4 Mutiara Hikmah dari Ali bin Abi Thalib, Bahan Introspeksi Tentang Kehidupan Umat Manusia
Ali bin Abi Thalib merupakan sahabat Nabi Muhammad sekaligus menantunya. Beristrikan Fatimah binti Muhammad, Ali benar-benar pemeluk agama islam yang taat. Beliau termasuk salah satu penganut islam awal dan percaya akan kebenaran risalah tersebut.
Ali juga pernah menjabat sebagai khalifah keempat setelah kematian Utsman bin Affan. Sebagai kholifah atau pemimpin umat islam waktu itu, Ali bin Abi Thalib menghadapi banyak tantangan dan penentangan atas baiat kekhalifahannya. Namun, Ali tetap teguh berkeyakinan dan berusaha menyatukan beberapa kelompok yang saling bertikai. Puncaknya, beliau meninggal dunia dengan meninggalkan istri dan putranya yaitu Hassan dan Hussein.
Sebagai penganut islam taat dan khalifah yang cerdas, beliau sering menyampaikan mutiara hikmah yang bermanfaat hingga kini sebagai renungan. Bahan perenungan mengenal Allah dan rasulnya, sang pembawa risalah Islam.
Melansir beberapa sumber, penulis mendapatkan 4 mutiara hikmah yang berguna sebagai bahan introspeksi, bahan perenungan tentang kelakukan kita, tentang kehidupan dan keyakinan kita. Apakah sudah sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad atau tidak.
Beberapa mutiara hikmah dari sang menantu nabi Muhammad lebih mengena di hati daripada yang lain. Berikut 4 mutiara hikmah dari Ali bin Abi Thalib.
1. Bersahabat dengan bijak
“Selemah-lemah manusia ialah orang yang tidak bisa mencari sahabat, dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yang menyia-nyiakan sahabat yang telah dicari.”
Orang hidup di dalam masyarakat memerlukan kawan. Orang yang dalam perjalanan membutuhkan teman. Orang yang berkelana membutuhkan sahabat dalam mengarungi perjalanan hidup. Berbagi suka dan duka menghadapi penderitaan hidup.
Sahabat sangat diperlukan. Tidak memiliki sahabat rasanya hidup tanpa tempat berbagi cerita. Apalagi jaman sekarang sahabat bisa diperoleh dengan mudah melalui berbagai jenis media sosial. Tidak melulu bertatap muka dan dekat dengan kita secara jarak. Bisa juga bersahabat dengan orang yang secara jarak mungkin tidak bisa ditempuh dan berjumpa. Namun, dengan kecanggihan dunia teknologi saat ini, semua hambatan bisa dikurangi dan dihilangkan.
Bersahabat dan berkenalan bisa dilakukan di media sosial. Sebut saja, whatsapp, instagram, facebook, twitter (X), line, tiktok dan lain sebagainya. Kita tinggal buka akun dan mencari orang yang ingin kita ajak berkenalan dan bersahabat.
Sebegitu mudahnya mencari sahabat. Namun, kemudahan bersahabat tidak serta merta seseorang bisa mencari sahabat. Orang yang kesulitan dan tidak bisa mencari sahabat adalah orang lemah. Tetapi ada yang lebih lemah yaitu orang yang menyia-nyiakan sahabat yang telah dicari.
Mereka.memutuskan tali silahturahmi. Memutuskan persahabatan. Bertengkar hanya karena beda pilihan dalam pemilu. Putus persahabatan karena beda partai dan beda dukungan dalam pemilihan kepala desa. Sungguh seseorang yang lemah. Untuk itu peraahabatan perlu dicari dan jika sudah dapat jangan dikhianati.
Baca Juga:
2. Berlaku sabar
“Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang, maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak.”
Berlaku sabar dalam menghadapi masalah wajib dilakukan. Tidak boleh terburu-buru mengambil keputusan. Tenang dan sabar menghadapi suatu masalah. Sudah ada di kitab suci bahwa setelah kesulitan ada kemudahan. Setelah permasalahan ada penyelesaian. Setelah gelap terbitlah terang. Setelah malam muncullah mentari pagi menyinari dunia. Menerangi dan menghilangkan kegelapan.
Oleh Ali bin Abi Thalib disebutkan bahwa sabar ibarat kepala. Jika kepalanya hilang maka akan mati dan binasa. Jika kesabaran hilang maka akan rusak dan binasa juga. Masalah tidak terselesaikan. Justru menimbulkan kerugian dan keburukan yang berlanjut dan bertambah.
Untuk itu, hadapilah segala sesuatu dengan penuh kesabaran. Tanpa kesabaran semua sia-sia. Marilah kita bersabar menghadapi tantangan dan penderitaan hidup di dunia ini. Semoga surga menanti kita di hari pembalasan.
3. Perkataan harus jujur
“Perkataan sahabat yang jujur lebih besar harganya daripada harta benda yang diwarisi dari nenek moyang.”
Berkata jujur itu sesuatu yang mutlak kebaikannya. Ketika berkata bohong maka akan terjadi kebohongan lain untuk menutupi kebohongan sebelumnya.
Seorang sahabat yang jujur itu lebih baik daripada harta benda. Misalnya saja. Seorang sahabat memiliki anak yang berlaku nakal di luar. Ketika ada sahabat yang mengetahui dan menyampaikan berita tersebut secara jujur, kadang tidak diterima. Justru menganggap temannya tersebut menjelekkan anaknya.
Seharusnya kita cek kebenarannya dulu. Jika benar kita berterima kasih atas infonya sehingga kita bisa menasehati anak kita dengan sebaik mungkin. Namun, yang terjadi di lapangan, berbanding terbalik. Saat ada info tentang anaknya yang pacaran, malah orang tuanya marah. Katanya ini lah, itu lah.
Mereka tidak mau menerima perkataan jujur orang lain atau sahabatnya. Akibatnya, jika memang kejadian akhirnya hanya rasa malu dan penyesalan karena tidak mendengarkan perkataan jujur seorang sahabat.
Baca Juga:
4. Jangan terlalu memikirkan akibat perbuatan
“Orang yang terlalu memikirkan akibat dari suatu perbuatan atau tindakan tidak akan menjadi orang yang berani.”
Marilah kita berbuat dan bertindak sesuai dengan keyakinan dan kekuatan kita. Jangan terlalu memikirkan akibatnya. Nanti malah tidak memiliki keberanian.
Contoh kecil saja. Kita berlatih sepeda. Saat berlatih kita memikirkan akibatnya, kita jadinya tidak berlatih naik sepeda. Takut nanti terjatuh. Takut kaki keseleo atau terkilir. Takut nanti nabrak pagar. Takut nanti sepedanya rusak. Takut nanti nyungsep di sungai.
Semua ketakutan akibat memikirkan hasil dari tindakan berlatih sepeda. Akhirnya, apakah jadi berlatih sepeda? Saya yakin orang yang terlalu memikirkan akibat tersebut tidak jadi naik sepeda.
Untuk itulah, saat kita berbuat kebajikan janganlah terlalu memikirkan akibatnya. Perlulah dalam mengambil keputusan memikirkan akibatnya. Namun, jangan terlalu. Anggap saja sebagai takdir dari Tuhan. Jalani saja hidup ini.
Demikian, 4 mutiara hikmah dari sahabat Ali bin Abi Thalib. Selamaf merenung dan semoga bermanfaat.
Baca Juga: Inilah 5 Sahabat Rasulullah Yang Termasuk Assabiqul Awwalun
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.