Religion

Kiat Menghargai Waktu dalam Menjalani Kehidupan Sehari-hari bagi Seorang Muslim

Dalam Al-Qur’an Surah Al-‘Ashr, Allah Subhanahu wa ta’ala bersumpah demi masa, dengan menyebutkan bahwa setiap manusia berada di dalam kerugian. Allah berfirman, kecuali orang-orang yang beriman kepada-Nya, saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran. Salah satu surah pendek yang ada di dalam Juz 30 ini memiliki makna yang sangat dalam berkaitan dengan menghargai, serta bagaimana memanfaatkan dan menghargai waktu bagi seorang muslim. Secara garis besar, pesan di dalam surah Al-Ashr memberikan kita jawaban tentang keutamaan waktu.

Para ulama menyebutkan bahwa makna dari Al-Ashr ini adalah ‘masa’ atau waktu, sebagian yang lain menyebutkan bahwa Al-Ashr bermakna waktu Ashar. Waktu yang terus berlalu tanpa terasa, terkadang membuat seseorang lupa akan seberapa banyaknya kesempatan yang telah ia lewatkan. Sementara itu, tidak terasa pula waktu yang telah ia lewati hanya digunakan untuk hal-hal yang sia-sia seperti bermain ponsel, mengobrol yang tidak ada manfaatnya, bermain game, atau bermalas-malasan seharian, tidak produktif, membuang-buang waktu.

Dalam pembahasan kali ini, redaksi telah merangkum bagaimana seharusnya seorang muslim sejati memanfaatkan waktunya, sebagaimana telah difirmankan Allah Subhanahu wa ta’ala dalam surah Al-Ashr ayat 1 – 3.

Di bawah ini, pembahasan terdiri dari keimanan, yaitu mempelajari tentang kepercayaan kepada Allah, serta syariat agama Islam yang telah diturunkan. Kemudian mengamalkan apa-apa yang ada dalam syariat Islam berupa amal saleh. Terakhir, menegakkan kebenaran di tengah manusia, serta bersabar di atas jalan yang benar.

Beriman, mengilmui keberadaan Allah serta memahami syariat Islam

Firman Allah dalam surat Al-Ashr ayat 2, yakni ‘Sesungguhnya manusia berada dalam keadaan merugi’. Allah menegaskan bahwa pada hari kiamat kelak akan banyak orang-orang yang menyesali kehidupan mereka di dunia, sebab tidak memanfaatkan waktu untuk beribadah dengan baik. Kemudian pada ayat selanjutnya, Allah mengecualikan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, serta saling mengingatkan kebenaran dan kesabaran. Pada poin pertama, yaitu orang-orang yang ‘Beriman’. Apa makna dari beriman dalam ayat ketiga ini?

Kalangan ulama tafsir memahami ayat tersebut sebagai mengimani sebelum beramal shalih, yaitu orang yang berbuat kebaikan di dunia harus diawali dengan iman kepada Allah. Iman kepada Allah merupakan satu rangkaian lengkap tentang keilmuan akan agama Islam. Dengan kata lain, para ulama menafsirkan ayat ini sebagai aspek akidah dan dasar-dasar pendidikan Islam. Di dalamnya, seseorang tentu harus mengerti bagaimana aturan-aturan Islam yang memerintahkan untuk berbuat sesuatu, dan melarang sebagian perbuatan yang lain.

Siapa pun di dunia ini dapat melakukan perbuatan baik, akan tetapi tidak semua perbuatan baik diterima amalnya sebagai kebaikan di sisi Allah. Sebagaimana paman Nabi Muhammad yang telah menjadi pelindung beliau dalam berdakwah di kota Makkah, yaitu Abu Thalib. Jasanya begitu besar dalam eksistensi umat Islam pada masa permulaan. Namun di akhir, Abu Thalib tetap tidak mau beriman mengikuti seruan Nabi, dan akhirnya beliau mendapatkan siksa di Neraka yang kekal abadi. Demikian fungsi iman sebelum amal shalih.

Beramal saleh, berbuat kebaikan kepada sesama manusia dan alam

Selanjutnya, setelah seorang muslim mengimani Allah serta memahami syariat Islam, ia diwajibkan untuk mengamalkan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya di dalam syariat Islam. Beramal saleh terbagi menjadi 3 jenis kebaikan, yaitu berbuat baik kepada diri sendiri, kepada sesama manusia, dan kepada makhluk hidup lain di lingkungan sekitar. Termasuk amal saleh yang dilakukan kepada diri sendiri, yaitu seseorang yang melakukan ibadah untuk menyucikan jiwanya, merawat dan menjaga kesehatan serta kebersihan tubuh.

Kemudian, amal saleh yang dilakukan kepada sesama manusia, Allah memerintahkan untuk berbakti pada kedua orang tua, menyambung tali silaturahim, yaitu kepada kakak-adik, kerabat-kerabat dekat, saling memberi kepada tetangga sekitar. Kemudian, menyantuni anak-anak yatim, memberi makan orang miskin baik yang meminta maupun yang tidak meminta-minta. Berbuat baik kepada sesama manusia tidak dibatasi kepada sesama muslim semata, bahkan Rasulullah pun pernah memberi makan setiap hari kepada seorang Yahudi tua di Madinah.

Selanjutnya, melakukan amal saleh kepada lingkungan sekitar, baik kepada hewan-hewan, tumbuhan, atau lingkungan alam. Tidak menyiksa hewan peliharaan seperti jika kita memiliki kucing atau ayam, harus senantiasa memberi makan, merawat kebersihan serta kesehatannya. Berbuat baik kepada tumbuh-tumbuhan, dengan tidak merusaknya tanpa alasan yang jelas. Kepada lingkungan alam, tidak mencemarinya dengan membuang sampah sembarangan di sungai, membuang polusi di udara, serta mencemari tanah dengan bahan kimia.

Menegakkan kebenaran di muka bumi kepada manusia secara umum

Masih di ayat ketiga, setelah seseorang dapat mengimani dan mengamalkan ajaran Islam, Allah memerintahkan untuk saling menasehati. Artinya, Allah memerintahkan setiap muslim yang beriman kepada-Nya untuk berdakwah di tengah-tengah manusia, menyampaikan apa-apa yang ia ketahui dan diamalkannya berdasarkan wahyu. Menasehati dalam kebenaran berupa memperingatkan manusia akan adanya hari akhir, agar senantiasa bertakwa kepada Allah, dan menjauhi segala larangan-larangan yang ada dalam Al-Qur’an serta hadis Nabi Muhammad.

Berdakwah merupakan kegiatan untuk menyampaikan kebenaran kepada orang lain, sebagaimana dilakukan oleh para Nabi sejak zaman dahulu kala, kemudian diteruskan oleh para pengikutnya hingga akhir zaman kelak. Dakwah merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Arab yang berarti menyeru atau seruan, yaitu ajakan kepada orang-orang untuk mengikuti kebenaran yang disampaikan Allah melalui perantara para Nabi. Mengajak manusia untuk menegakkan keadilan dan berbuat baik kepada sesama maupun alam sekitar.

Seorang muslim tidak cukup hanya baik kepada diri sendiri, setelah ia beribadah dengan giat, taat melaksanakan perintah kebaikan, menjauhi larangan, ia juga harus mengajak orang lain. Hal tersebut menjadi suatu kewajiban setiap muslim, tidak hanya bagi tokoh-tokoh agama atau yang biasa dipanggil ustaz saja. Mendakwahkan kebenaran merupakan amar ma’ruf nahi munkar, yaitu mengajak pada kebaikan dan melarang manusia untuk berbuat kejahatan. Termasuk orang-orang beruntung, yang menyibukkan diri dalam amar ma’ruf nahi munkar.

Baca Juga:

Bersabar dalam menjalani kehidupan dan menghadapi rintangan yang ada

Bagian terakhir dari surah Al-Ashr yang dibahas pada ulasan ini adalah ‘tawashau bis shabr’, yang artinya ‘saling mengingatkan pada kesabaran’. Sabar adalah kunci keberhasilan seorang muslim dalam menjalankan agamanya. Di dalam surat Al-Ashr, yang dikecualikan dari orang-orang merugi adalah orang yang senantiasa mengingatkan pada kesabaran. Jika dihubungkan pada pembahasan di atas, seorang muslim tidak hanya berdakwah pada orang-orang awam, akan tetapi bagi mereka yang sudah komitmen di jalan yang benar, harus senantiasa bersabar.

Memulai dalam kehidupan baru yang lebih baik tentu jauh lebih mudah daripada mempertahankan diri di dalam komitmen. Banyak di antara muslim yang telah menempuh jalan lurus, akan tetapi di tengah jalan ia tersesat, terperosok dalam jurang kesalahan. Bahkan ada yang baru memulai 1 hari untuk melakukan kebaikan, esoknya ia kembali pada kemaksiatan. Oleh karenanya, sangat penting bagi seorang muslim untuk menasehati saudaranya yang meski telah dipandang saleh, agar senantiasa bersabar hingga Allah menentukan surga baginya.

Sebagai penutup, yaitu kesimpulan dari keseluruhan isi surah Al-Ashr. Manusia diciptakan oleh Allah Sang Pencipta, dengan jasad yang fana, sementara waktu akan berlalu begitu cepat seolah-olah satu tahun tidak terasa telah usai. Setelah merasakan kematian, manusia akan menghadapi alam baka atau keabadian, di mana nasib manusia dalam alam keabadian ditentukan oleh amal perbuatannya selama hidup di dunia. Jadi, sangat merugi jika seseorang hanya menyia-nyiakan waktu jika tidak mengimani Allah, berbuat baik, dan bersabar di dalamnya.

Baca Juga: 10 Mutiara Hikmah Tentang Waktu, Sebagai Renungan dan Introspeksi Diri

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Asnan

Tenaga Pendidikan Yayasan Islam

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button