LIngkungan

4 Dampak Negatif dari Eksploitasi Tambang Nikel di Raja Ampat, Dari Kerusakan Eksosistem Hingga Ancaman Keberlangsungan Hidup Masyarakat

Kepulauan Raja Ampat di Papua Barat Daya merupakan salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia. Dengan lebih dari 550 jenis terumbu karang dan 1.400 spesies ikan, perairan ini menjadi rumah bagi berbagai kehidupan laut serta menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat setempat.

Dari survei The Nature Conservancy (TNC) dan Conservation International, menunjukkan bahwa 75% spesies laut dunia hidup di perairan Raja Ampat. Wilayah ini memiliki lebih dari 550 spesies karang, 1.427 spesies ikan, dan 700 lebih jenis moluska.

Dengan potensi keanekaragaman hayati yang berlimpah di Raja Ampat, perairan ini menjadi rumah bagi berbagai kehidupan laut serta menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat setempat.

Baca Juga:

Tidak hanya kaya dengan keanekaragaman hayati dan keindahan alamnya, ternyata di bawah bumi kepulauan Raja Ampat tersimpan sumber daya mineral yang luar biasanya banyaknya. Salah satu yang sudah diekspolitasi adalah tambang nikel.

Namun, eksploitasi tambang nikel di Raja Ampat yang ramai dibicarakan karena memiliki dampak negatif yang besar kembali disuarakan. Tagar #SaveRajaAmpat menjadi salah satu topik yang sedang hangat dibicarakan publik saat ini.

1. Deforestasi untuk pembukaan lahan tambang menyebabkan kerusakan lingkungan

Deforestasi akibat pembukaan lahan tambang telah menyebabkan sedimentasi tinggi yang terbawa aliran sungai ke laut. Endapan lumpur ini menutupi terumbu karang yang menjadi habitat bagi berbagai spesies laut, termasuk ikan dan biota langka seperti penyu sisik. Penurunan kualitas air laut akibat pencemaran dari sisa tambang juga berpotensi merusak ekosistem mangrove yang berperan dalam mitigasi perubahan iklim.

Pohon-pohon yang ditebang dan lubang-lubang terbuka dari kerikil serta tanah berwarna jingga-coklat merusak pulau-pulau tempat penambangan dimulai. Sedimen dari tambang terbawa oleh arus laut dan menumpuk di sepanjang pantai, mengancam kehidupan bawah laut. Endapan tersebut berisiko merusak terumbu karang dan ekosistem sekitarnya, mengingat Raja Ampat adalah salah satu kawasan dengan biodiversitas laut tertinggi di dunia.

Penambangan yang terus berlangsung juga menyebabkan limpasan limbah ke laut, yang mengakibatkan sedimentasi berlebih. Aliran lumpur ini menutupi terumbu karang, mengurangi penetrasi cahaya matahari, serta menghambat fotosintesis alga yang menjadi sumber makanan bagi banyak spesies laut.

Akibatnya, ekosistem laut mengalami kerusakan berkelanjutan, mengganggu populasi ikan dan organisme laut lainnya. Para ahli menekankan bahwa perubahan ini berdampak besar terhadap keberlangsungan rantai makanan di wilayah perairan Raja Ampat.

2. Pencemaran logam berat dari limbah tambang berpotensi masuk ke rantai makanan manusia

Dampak buruk lainnya adalah pencemaran logam berat yang merusak ekosistem mangrove dan padang lamun, yang berperan dalam menyerap karbon dan melindungi garis pantai dari abrasi. Akumulasi logam berat ini tidak hanya mengganggu kehidupan laut, tetapi juga berisiko masuk ke dalam rantai makanan manusia melalui konsumsi ikan yang terkontaminasi.

3. Pencemaran logam berat menghambat regenerasi flora dan fauna

Pencemaran juga bisa berarti berubahnya suatu tatanan (komposisi) dari air, tanah atau udara oleh kegiatan manusia maupun karena proses alam, sehingga kualitas air, tanah maupun udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

Pertambangan nikel secara besar-besaran akan mengontaminasi tanah dengan logam berat sehingga menghambat pertumbuhan tanaman dan pohon-pohon. Air yang sudah terkontaminasi logam berat kemudian di konsumsi oleh hewan, dikhawatirkan juga akan mengganggu tingkat kesehatan reproduksi pada hewan.

Baca Juga:

4. Ancaman terhadap keberlangsungan hidup masyarakat Raja Ampat

Sebagian besar Masyarakat Raja Ampat menggantungkan hidupnya pada alam. Ada yang menghasilkan dari pariwisata, pertanian dan hasil laut. Eksploitasi tambang nikel tambang nikel di Raja Ampat yang ada justru akan mengancam keberlangsungan hidup masyarakat.

Para nelayan, misalnya, harus menempuh jarak lebih jauh, sebab hasil laut yang berada di sekitar tambang sudah sulit mereka dapat karena rusaknya ekosistem. Hal ini pun berdampak pada pengeluaran logistik yang semakin besar. Namun demikian, hasil tangkapan yang lesu membuatnya tidak berimbang.

Eksploitasi tambang nikel di Raja Ampat menimbulkan dilema antara kebutuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan. Indonesia berisiko kehilangan salah satu ekosistem laut terkaya di dunia.

Pemerintah perlu lebih serius dalam menerapkan kebijakan yang mendukung keberlanjutan agar sumber daya laut tetap lestari, tanpa mengorbankan kesejahteraan masyarakat pesisir yang bergantung pada kelestarian ekosistem perairan. Keputusan yang diambil hari ini akan menentukan masa depan keanekaragaman hayati laut Indonesia untuk generasi mendatang.

Baca Juga: Busang: Skandal Emas Berlumuran Darah dan Jejak Keluarga Cendana

Sumber:

Dampak Pencemaran Lingkungan Laut Oleh Perusahaan Pertambangan Terhadap Nelayan Tradisional, Rizky W. Santosa, E-Journal Unsrat, Lex Administratum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button