Sefrekuensi Tanpa Tapi


Aku dihadapkan pada luasnya cara pandangmu

Meniti setiap jengkal cara berpikirmu

Masih belum terukur, sepasang mata yang menatap dalam baur
Masih belum terjamah, makna tersirat yang kau titipkan lewat diskusi dua arah

Rasa ini apa namanya?
Kagumkah itu
Tak begitu seharusnya. Karena kagum hanya akan mengurungku dalam kesan apresiasi

Lalu apa ini namanya?
Senang saja jika bertukar kabar
Tak begitu seharusnya. Karena senang hanya akan membawaku dalam kesan simpati

Aku dengan lukaku
Kamu dengan lukamu
Beradu dalam sudut pandang yang sama-sama melahirkan rasa pilu

Aku dengan mimpiku
Kamu dengan mimpimu
Beradu dalam ambisi yang sama-sama memunculkan ego yang semu

Bergerak, melintasi setiap sapa yang bergejolak

Berhenti, meredam setiap umpatan yang datang silih berganti

Menjaga agar tetap dalam batas, tidak lebih dan tidak kurang
Menata agar tetap dalam irama,
Tidak tinggi dan tidak rendah

Menandai setiap pergerakan yang ada di garis tepi
Agar semua berjalan sebagaimana mestinya tanpa tapi
Ketika tak lagi bisa sesering biasanya
Rasa yang ada juga seperti biasanya

Kita meneriakkan pesan yang sama
Tapi kita tak bisa terus bersama
Kita berada pada frekuensi yang sama
Tapi kita tak bisa terus seiya sekata

Ketika kau menghebatkanku
Sesungguhnya itu adalah cara tercepat menghancurkanku
Karena rapuhnya aku lebih mendominasi dibanding tangguhku

Lewati saja aku, jika bosan menyerangmu
Dengan sejuta alasan tentangku yang menyebalkan
Dengan beribu kekesalan yang menjelma menjadi lorong gelap tak berujung

Padamkan saja cahaya kecil dariku
Jika kamu merasa sudah tak nyaman dengan redupnya
Karena banyak terang yang menghampirimu… Mungkin

Karena suguhanku ya cuma cahaya kecil itu saat ini… Entah nanti

Perdebatan kita selalu soal idealisme
Tapi kadang disisipi dengan guyonan garing di beberapa episode
Apakah ini bisa membuat kita semakin bertaut
Atau seiring waktu menggerogoti pondasi kita… Pelan tapi pasti

Energi yang kau pancarkan
Membuat luluh segenap angkuhku
Hanya saja, santunmu yang kadang tak sejalur dengan liarnya pikiranku

Tentang cara berpikir
Tentang sorot mata
Tentang idealisme yang mengudara
Tentang frekuensi kita

Karena untuk memastikan tidak ada luka dalam yang berkelanjutan terus menerus dikemudian hari

Karena kita adalah manusia
Karena kita adalah pendosa
Karena kita adalah pemberontak
Karena kita adalah si keras kepala

Hentikan saja bait tentang keindahan
Itu semua omong kosong di kotak permainan
Faktanya hidup itu ya begini, keras dan kadang adu pemikiran

Kembali memaklumi
Ambil posisi untuk kembali membersamai tanpa menggurui
Kembali sefrekuensi tanpa tapi

Tanpa ada titik koma yang terlewati
Kita perlu mendalami ini, sekali lagi

Baca Juga: Puisi Aku, Kamu, dan Kita

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.


Like it? Share with your friends!

Novice

3 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *