LIngkungan

Dibalik Mitos Angker dan Kabar Orang Hilang, Berikut 8 Fakta Menarik Gunung Salak Bogor

Gunung Salak merupakan gunung yang terletak di wilayah antara Bogor dan Sukabumi. Sejak 2003 kawasan ini ditangani oleh Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.

Gunung ini memiliki beberapa puncak, yaitu puncak tertinggi disebut Salak 1 dengan ketinggian 2211 m dpl, kemudian puncak Salak 2 setinggi 2180 m dpl dan puncak Sumbul setinggi 1926 m dpl.

Terdapat sejumlah kawah aktif yang tidak berada di puncak Gunung Salak. Kawah terbesar, Kawah Ratu, merupakan kawah termuda. Kawah Cikuluwung Putri dan Kawah Hirup adalah bagian dari sistem Kawah Ratu.

Banyak mitos yang tentang keangkeran dari Gunung Salak ini. Hal itu disebabkan banyak terjadi peristiwa orang hilang atau kecelakaan di kawasan Gunung Salak.

Menarik? Berikut beberapa fakta menarik Gunung Salak yang dirangkum dari beberapa sumber.

1. Nama Salak, ternyata bukan berasal dari buah

Asal-usul nama Gunung Salak memiliki beberapa versi, namun yang paling umum adalah berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu salaka yang berarti perak.

Ada juga yang mengaitkannya dengan kerajaan Hindu kuno bernama Salakanagara yang pernah berdiri di lereng gunung ini. Kerajaan Hindu Salakanagara diperkirakan berdiri pada abad ke-4 dan ke-5 Masehi di sekitar Gunung Salak. Nama kerajaan ini diduga menjadi asal-usul nama gunung tersebut.

Selain itu, ada yang menghubungkannya dengan kata siloka yang berarti simbol atau sandi. Sebagian masyarakat di sana, beranggapan Gunung Salak berasal dari kata salaka yang berarti asal-usul. Gunung Salak merupakan kawasan yang menjadi asal usul daerah dan kehidupan nenek moyang mereka.

Baca Juga:

2. Gunung Salak sudah beberapa kali erupsi

Semenjak abad ke-16 tercatat terjadi beberapa kali letusan terjadi di Gunung Salak, antara lain rangkaian letusan pada 1668-1699, pada 1780, tahun 1902–1903, dan 1935. Letusan terakhir terjadi pada 1938, berupa erupsi freatik yang terjadi di Kawah Cikuluwung Putri.

Menurut catatan PVMBG, erupsi terbesar pernah terjadi pada 1699, yang bersifat erupsi magmatis dan sangat merusak, namun catatan korban tidak diketahui. Secara morfologi, Gunung Salak memiliki banyak jurang curam dan dalam.

Inilah sebabnya seluruh tubuh gunung sampai puncak tertutup hutan lebat, kontur gunung ini tidak mudah terlihat. Hal ini sering kali menipu pendaki maupun penerbang yang melewati kawasan pegunungan ini.

3. Habitat berbagai satwa

Gunung Salak dikenal sebagai daerah yang kaya burung, sebagaimana yang pernah dicatat oleh Vorderman (1885). Hoogerwerf (1948) mendapatkan tidak kurang dari 232 jenis burung di Gunung Salak.

Beberapa jenis burung yang cukup penting dari gunung ini ialah elang jawa (Spizaetus bartelsi) serta beberapa jenis elang lain, dan ayam-hutan merah. Di dalam hutannya juga bisa ditemukan hewan tringgiling serta primata owa jawa.

Rekomendasi sepatu dan tas mendaki gunung murah dan berkualitas:

4. Rumah bagi 11 Kelompok Masyarakat Adat

Mengutip Jurnal Biologi Indonesia (2012), di kawasan TNGHS terdapat 11 kelompok masyarakat adat. Masyarakat adat tersebut dalam kesehariannya menjunjung nilai kearifan lokal berupa pikukuh atau ajaran tentang etika manusia terhadap alam yang diwariskan secara turun-temurun.

Salah satunya adalah masyarakat adat Girijaya di Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi yang masih mempunyai kearifan tradisional dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Bagi mereka, tumbuhan memiliki nilai spiritual dan berkaitan dengan Sang Pencipta. Atas pandangan itu, masyarakat mengelola sumber daya hayati untuk kebaikan.

5. Kawasan konservasi hutan hujan tropis pegunungan terluas di Pulau Jawa

Gunung salak merupakan kawasan konservasi hutan hujan tropis pegunungan terluas di pulau Jawa, yakni sekitar 113.357 hektare. Taman nasional ini terletak di tiga wilayah kabupaten sekaligus, Lebak, Sukabumi, dan Bogor, di Provinsi Jawa Barat dan Banten.

Taman Nasional Gunung Halimun Salak dihubungkan oleh hutan koridor yang membentang sejauh 11 kilometer dari barat ke timur. Secara administratif, hutan koridor terletak di wilayah Kabupaten Bogor dan Sukabumi.

