Sering Merasa Cemas? Waspada Terhadap 5 Jenis Gangguan Kecemasan Ini!


Ilustrasi gangguan kecemasan (pixabay.com/Anemone)

Kecemasan merupakan sebuah respon terhadap situasi yang dianggap mengancam atau membahayakan yang mana wajar dan dapat dialami oleh siapa pun. Namun jika kecemasan tersebut sudah mencapai kadar yang tinggi, berlebihan, dan tidak sesuai dengan proporsi ancamannya, maka bisa mengarah kepada gangguan yang akan menghambat fungsi kehidupan manusia.

Di bawah ini ialah pembahasan mengenai apa-apa saja gangguan kecemasan itu dan bagaimana cara penanganannya.

1. Gangguan Panik (Panic Disorder)

Gangguan ini adalah satu perasaan serangan cemas mendadak secara berulang-ulang disertai gejala-gejala seperti berdebar-debar, nyeri dada, sesak nafas, tremor, pusing, merasa dingin atau panas, ada depersonalisasi atau derealisasi, perasaan akan datangnya bahaya, ketakutan akan kehilangan kontrol atau menjadi gila, dan biasanya gejala tersebut telah mencapai puncaknya dalam kurun waktu sepuluh menit.

Bila tidak diobati, gangguan yang disebut juga dengan Anxietas Paroksismal Episodik ini dapat beresiko terjadinya percobaan bunuh diri bagi para pengidapnya.

Adapun penanganan pada gangguan ini secara biologis ialah dengan diberikan obat-obat antipanik. Obat-obatan yang diberikan biasanya ialah obat antidpresan dan harus di dalam pengawasan dokter. Sedangkan penanganan secara psikologis, gangguan panik dapat diredakan dengan melakukan terapi pengendalian kepanikan.

Baca Juga:

2. Gangguan Kecemasan Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)

Gangguan kecemasan dapat memperlihatkan perilaku yang tidak lazim seperti panik tanpa alasan, takut yang tidak beralasan terhadap objek atau kondisi kehidupan, melakukan tindakan berulang-ulang tanpa dapat dikendalikan, mengalami kembali peristiwa yang traumatik, atau rasa khawatir yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan.

Adapun ketika dilihat gejalanya secara motorik, gangguan yang muncul dua kali lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki ini ialah misalnya seperti merasakan kegelisahan, sakit kepala, gemetaran, dan sulit menenangkan diri. Selain itu, jika dilihat dari aktivitas anatomi terdapat gejala yang cukup berlebihan (over) pula seperti kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dan lain sebagainya.

Salah satu penanganan terhadap penderita GAD ialah dengan cara melakukan terapi untuk menerima keadaan terlebih dahulu sebelum melakukan beberapa perubahan terkait perilaku dan pikiran.

3. Gangguan Fobia (Phobia)

Istilah ‘phobia’ berasal dari kata ‘phobi’, yaitu ketakutan atau kecemasan yang sifatnya tidak rasional pada saat dirasakan dan dialami oleh seseorang. Gangguan fobia juga bisa dikatakan sebagai rasa takut yang persisten terhadap objek atau situasi di mana rasa takut ini tidak sebanding dengan ancamannya.

Ada tiga tipe fobia berdasarkan sistem DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders), yaitu fobia spesifik (takut terhadap benda-benda tertentu, binatang, atau situasi yang spesifik), fobia sosial (demam panggung yang berlebihan, kecemasan berbicara di forum yang berlebihan, serta ketakutan bertemu dengan orang baru), dan agoraphobia (takut untuk pergi ke tempat ramai dan penuh sesak).

Penanganan secara biologis untuk menyembuhkan gangguan fobia ialah dengan menggunakan obat antidepresan dalam dosis tertentu. Sedangkan metode penanganan lainnya ialah melakukan pertemuan secara interpersonal dengan terapis untuk berkonsultasi dan memecahkan kebuntuan yang dirasakan.

Baca Juga:

4. Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder)

Gangguan kecemasan sosial adalah kondisi seseorang merasa cemas ketika berada di lingkungan sosial seperti takut menatap orang lain, takut diperhatikan di depan umum, dan takut akan penilaian yang diberikan orang lain.

Gangguan yang cukup mengganggu dan dapat memberi dampak negatif pada aktivitas sehari-hari ini memiliki gejala-gejala seperti merasa takut, cemas, gugup saat berpikir bahwa orang lain akan menertawakannya di tempat umum, menghindari berkegiatan makan dan minum di tempat umum, serta menghindari tatapan langsung dengan orang lain yang disertai gejala fisik seperti wajah memerah, berkeringat, jantung berdebar, napas pendek, mual, gemetar, atau merasa pusing.

Untuk menangangani gangguan kecemasan sosial, si pengidap harus bisa melawan atau menghadapi langsung situasi yang menakutkannya, di antaranya dengan membangun rasa kepercayaan diri, melakukan suatu hal yang berbeda, mengubah pola pikir, dan ditambahkan dengan pelatihan keterampilan sosial.

5. Gangguan Obsesif Kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder)

Obsesif adalah suatu pikiran yang terus menerus secara patologis muncul dalam diri seseorang, sedangkan kompulsif adalah tingkah laku yang didorong secara berulang-ulang kali dilakukan akibat dari pikiran obsesif.

Adapun contoh dari pikiran secara obsesional misalnya seperti kerap bertanya apakah kompor sudah mati atau belum, apakah rumah sudah dikunci atau belum, selalu membersihkan tangan sesudah memegang satu benda padahal tak memberikan efek ternodai yang teramat sangat, atau merasa resah jika menemukan sesuatu yang tak sesuai dengan semestinya. Kondisi-kondisi tersebut dapat menimbulkan kecemasan yang signifikan bagi pengidapnya, lalu didorong dengan tindakan kompulsif untuk memeriksa dan memperbaiki semua itu setelahnya.

Dalam sebuah studi, penanganan secara biologis terhadap penderita OCD ialah dengan mengonsumsi obat antidepresan tricyclic, namun tingkat kekambuhannya lumayan tinggi jika berhenti mengonsumsinya sehingga akan menimbulkan efek ketergantungan. Selain itu, OCD juga dapat diterapi dengan cara pendekatan behavioral, yaitu mencegah si pengidap agar berusaha mengendalikan diri dan mengurangi kecemasan berlebihan jika perilaku kompulsif mulai tak tertahankan.

Itulah lima jenis gangguan kecemasan. Sekali lagi, manusia memiliki rasa kecemsan merupakan suatu hal yang normal. Namun jika sudah mengganggu dan tidak terkendali bahkan dapat menyusahkan diri sendiri maupun orang lain, sebaiknya segera berbenah diri dan melakukan penanganan sedini mungkin agar lebih kondusif dan menata hidup yang jauh lebih baik.

Baca Juga: 5 Manfaat Tertawa Untuk Kesehatan Mental

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.


Like it? Share with your friends!

Emperor

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *