8 Kesenian Tradisional Indonesia Yang Bernuansa Mistis, Ada Yang Sampai Kesurupan!

Kesenian dan budaya Indonesia tersebar di berbagai penjuru nusantara. Kesenian tradisional yang ada di nusantara terkadang tak hanya miliki bertalian dengan unsur budaya dan tradisi, tapi juga aroma mistis.
Menariknya, justru kesenian tradisional yang memiliki aroma mistis ini banyak disukai oleh masyarakat, seperti film horor yang juga banyak ditonton.
Berikut ini merupakan sejumlah kesenian tradisional Indonesia yang bernuansa mistis yang mungkin bakal membuat bulu kudung kamu berdiri ketika menontonnya.
1. Sintren

Sintren atau bisa disebut juga Lais adalan kesenian tari tradisional masyarakat Jawa, khususnya di Pekalongan. Namun, kesenian ini juga terkenal di pesisir utara Jawa Tengah dan Jawa Barat, antara lain di Pemalang, Pekalongan, Brebes, Banyumas, Kuningan, Cirebon, Indramayu, dan Jatibarang.
Dulunya, kesenian Tari Sintren dipentaskan pada waktu yang sunyi, di saat malam bulan purnama karena kesenian tari ini berhubungan dengan roh halus yang masuk ke dalam sang penari. Banyak kisah yang menceritakan tarian ini. Misalnya kisah cinta Ki Joko Bahu dengan Rantamsari yang tidak disetujui oleh Sultan Agung, Raja Mataram.
Akhirnya R. Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari. Meskipun demikian pertemuan di antara keduanya masih terus berlangsung melalui alam gaib. Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R. Sulandono yang sedang bertapa dipanggil oleh roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan di antara Sulasih dan R. Sulandono.
Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan catatan bahwa hal tersebut dilakukan apabila sang penari masih dalam keadaan suci atau perawan.
Baca Juga:
2. Kuda lumping

Kesenian selanjutnya yang mengandung unsur mistis adalah kuda lumping. Kuda lumping dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Ada banyak istilah untuk kesenian yang satu ini. Selain Jathilan, ada yang menyebutnya kuda lumping dan jaranan. Kesenian ini berkisah tentang prajurit zaman kerajaan yang tengah melakukan perjalanan dan kelaparan.
Kesenian ini banyak berkembang di wilayah Jawa Tengah. Kesurupan atau trance menjadi puncak hiburan rakyat ini. Mula-mula para penari pria menunggangi kuda yang terbuat dari anyaman bambu diiringi gamelan.
Pada situasi tertentu, para penari itu akan mengalami kesurupan, sehingga menjadi beringas dan memakan apapun, termasuk air lumpur, beling (pecahan kaca), dan lain sebagainya.
3. Debus

Kesenian tradisional ini di kenal muncul sejak abad ke-16, yang saat itu menjadi ajang memompa semangat juang rakyat Banten. Dalam kesenian Debus, seseorang yang akan membawakan acara ini umumnya mengucapkan kalimat, “Sa elmu sa guru ulah sok nga ganggu” artinya satu ilmu satu guru dimohon jangan mengganggu.
Pembawa acaranya sangat memahami bahwa atraksinya yang berbahaya. Seperti mengiris bagian tubuh dengan golok, menusuk dengan tombak, menusukkan jarum ke kulit sampai tembus, berguling di atas beling, membakar tubuh lalu memakan apinya. Semua antraksi ini tanpa menimbulkan luka.
Bertutur dari kepercayan masyarakat yang berkembang, semua ini bisa dilakukan karena ada bantuan dari dunia gaib seperti jin
4. Reog Ponorogo

Reog, salah satu kesenian yang berasal dari Jawa Timur semakin terkenal setelah kontroversi klaim Malaysia sebagai pemilik kesenian itu. Ponorogo dipastikan sebagai tanah kelahiran Kesenian Reog yang sedikit berbau magis ini. Reog adalah salah satu bukti budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
Ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok. Salah satu cerita yang paling terkenal adalah tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bra Kertabumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15.
Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak kerajaan yang berperilaku korup dan diatur oleh kelompok pedagang asal China. Ia melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir.
Baca Juga:
5. Tari Ronggeng

