Puisi

Penangkapan Diponegoro

Magelang kota besar dalam kehidupan damai dan perang

Menyimpan sejarah kelam di masa silam

Menggugah hati penuh amarah dan dendam

Membara membakar jiwa-jiwa pahlawan bangsa

Berjuang melawan ketidakadilan umat keturunan Sang Adam

Keterbelakangan pembangunan dan premanisme kehidupan

 

Berjalan di jalanan

Seolah mengingat sejarah masa lalu kehidupan

Penyebab tenggelam dan runtuhnya keadilan

Mengingatkan peristiwa Perang Jawa yang terkenal

Di telingaku terngiang perseteruan yang abadi

 

“Diponegoro,

Apakah seorang raja harus merusak rakyat?

Membumihanguskan hutan dan lahan pertanian

Melawan kekuasaan yang adil dan sah

Bukankah tindakan biadab menyengsarakan rakyat

Untuk itulah,

Aku Jenderal De Kock mengundangmu

Ke kediaman Residen Magelang

Kita berunding bermusyawarah selesaikan segala masalah

Menghentikan kesengsaraan rakyat dan bangsa kita

Hidup damai berdampingan saling menghargai”

 

“De Kock,

Mengapa engkau mengajakku berunding

Sudah tidak mampukah balatentaramu

Menghadapi perlawanan bangsaku

Sudah habiskah kesombonganmu

Sudah hilangkah rasa malumu

Hingga berkirim kabar untuk bertemu”

 

“Diponegoro,

Aku dan serdaduku mampu menghadapimu

Aku hanya ingin negeri ini tenteram

Tidak ada kesengsaraan rakyat

Tidak ada penindasan bagi kaum-kaum lemah

Masyarakat jelata sudah banyak menderita”

 

“Omong kosong, Jenderal biadab

Bangsamu yang menjajah negeri ini

Mengadu domba bangsa nusantara ini

Membuat rakyat menderita

Menjadikan kami sebagai budak

Mengeruk kekayaan tanah ini

Menjadikan rakyat kelaparan dan sengsara

Hidup menderita di tanah mereka sendiri”

 

“Bukan itu Diponegoro,

Jikalau kau ingin hidup damai

Datanglah ke istana Residen

Kita berunding di sana

Mencapai simpul titik temu

Menyelesaikan segala masalah

Menyejahterakan rakyat

Itu terjadi jika bangsa kita bersatu

Tidak berperang”

 

Diponegoro pun akhirnya datang dan berunding di Magelang

Namun,

 

“Keparat kau, De Kock

Jenderal laknat perusak jagad

Mengapa kau tipu aku

Mengapa kau tangkap aku

Sudah hilangkah tujuanmu

Menghilangkan kesengsaraan rakyat”

 

“Diponegoro,

Kaulah si laknat

Aku menangkapmu sebagai cara

Menghilangkan kesengsaraan rakyat

Bukankah dengan menangkapmu

Perang jawa ini berakhir

Bukankah dengan selesainya perang ini

Rakyat akan damai tenang tenteram

Tidak ada kerusuhan dan segala bentuk kekacauan”

 

“Dasar orang terlaknat

Penipu

Pembohong

Pendusta

Dajjal laknat”

 

“Terima kasih, Diponegoro

Aku memang menipumu

Aku memang membohongimu

Aku memang mendustaimu

Sekarang tenanglah

Hiduplah dalam kedamaian

Hiduplah dalam penjara

Kehidupan rakyat akan tenteram

Tak akan ada lagi pergolakan

Tak ada lagi permusuhan”

 

“Dajjal laknat

Aku bisa kau tipu

Aku bisa kau penjarakan

Bahkan kau bisa membunuhku

Tapi bangsaku akan selalu

Menolak dan melepaskan cengkeraman bangsamu

Mengenyahkan bangsamu dari negeri ini”

 

“Diponegoro,

Aku bisa lakukan apa saja terhadapmu

Terhadap bangsa jawa yang kau banggakan

Kau tahu, Diponegoro

Bangsamu akan mengikuti cara-caraku

Pemimpinmu akan mengekor langkah-langkahku

Mereka akan menipu seperti diriku

Mereka akan memenjarakan lawan-lawan politik laiknya aku

Mereka akan membungkam rakyatnya sendiri

Seperti apa yang kulakukan

Mereka akan menarik pajak-pajak

Yang tidak pernah kau pikirkan”

 

“Biadab

Enyahlah kau selamanya

Dari bumi nusantara ini”

 

Magelang dalam kenangan kepahlawanan kelam

Seperti negeri Gelang-gelang yang menenggelamkan Mataram

 

Mantingantengah, Jakenan, Pati, 30 Agustus 2019

Baca Juga: Surat Kabar Alzela

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Related Articles

2 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button