6. Memiliki banyak jalur pendakian

Ada beberapa jalur pendakian untuk menuju puncak Gunung Salak. Jalur Cimelati merupakan jalur terpendek untuk mencapai puncak salak 1. Cimelati berada di tenggara puncak. Dibutuhkan sekitar 4-6 jam untuk mencapai puncak.

Jalur pendakian via Cidahu menjadi jalur yang telah banyak dilalui para pendaki. Jika melewati Jalur Cidahu ada juga beragam fasilitas yang memudahkan pendaki. Selama pendakian terdapat berbagai warung makan dan area terbuka yang nyaman untuk membangun tenda.

Rute terpanjang adalah melewati jalur Pasir Reungit. Pendaki akan mengitari Kawah Ratu untuk sampai ke Puncak Salak. Pada saat pendakian, pendaki juga akan menemukan kawah-kawah kecil. Jalur pendakian Pasir Reungit bisa diakses melalui gerbang Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang berada di Gunung Bunder, Bogor. Estimasi waktu pendakiannya sekitar 9-10 jam.

Rute lainnya adalah melalui Curug Pilung di Dusun Giri Jaya, Cidahu, Sukabumi. Estimasi waktu pendakian melalui jalur Curug Pilung ini berkisar antara 9 hingga 10 jam. Namun, tak banyak pendaki yang melalui jalur pendakian ini karena tidak sepopuler jalur lainnya.

Selain itu ada jalur Ajisaka. Jalur ini merupakan mencoba jalur pendakian yang ekstrim. Melalui rute ini, pendaki bisa mencapai Puncak Salak 7 dan Puncak Salak 2 sekaligus. Ciri khas jalur ini adalah melalui lintasan nyaris vertikal dengan bantuan tali webbing. Diperlukan waktu sekitar 8 jam untuk sampai ke Puncak Salak 2.

Jalur ekstrem lainnya adalah melalui Curug Nangka. Para pendaki bisa mencapai tiga puncak Gunung Salak dengan waktu tempuh yang hampir sama dengan jalur Ajisaka.

7. Kondisi cuaca sering berubah drastis

Gunung Salak dikenal sebagai salah satu jalur pendakian yang ekstrem, karena memiliki cuaca yang berubah-ubah. Melansir Antara, ketika curah hujan dengan intensitas tinggi, gas hidrogen sulfida dan sulfur dioksida yang dihasilkan oleh Kawah Ratu tidak dapat memuai dan hanya berdiam pada ketinggian satu meter dari permukaan tanah.

Gas-gas yang berdiam di lokasi dengan temperatur sangat rendah itu bisa melebihi ambang batas bahaya, yaitu 30 ppm. Apabila terhirup, maka gas beracun dari Kawah Ratu di kawasan Gunung Salak tersebut sangat membahayakan dan dapat mengancam nyawa.

Baca Juga:

Gunung Salak memiliki sejarah yang sangat berkaitan dengan beberapa kecelakaan penerbangan. Kejadian paling terkenal terjadi pada tahun 2012, saat pesawat Sukhoi Superjet 100 jatuh di kawasan tersebut hingga menewaskan semua penumpang di dalamnya.

Beberapa orang meyakini bahwa Gunung Salak memiliki kekuatan yang dapat menarik pesawat hingga terjadi kecelakaan. Berikut beberapa riwayat kecelakaannya:

  • Merpati Nusantara Airlines, jatuh pada tahun 1992, dan menewaskan sekitar 27 orang.
  • Garuda Indonesia jatuh pada tahun 2002, menewaskan 21 orang
  • Helikopter Sikorsky S-58 jenis Twinpac nomor H-3408 milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) pada 29 Oktober 2003.
  • Pesawat Cessna 185 Skywagon pada 20 Juni 2004.
  • Pesawat Cassa TNI AU A212-200 pada 26 Juni 2008.
  • Pesawat latih jenis Sundowner pada 30 April 2009.
  • Helikopter Puma milik TNI AU pada 12 Juni 2009.
  • Pesawat Sukhoi Superjet 100 pada 9 Mei 2012.

Tak hanya kejadian kecelakaan, banyak pula cerita pendaki tersesat di Gunung Salak. Hal ini bisa terjadi karena hutannya yang rapat dan hampir tak terlihat jalan setapak karena jarang orang mendaki gunung ini. Cerita mitos orang yang hilang di hutannya banyak diceritakan, namun tak diketahui kebenarannya.

Sumber:

Jurnal Biologi Indonesia 8 (1): 71-84 (2012), Pelestarian Lingkungan Berbasis Kepercayaan Lokal dan Upacara Tradisi: Studi Kasus Masyarakat di Sekitar Gunung Salak

Baca Juga: 5 Bahaya Ketika Mendaki Gunung, Jangan Cuma Modal Nekat saja!

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button