Sastra

Review Novel Pulang, Kisah Para Eksil Politik Akibat Peristiwa 1965 yang Dijegal Pulang Ke Tanah Airnya

Halo, kembali lagi bersama saya yang akan mereview kembali salah satu buku dari penulis hebat Leila S. Chudori. Setelah lama menunda membaca novel ini, akhirnya saya merampungkan juga kisah paling tragis dan pelik itu.

Buku karya penulis Leila yang satu ini, lagi-lagi membuat saya terperangah dan sesak napas. Apalagi ketika penulis menggambarkan perjuangan empat sekawan yang terpinggirkan di negeri orang yang setiap harinya dihantui perburuan.

Tidak perlu berlama-lama lagi, langsung saja simak review novel “Pulang” di bawah ini!

Informasi buku:

  • Judul: Pulang
  • Penulis: Leila S. Chudori
  • Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
  • Tahun Terbit: 2012
  • Jumlah Halaman: viii + 464 hlm
  • Panjang Buku: 13,5 cm x 20 cm
  • ISBN:  978 – 979 – 91 – 0515 – 8

Baca Juga:

Sinopsis Buku Pulang

Novel Pulang karya Leila S. Chudori ini mengisahkan tentang kehidupan para eksil politik yaitu Dimas Aji, Nugroho, Tjai, dan Risjaf yang berjuang di perantauan, Paris. Mereka terpaksa hidup jauh dari keluarga akibat peristiwa 30 September 1965.

Empat sekawan ini sepanjang hidupnya terus dikejar rasa bersalah, karena keluarga mereka yang berada di tanah air harus merasakan penderitaan tiada akhir atas menghilangnya mereka. Kabar dari keluarga di Indonesia yang mengalami pengejaran, penembakan, ancaman, bahkan yang dihilangkan, semakin membuat mereka frustrasi.

Di tengah kecamuk dan kabar tak sedap yang tak berkesudahan, empat sekawan ini memutuskan untuk mengelola restoran yang kemudian diberi nama “Restoran Tanah Air”, restoran ini menjadi obat rindu bagi mereka. Walaupun begitu, keinginan untuk pulang masih menggebu-gebu, namun apa daya mereka tak diizinkan untuk menginjakkan kaki di rumah mereka sendiri.

Kisahnya berlanjut hingga pada anak-anak mereka yang harus mengalami pengucilan dan tatapan sinis dari orang-orang.

Baca Juga:

Review saya untuk novel Pulang-Leila S. Chudori:

“Seperti Bhisma, aku juga ingin memilih tempatku bersemayam terakhir kali.”

Sepenggal kalimat dari Dimas Aji, salah satu tokoh dari novel Pulang ini amat menggambarkan kerinduan dirinya akan kata “pulang”. Novel yang dibuka dengan penangkapan Hananto di persembunyiannya, lalu dilanjutkan dengan kisah Dimas Aji bertemu dengan Vivienne Devereaux di Paris, yang akan membuka kisah tragis dari masa lalu hingga ke kehidupan selanjutnya.

Dari awal saja penulis sudah menyuguhkan kisah yang menegangkan, tragis, dan penuh penindasan. Setiap saya membuka halaman demi halamannya, saya dibuat sesak napas. Apa lagi yang akan terjadi? Siapa lagi yang akan diinterogasi? Siapa lagi yang akan tersakiti? Seperti itu terus sepanjang membacanya.

Penulis berhasil menyajikan kisah kelam yang diangkat dari pihak yang tak biasa, yang bagi sebagian orang tabu, tak pantas menceritakan mereka. Namun, dengan gaya tulisan yang mengalir dan penggambaran emosi yang tepat, kisah yang disajikan justru membuat orang jadi penasaran.

Pengkhianatan, ketegangan, dan rasa bersalah yang dirasakan para eksil politik yang berada di Paris ini membuat saya yang membacanya seakan menyaksikan langsung, seakan saya hidup bersama mereka. Begitulah, betapa hebatnya penulis membangkitkan rasa nasionalisme saya.

Kisahnya diceritakan dari berbagai sudut pandang, sehingga saya paham dengan apa yang penulis ingin sampaikan. Saya membacanya ikut merasakan getir, geram, marah, terpesona, terseok-seok, terpenjara, juga terasingkan.

Penulis juga menceritakan tentang perjuangan cinta dari para eksil politik ini. Bagaimana mereka harus mengalah, menahan rindu, bahkan rela membagi kasih dengan yang lain, semuanya dikisahkan dengan perasaan yang menggelora.

Dengan adanya kisah hangat di dalamnya, saya sebagai pembaca jadi mempunyai waktu untuk bernapas dan tersenyum sebentar, meskipun di halaman berikutnya digempur lagi dengan kejadian yang begitu nahas.

Saya tidak hidup di tahun-tahun itu, tahun di mana Reformasi lahir pun saya masih berumur satu tahun, saya tidak banyak mengerti. Selain dari buku pelajaran, yang pasti sudah banyak dimodifikasi, bahkan sengaja dihilangkan sebagian kebenarannya, saya tidak tahu lagi sejarah hari-hari kelam itu. Novel Pulang, memberi gambaran paling mengerikan, merinci sejarah dari sudut pandang yang berbeda dari yang saya tahu.

Novel Pulang tidak hanya mengisahkan tentang peristiwa sejarah, tetapi juga menyajikan tentang eratnya kekeluargaan, persahabatan, cinta yang membara, juga pengkhianatan.

Mungkin pertanyaan saya akan sama dengan yang lainnya, seberapa banyak sejarah yang diredam? Kisah segila apa yang mereka tutupi? Kenapa harus dikubur dalam bahkan mungkin mengganti peran? Kenapa harus ditandai? Bukankah semuanya Indonesia? Lalu, apakah saya ini sudah Indonesia dari INDONESIA?

Pertanyaan-pertanyaan itu bergelayut, seperti juga rasa haus saya tentang kebenaran sejarah di tahun-tahun tersebut.

Kenapa ada ragu pada diri saya ketika melihat mereka yang bergelantungan di media sosial? Kenapa saya jadi curiga?

Seperti itulah. Hebat, ya? Satu novel saja bisa membuat saya tertarik akan sejarah Indonesia, satu novel saja bisa membuat saya ingin terus menjadi Indonesia. Penulis berhasil!

Jika kamu ingin tau gambaran kehidupan politik di rentang tahun 1965 sampai 1998, saya akan merekomendasikan novel ini. meskipun tidak bisa menjadi rujukan yang tepat, setidaknya kamu punya gambaran akan peristiwa yang terjadi, akan perjuangan mereka yang dihilangkan, juga atas mereka yang terasingkan.

Tentu masih banyak kisah-kisah yang sengaja dikubur, namun berterima kasihlah pada penulis yang mampu membawa kembali zaman itu melalui tulisan yang bagus ini.

Nah, seperti itulah review saya untuk novel Pulang karya Leila S. Chudori ini. semoga memberi gambaran bagi kamu yang masih maju mundur untuk membeli bukunya. Buku ini tersedia dalam bentuk digital juga loh, jadi kamu akan lebih mudah membelinya.

Akhir kata, jangan beli buku bajakan! Semangat!

Baca Juga: Review Novel The Orange Girl, Antara Cinta, Kehidupan, dan Kepergian

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button