Tari yang berasal dari Jawa Barat ini terkenal memiliki unsur mistis dalam tariannya. Sebab digunakan untuk membalas dendam, sehingga berhubungan dengan kematian.
Salah satu cerita lokal mengenai awal mula Tari Ronggeng berkisah tentang seorang putri yang ditinggal mati oleh pujaan hatinya. Sang wanita ini pun terus menangis berhari-hari meratapi kematian kekasihnya sampai menimbulkan bau yang sangat menyengat.
Melihat kondisinya, orang-orang prihatin dan mencoba untuk menghiburnya dengan menari sembari menutup hidung untuk menahan bau yang menyengat tadi. Dengan lantunan irama dan gerakan yang gemulai, sang wanita pun akhirnya terbawa suasana dan ikut menari.
6. Tarian Bambu gila

Tarian Bambu gila, buluh gila, atau bara suwen merupakan kesenian khas Maluku. Sebelum pertunjukan dimulai, seorang pawang akan membakar kemenyan yang ditaruh di dalam tempurung kelapa sambil membaca mantra.
Setelah membaca mantra dalam bahasa tanah yang merupakan salah satu bahasa tradisional Maluku, asap kemenyan akan diembuskan pada batang bambu. Tak jarang, pawang juga akan mengungah jahe sambil membacakan mantra, lalu disemburkan ke bambu. Kemenyan atau jahe berfungsi untuk memanggil roh para leluhur kepada bambu.
Magisnya, batang bambu seakan menggila dengan terguncang-guncang. Semakin lama, bambu akan semakin kencang hingga sulit dikendalikan.
Saat pawang berteriak, “Gila, gila, gila!”, maka atraksi bambu gila dimulai. Dengan diiringi musik, para penari akan merasakan guncangan bambu gila yang semakin lama semakin membuat mereka kewalahan.
7. Tari Balean Dadas

Kesenian Balean Dadas ini miliki suku Dayak dari Kalimantan. Balean sering disebut juga sebagai Wadian, salah satu upacara dalam bidang pengobatan tradisional pada suku Dayak Ma’nyan di Dusun Utara, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah.
Sejarahnya, Wadian Dadas didapat melalui ilham yang diperoleh seorang wanita bernama Ineh Ngundri Gunung. Pada zaman dahulu, jika terjadi musibah atau gagal panen, orang Dayak Ma’nyan meminta bantuan wadian untuk melepas musibah tersebut. Salah satunya dengan Wadian Dadas.
Para penari Balean Dadas menggunakan pakaian adat dayak dengan warna seperti hitam, putih, merah, hijau, dan kuning. Selain itu penari menggunakan hiasan, di antaranya gelang, kaling taring, dan janur.
Baca Juga:
8. Tari Bedhaya Ketawang

Nah yang keenam ini adalah yang bisa dibilang sangat mistis. Kesenian Tari Bedhaya Ketawang adalah sebuah tari yang sangat sakral dan hanya digelar dalam setahun sekali.
Sebagai salah satu jenis tari keraton, tari Bedhaya dianggap tarian yang sakral. Karenanya tari Bedhaya yang terdiri dari 9 penari wanita itu harus ditampilkan di hadapan seorang raja.
Musik yang digunakan untuk mengiringi tari Bedhaya Ketawang adalah gamelan yang terdiri atas lima ricikan/instrumen. Gamelan tersebut yaitu gendhing (kemanak), kala (kendhang), sangka (gong), pamucuk (kethuk), dan sauran (kenong).
Terdapat beberapa aturan yang harus ditaati oleh penonton pada saat pertunjukan Tari Bedhaya Ketawang berlangsung. Diantaranya, tidak boleh makan, tidak boleh merokok dan harus menjaga ketenangan serta tidak boleh berbicara.
Menurut cerita yang beredar, dalam tarian tersebut ada Sang Ratu Kidul yang ikut menari sebagai rasa penghormatan kepada Raja Mataram.
Itulah beberapa kesenian tradisional Indonesia yang bernuansa mistis. Semoga bermanfaat.
Baca Juga: Tarian THR Mirip Dengan Tarian Yahudi, Antara FOMO dan Latah!