak adalah teladan dalam kedisiplinan, mampu menerapkan budaya tepat waktu, kebersihan di dalam rumah, taat beribadah, dan menjauhi segala hal negatif yang memiliki potensi merusak.

Saat anak berada dalam fase memberontak, ketegasan yang diterapkan orang tua bukanlah amarah, akan tetapi kembali ‘memahamkan’, bagaimana konsekuensi yang akan diterima jika tidak disiplin, dan sebagainya. Namun, apabila anak masih membangkang dan tidak mengindahkan larangan orang tua, dalam hal ini orang tua dianjurkan untuk tetap bersabar dan terus menasehati.

Sebab kita sebagai orangtua tahu, bagaimana sifat anak. Apa yang mereka rasakan saat tidak dituruti keinginannya, dilarang untuk melakukan sesuatu, dan sebagainya. Anak merasakan sedih dan kecewa, hingga mereka tidak mau mendengarkan orang tua untuk sementara. Orang tua pun harus memahami perasaan anak saat mereka melakukan pembangkangan, bukan memarahinya.

Setiap anak memiliki potensi masing-masing

1. Disiplin adalah kunci meraih impian

Setiap anak memiliki cita-cita, keinginan untuk menjadi apa di masa depan kelak. Pastinya, selama anak bersungguh-sungguh untuk meraih impian tersebut, orangtua wajib mendukung dan memberikan semangat penuh bagi anak. Orang tua tidak ingin membiarkan cita-cita tersebut sirna karena hal-hal seperti stres, putus asa, merasa diabaikan, dan lainnya.

Sebaliknya, orang tua yang mendukung senantiasa mengawasi bagaimana anak tumbuh dan berproses menuju cita-cita tersebut. Selalu mengawasi dan memberikannya dorongan, memberikan pujian, dan semangat untuk berusaha lebih giat setiap harinya. Percayalah, lima tahun, 10 tahun, hingga anak lulus kuliah, waktu akan cepat berlalu. Anda akan berada di antara 2 posisi, yaitu bangga atau bersedih.

2. Mulailah dari hal-hal yang kecil dan mendasar

Mendidik anak untuk disiplin bukan berarti langsung mengekangnya dengan aturan-aturan yang membosankan. Anda bisa memulai dengan hal kecil seperti meletakkan sampah pada tempatnya, menata sandal, mengucapkan salam setiap datang ke rumah dan meninggalkan rumah, atau selalu tertib datang ke masjid di waktu-waktu salat.

Baca Juga:

3. Anak akan melihat bagaimana orangtuanya

Dari kedisiplinan yang dilakukan orang tuanya, anak akan melihat dan mencontoh. Jika orang tua rajin membaca, anak akan ikut tertarik untuk membaca berbagai buku. Namun, jika orang tuanya hanya sibuk dengan gadget dan media sosial, anak pun akan kecanduan dengan dunia di dalam ponsel cerdas tersebut. Nah, setelah ini, adalah tugas Anda untuk memahami diri sendiri dan anak

Baca Juga: 5 Ciri Pola Asuh Helicopter Parenting dan Dampaknya Untuk Anak

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Asnan

Tenaga Pendidikan… More »

Related Articles

Back to top button