Manfaat dan Dampak Tes Kesehatan Mental di Tempat Kerja Bagi Karyawan


Ilustrasi tes kesehatan mental (pixabay.com/Mohamed_hassan)

Tes kesehatan mental di tempat kerja merupakan langkah yang sangat penting untuk memastikan kesejahteraan karyawan dan produktivitas perusahaan. Di banyak negara, termasuk Indonesia, perusahaan-perusahaan telah mulai mengakui pentingnya kesehatan mental dan menyediakan berbagai program untuk mendukung karyawan mereka.

Para pekerja juga bisa mencoba layanan tes kesehatan mental secara mandiri. Selain itu, ada juga inisiatif seperti layanan tes kesehatan mental online gratis yang disediakan oleh Kemenkes RI, memungkinkan individu untuk mengevaluasi kondisi mental mereka secara mandiri dan anonim.

Faktor apa yang memengaruhi kesehatan mental karyawan? Apa manfaat tes kesehatan mental?dan bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh tes kesehatan mental di tempat kerja ini bagi para karyawan? Simak artikel berikut ini ya

Faktor yang mempengaruhi kesehatan mental seseorang pekerja

Beberapa faktor yang memengatuhi kesehatan mental seorang di tempat kerja seperti:

  • Tekanan atau target dari atasan yang berlebihan
  • Ekspektasi dari karyawan berbeda jauh dari keadaan sebenarnya, seperti jumlah gaji yang tidak sesuai harapan
  • Kondisi lingkungan perusahaan yang membuat tidak nyaman
  • Peralatan kerja yang kurang memadai
  • Hubungan yang tidak harmonis dengan atasan, atau dengan rekan kerja lainnya
  • Persaingan yang tidak sehat
  • Kemacetan lalu lintas yang parah, ketika berangkat dan pulang kerja

Selain kondisi di atas, kondisi psikologi pekerja sangat memengaruhi kinerja para pegawai. Masalah rumah tangga, keuangan, kesehatan fisik merupakan faktor utama dari kesehatan mental para pekerja.

Baca Juga:

Manfaat tes kesehatan mental di tempat kerja

Pertama, kita harus memahami bahwa tes kesehatan mental dapat memberikan manfaat yang signifikan. Tes ini dapat membantu individu mengidentifikasi masalah kesehatan mental yang mungkin tidak mereka sadari sebelumnya. Dengan demikian, tes ini berpotensi menjadi langkah pertama yang penting dalam proses penyembuhan dan pemulihan. Namun, di sisi lain, fenomena self-diagnose yang marak terjadi dapat membawa dampak negatif yang cukup besar.

Self-diagnose, atau diagnosa mandiri, sering kali didasarkan pada informasi yang tidak akurat atau tidak lengkap, yang dapat menyebabkan persepsi yang salah tentang kondisi kesehatan mental seseorang. Ini dapat memicu kekhawatiran yang tidak perlu, gangguan kecemasan, dan bahkan salah diagnosis yang berujung pada penanganan yang tidak tepat. Dalam konteks sosial, hal ini dapat menimbulkan stigma dan kesalahpahaman tentang gangguan mental, yang pada gilirannya memperburuk isolasi sosial bagi mereka yang terdiagnosis atau self-diagnose.

Tes kesehatan mental di tempat kerja meliputi apa saja?

Beberapa perusahaan sudah mulai menerapkan tes kesehatan mental bagi karyawannya. Tes kesehatan mental di tempat kerja biasanya dirancang untuk memastikan bahwa calon karyawan dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan kerja dan memiliki kemampuan mental yang sehat untuk menjalankan tugas-tugasnya. Tes yang biasa dilakukan meliputi wawancara atau kuesioner untuk mengevaluasi tingkatan dari stres, kecemasan, dan aspek psikologis lainnya. Selain itu, tes kesehatan mental juga bisa mencakup penilaian risiko dari depresi atau gangguan mental lainnya.

Sebagai instrumen evaluasi, tes kesehatan mental memiliki berbagai bentuk, dan masing-masing memberikan wawasan yang berbeda. PsychCentral menjelaskan tes kesehatan mental yang dimaksud mencakup Tes Sikap, seperti Skala Likert dan Skala Thurstone, yang mengukur pandangan responden terhadap suatu pernyataan. Tes Proyektif, seperti Rorschach Inkblot Test dan Thematic Apperception Test, membantu mengidentifikasi emosi atau konflik yang belum terealisasi melalui umpan balik dari pengaruh eksternal.

Ada juga perusahaan yang menggunakan instrumen seperti Beck Depression Inventory atau Beck Anxiety Inventory untuk mengukur tingkat depresi dan kecemasan. Tes kognitif juga sering dilakukan untuk menilai fungsi kognitif seseorang, yang bisa mencakup memori, perhatian, dan kemampuan dalam pemecahan masalah.

Baca Juga:

Dampak sosial dari tes kesehatan mental di tempat kerja

Selain itu, dampak sosial dari tes kesehatan mental juga terlihat dalam interaksi sehari-hari. Misalnya, seseorang yang memiliki kesehatan mental yang baik cenderung bersikap lebih positif, mudah bergaul, dan memiliki kehidupan sosial yang baik. Sebaliknya, mereka yang mengalami masalah kesehatan mental mungkin menghadapi kesulitan dalam menjalin hubungan sosial yang sehat, yang dapat memengaruhi kinerja kerja dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Dari perspektif yang lebih luas, tes kesehatan mental juga dapat mempengaruhi dinamika dalam kelompok atau komunitas. Orang dengan kesehatan mental yang baik lebih mampu memberikan kontribusi yang positif terhadap kinerja perusahan dan orang-orang di sekitarnya. Mereka dapat berkomunikasi lebih baik dan mempunyai banyak teman. Di sisi lain, orang yang bermasalah dengan kesehatan mentalnya, tidak dapat memberikan kontribusi yang maksimal atau malah bisa menghambat kinerja dari perusahaan.

Cek kesehatan pekerja secara mandiri melalui kalkulator kesehatan mental

Tidak hanya cek kesehatan oleh seorang profesioanal secara offline, para pekerja juga dapat melakukan cek kesehatan mental secara mandiri.

Kalkulator kesehatan mental yang bisa digunakan untuk tes kesehatan mental secara mandiri yaitu Mhanational.org.

Sumber:

  • Kesehatan Mental Karyawan di Lingkungan Pekerjaan. Sebuah Studi pada Divisi Support Perusahaan Multinasional, Hayati, Fakultas Psikologi Universitas Borobudur
  • BetterHealth.https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/servicesandsupport/assessments-and-evaluations-for-mental-illness-treatment
  • Encyclopedia.https://www.encyclopedia.com/medicine/encyclopedias-almanacs-transcripts-and-maps/mental-health-assessment

Baca Juga: Sering Diabaikan, 5 Cara untuk Menjaga Kesehatan Mental!


Novice