Magelang kota besar dalam kehidupan damai dan perang
Menyimpan sejarah kelam di masa silam
Menggugah hati penuh amarah dan dendam
Membara membakar jiwa-jiwa pahlawan bangsa
Berjuang melawan ketidakadilan umat keturunan Sang Adam
Keterbelakangan pembangunan dan premanisme kehidupan
Berjalan di jalanan
Seolah mengingat sejarah masa lalu kehidupan
Penyebab tenggelam dan runtuhnya keadilan
Mengingatkan peristiwa Perang Jawa yang terkenal
Di telingaku terngiang perseteruan yang abadi
“Diponegoro,
Apakah seorang raja harus merusak rakyat?
Membumihanguskan hutan dan lahan pertanian
Melawan kekuasaan yang adil dan sah
Bukankah tindakan biadab menyengsarakan rakyat
Untuk itulah,
Aku Jenderal De Kock mengundangmu
Ke kediaman Residen Magelang
Kita berunding bermusyawarah selesaikan segala masalah
Menghentikan kesengsaraan rakyat dan bangsa kita
Hidup damai berdampingan saling menghargai”
“De Kock,
Mengapa engkau mengajakku berunding
Sudah tidak mampukah balatentaramu
Menghadapi perlawanan bangsaku
Sudah habiskah kesombonganmu
Sudah hilangkah rasa malumu
Hingga berkirim kabar untuk bertemu”
“Diponegoro,
Aku dan serdaduku mampu menghadapimu
Aku hanya ingin negeri ini tenteram
Tidak ada kesengsaraan rakyat
Tidak ada penindasan bagi kaum-kaum lemah
Masyarakat jelata sudah banyak menderita”
“Omong kosong, Jenderal biadab
Bangsamu yang menjajah negeri ini
Mengadu domba bangsa nusantara ini
Membuat rakyat menderita
Menjadikan kami sebagai budak
Mengeruk kekayaan tanah ini
Menjadikan rakyat kelaparan dan sengsara
Hidup menderita di tanah mereka sendiri”
“Bukan itu Diponegoro,
Jikalau kau ingin hidup damai
Datanglah ke istana Residen
Kita berunding di sana
Mencapai simpul titik temu
Menyelesaikan segala masalah
Menyejahterakan rakyat
Itu terjadi jika bangsa kita bersatu
Tidak berperang”
Diponegoro pun akhirnya datang dan berunding di Magelang
Namun,
“Keparat kau, De Kock
Jenderal laknat perusak jagad
Mengapa kau tipu aku
Mengapa kau tangkap aku
Sudah hilangkah tujuanmu
Menghilangkan kesengsaraan rakyat”
“Diponegoro,
Kaulah si laknat
Aku menangkapmu sebagai cara
Menghilangkan kesengsaraan rakyat
Bukankah dengan menangkapmu
Perang jawa ini berakhir
Bukankah dengan selesainya perang ini
Rakyat akan damai tenang tenteram
Tidak ada kerusuhan dan segala bentuk kekacauan”
“Dasar orang terlaknat
Penipu
Pembohong
Pendusta
Dajjal laknat”
“Terima kasih, Diponegoro
Aku memang menipumu
Aku memang membohongimu
Aku memang mendustaimu
Sekarang tenanglah
Hiduplah dalam kedamaian
Hiduplah dalam penjara
Kehidupan rakyat akan tenteram
Tak akan ada lagi pergolakan
Tak ada lagi permusuhan”
“Dajjal laknat
Aku bisa kau tipu
Aku bisa kau penjarakan
Bahkan kau bisa membunuhku
Tapi bangsaku akan selalu
Menolak dan melepaskan cengkeraman bangsamu
Mengenyahkan bangsamu dari negeri ini”
“Diponegoro,
Aku bisa lakukan apa saja terhadapmu
Terhadap bangsa jawa yang kau banggakan
Kau tahu, Diponegoro
Bangsamu akan mengikuti cara-caraku
Pemimpinmu akan mengekor langkah-langkahku
Mereka akan menipu seperti diriku
Mereka akan memenjarakan lawan-lawan politik laiknya aku
Mereka akan membungkam rakyatnya sendiri
Seperti apa yang kulakukan
Mereka akan menarik pajak-pajak
Yang tidak pernah kau pikirkan”
“Biadab
Enyahlah kau selamanya
Dari bumi nusantara ini”
Magelang dalam kenangan kepahlawanan kelam
Seperti negeri Gelang-gelang yang menenggelamkan Mataram
Mantingantengah, Jakenan, Pati, 30 Agustus 2019
Baca Juga: Surat Kabar Alzela
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.
nice
Makasih. Semoga saya bisa konsisten menulis.