Social & Culture

Bukan Hanya Jendela Dunia, Ini Dia 4 Fakta Unik Tentang Buku

Tidak banyak yang tahu bahwa setiap tanggal 17 Mei diperingati sebagai Hari Buku Nasional yang sekaligus menandai berdirinya Perpustakaan Nasional RI pada tahun 1980.

Selain berfokus pada tujuan dalam meningkatkan minat literasi, perayaan Hari Buku Nasional juga mampu menggerakkan masyarakat dalam beberapa kegiatan seperti memperluas wawasan dengan saling bertukar buku, membuat komunitas untuk berdiskusi secara khusus mengenai buku, mendonasikan buku, dan menginspirasi orang lain dengan mengulas sejumlah buku bacaan.

Dalam perkembangannya, buku mengalami perjalanan sejarah yang panjang dan muncul dengan berbagai bentuk, mulai dari papirus sampai layar digital. Begitupun kisah-kisah pengunaan buku yang dilatarbelakangi oleh keadaan atau situasi yang mendukungnya.

Seperti apa penggunaan sejumlah buku tersebut? Berikut beberapa fakta unik tentang buku yang pernah terjadi di beberapa negara.

1. Buku sebagai tiket

Brasil memang cukup terkenal dengan sejarah gemilang prestasi sepak bola. Namun, siapa sangka, di balik kemasyhurannya tersebut, negara berjuluk “Negeri Samba” ini memiliki program jitu untuk meningkatkan minat penduduknya dalam dunia literasi, yaitu menjadikan buku sebagai tiket kereta api.

Dengan dibubuhkan sebuah chip RFID khusus di dalam buku, pengguna yang ingin naik kereta api dapat menggunakannya dengan cara menyentuhkan sampul buku ke sensor tiket. Lalu, alat sensor tersebut mendeteksinya secara cerdas dan mempersilakan pengguna untuk menaiki kereta api bawah tanah tanpa dipungut biaya sepeser pun.

Tujuan awal penerapan program tiket buku ini pada dasarnya untuk menyambut Hari Buku Sedunia yang diinisiasikan oleh L&PM dan Agência Africa, sekaligus untuk menekan angka minim literasi yang hanya mencapai rerata sekitar dua buku bacaan per orang dalam setahun.

Terobosan inovatif tersebut membuat program ini diterima dengan antusias oleh masyarakat Brasil dan juga menginspirasi negara-negara lain untuk meningkatkan minat literasi warga negaranya.

Buku tiket yang bisa diisi ulang ini telah dibagikan sebanyak 10.000 buah di Sao Paulo dengan format cetakan dari sejumlah buku populer, di antaranya ialah Sherlock Holmes (Sir Arthur Conan Doyle), The Great Gatsby (F. Scott Fitzgerald), Peanuts: Friendship. That’s What Friends Are For (Charles M. Schulz), The Art of War (Sun Tzu), Murder Alley (Agatha Christie), Hamlet (William Shakespeare), dan masih banyak lainnya.

Baca Juga:

2. Buku di dalam tanah

Jika berbicara tentang sesuatu yang tersimpan di dalam tanah, yang terbayang adalah tanaman hingga mayat manusia. Namun, apa jadinya jika sesuatu yang terkubur itu adalah buku?

Proyek inovatif dari Meksiko ini bernama “Libros que Crecen (Buku yang Tumbuh)” benar-benar berhasil mewujudkan konsep buku yang dapat ditanam dengan menggunakan kertas biodegradable yang mengandung benih tanaman.

Cara kerja buku ini dimulai dari pembuatan kertas menggunakan bahan serat alami yang mudah terurai dalam tanah, menyisipkan campuran benih tanaman pada setiap kertas halaman, menanam buku setelah selesai membaca, dan menunggu proses pertumbuhan benih sampai benar-benar menjadi sebuah tanaman.

Selain mampu mendongkrak jumlah peminat literasi, buku yang merupakan bagian dari kampanye kesadaran lingkungan ini memiliki tujuan lainnya seperti mendukung penghijauan dengan mengurangi limbah kertas.

Menariknya, buku terbitan Paqueno Editor yang berujudul “Mi Papa Estuvo en la Selva (Ayahku di Hutan)” menerapkan konsep buku biodegradable ini dengan mengusung tema tentang bagaimana cara setiap makhluk hidup dalam menghargai keberadaan hutan.

3. Buku bersampul kulit manusia

Cukup mengherankan memang mendengar bahan dasar kulit sebagai sampul buku, apalagi kulit yang digunakan bukanlah berasal dari jenis yang sudah familiar diketahui seperti kulit hewan, melainkan kulit manusia.

Praktik penggunaan kulit manusia sebagai sampul buku atau dikenal dengan sebutan anthropodermic bibliopegy ini telah berlangsung selama abad ke-17 hingga ke-19.

Tujuan penggunaan kulit manusia di antaranya untuk koleksi pribadi, simbol kekuatan penguasa dalam menghukum penjahat dengan mengambil kulitnya sekaligus memperingati warga agar tidak melakukan tindak kejahatan, sebagai penghormatan atau kenang-kenangan, dan sebagai bahan riset bagi sejumlah ilmuwan dalam bidang anatomi tubuh.

Beruntung, buku bersampul kulit sudah tidak diterapkan di zaman modern. Bahkan, instansi pendidikan terkemuka sekelas Harvard University telah meniadakan jenis sampul tersebut dalam daftar koleksinya sebagai bentuk penghormatan terhadap sang pemilik kulit.

Sejumlah buku populer pernah menggunakan kulit manusia sebagai sampulnya seperti Narrative of the Life of James Allen, The Poetical Works of John Milton, dan A True and Perfect Relation of the Whole Proceedings Against the Late Most Barbarous Traitors.

Baca Juga:

4. Buku di dalam perut

Jangan membayangkan sebuah buku ditelan bulat-bulat secara langsung hingga berakhir di dalam perut. Akan tetapi, praktiknya melahap satu per satu kertas buku yang telah selesai dibaca sebagai contoh pengembangan inovasi pada dunia survival dan desain produk.

Buku unik berjudul “In Case of Emergency: Eat This Book” ini dipublikasikan oleh Land Rover yang bekerja sama dengan Y&R Dubai sebagai panduan bertahan hidup bagi para pengemudi yang menjelajahi padang pasir di Uni Emirat Arab (UAE).

Tidak hanya itu, buku yang berisi segudang pengetahuan tentang survival di padang pasir ini juga memiliki nilai gizi yang setara dengan seporsi cheeseburger.

Mengenal fakta-fakta unik tentang buku di atas, sejatinya akan membuka pengetahuan mengenai benda yang berjuluk “jendela dunia” ini sekaligus menghargai keberadaannya sebagai sumber ilmu tanpa batas.

Baca Juga: 6 Julukan Bagi Pencinta Buku, Dari Bibliognost Hingga Tsundoku

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button