5 Literatur Asia yang Bisa Membuat Hidupmu Lebih Bermakna


Sebagai manusia, siapa sih yang tidak ingin mempunyai hidup yang bermakna? Apalagi hidup itu hanya berlaku satu kali pada setiap individu. Sehingga saya yakin, tidak akan ada manusia yang ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Walau pada dasarnya setiap individu tersebut mempunyai cara masing-masing dalam menikmati hidupnya.

Akan tetapi, tidak menuntut kemungkinan bila diantara kalian masih mencari makna hidup dalam diri. Namun tidak perlu risau. Seperti halnya kata pepatah, tidak ada kata terlambat untuk belajar. Toh, kini zaman dan teknologi terus berkembang. Berbagai ilmu juga informasi dapat diakses tanpa batas.

Nah, berhubung masih di awal tahun 2023, mari meningkatkan kualitas diri bersama. Ada beberapa literatur yang ingin saya rekomendasikan kepada kalian. Semoga,  literatur yang akan saya ulas kali ini dapat menjadi batu loncatan dan memberikan sudut pandang baru tentang hidup.

Lantas apa sajakah literatur Asia tersebut?

1. Buku bukan maksudku tak menghargai diri karya Jun Meekyung

Cover Buku Bukan Maksudku Tak Menghargai Diri (ig:@penerbitharu)
Identitas Buku

Judul                : Bukan Maksudku Tak Menghargai Diri

Pengarang       : Jun Meekyung

Penerbit          : Penerbit Haru

Cetakan           : Pertama, Februari 2022

Tebal               : ±  246 hlm.

Siapa di sini yang masih sering merasa minder? Masih suka membandingkan diri dengan orang lain dari pencapaiannya, pendidikan, profesi hingga gaya hidup? Jika masih demikian, jangan-jangan kalian mempunyai self esteem rendah.

Self esteem rendah menurut Jun Meekyung dalam bukunya adalah suatu situasi yang dialami seseorang ketika dirinya merasa tidak mampu dan kurang percaya diri. Bahkan, ada perasaan tidak pantas untuk dicintai. Akibatnya, seseorang dengan self esteem rendah akan membuat  kualitas hidup dan hubungan dengan orang lain menjadi terganggu.

Seperti halnya beberapa kasus dari pasien yang diterima Jun Meekyung. Mereka yang mempunyai self esteem rendah akan menyalahkan diri sendiri, menganggap dirinya dibenci orang sekitar,  mengaku tidak bisa menghargai diri sendiri sehingga cenderung untuk menyakiti diri sendiri.

Kemudian bagaimana cara seseorang dapat mengubah sudut pandangnya tentang self esteem yang rendah?

Tejena dalam Meekyung (8:2022) mengungkapkan bila membaca buku adalah salah satu cara yang dapat mengubah sudut pandang seseorang melihat dunia. Sama halnya dengan membaca buku Bukan Maksudku Tak menghargai Diri ini yang notabene adalah himpunan kasus Jun Meekyung yang dapat dijadikan edukasi kepada khalayak.

Sebab pada dasarnya self esteem rendah bukanlah bawaan dari lahir dan bisa dikembangkan melalui lima tahap sebagai berikut, diantaranya: (1) Mengisi adengan konten Emosi Positif; (2) Mengisi Konten Diri dari Seorang Mentor; (3) Mengisi Konten Diri dengan Informasi yang Masuk Akal; (4) Mengembangkan Intuisi; dan (5) Mengembangkan Kemampuan Implementasi.

2. Buku siapa yang datang ke pemakamanku saat aku mati nanti? karya Kim SangHyun

Cover Buku Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti? (ig: @penerbitharu)

Identitas buku

Judul                : Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti?

Pengarang       : Kim Sang Hyun

Penerbit          : Penerbit Haru

Cetakan           : VIII, Februari 2022

Tebal               : ±  164 hlm.

Dari Buku Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti? karya Kim Sang Hyun, membuat saya termenung tentang apa yang akan saya perbuat mulai hari ini. Sebab buku Kim Sang Hyun ini berhasil mengaduk-aduk pikiran saya mengenai hal apa yang bisa diperbuat untuk diri sendiri dan perubahan apa yang ingin dijalani.

Ngomong-ngomong, Buku Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti? adalah kumpulan esai Kim Sang Hyun yang banyak memberikan perenungan tentang hidup, juga mengenai seberapa pentingnya untuk menemukan titik bahagia ‘murni’ yang bukan berdasarkan standar orang lain.

Memangnya berdasarkan standar orang lain yang seperti apa?

Saya kira dalam bermasyarakat banyak yang salah kaprah tentang menemukan arti bahagia. Sebab kebanyakan masyarakat masih mengacu pada rasa bahagia berdasarkan standar orang lain. Nah, salah satu contohnya bila seseorang akan dianggap bahagia bila mengenakan pakaian bermerk, lulusan sekolah bergengsi, membeli mobil dan lain sebagainya.

Sehingga muncul satu sudut pandang bila seseorang yang tidak mempunyai mobil hidupnya tidak bahagia. Begitupun dengan hal-hal lainnya. Alhasil untuk memenuhi rasa puas “bahagia palsunya tersebut” dia berusaha membeli mobil  dengan tujuan terlihat bahagia.

Namun pada kenyataannya, setiap individu mempunyai kebutuhan yang berbeda. Sehingga acuan rasa bahagia tidak bisa diukur berdasarkan kepemilikan dan standar bahagia orang lain, right?

Baca Juga: 5 Rekomendasi Novel Tere Liye Yang Wajib Dibaca

3. Buku The book ef ikigai karya Ken Mogi

Cover Buku The Book Of Ikigai  (ig: @nourapublishing)

Identitas buku

Judul                : The Book Of Ikigai

Pengarang       : Ken Mogi

Penerbit          : Penerbit Noura

Cetakan           : Pertama, Juni 2018

Tebal               : ±  190 hlm.

Ken Mogi dalam bukunya mengatakan ikigai adalah istilah Jepang untuk menjelaskan kesenangan dan makna kehidupan. Kata tersebut secara harfiah meliputi “iki” yang berarti hidup dan “gai” berarti alasan. Dengan kata sederhananya, ikigai adalah alasan untuk hidup.

The Book Of Ikigai karya Ken Mogi sendiri cukup memberikan saya motivasi. Sebuah dorongan untuk mengaktualisasi diri dari kepungan berbagai pendapat ataupun pembicaraan orang sekitar. Sebab buku ini memberikan pemahaman kepada saya untuk tidak menyerah mewujudkan mimpi. Walaupun harus berlawan arah dengan orang-orang.

Bagaimana tidak berlawan arah, jika tiap keinginan atau mimpi seseorang pastilah berbeda? Setiap orang mempunyai alasan untuk hidup yang berbeda, tidak selalu senada dan seirama. Oleh sebab itu, seseorang yang telah mengerti ikigai dalam dirinya begitu beruntung.

Hal tersebut dikarenakan seseorang tersebut tidak perlu lagi terombang ambing oleh berbagai perspektif, pendapat pun asumsi dari orang terdekat begitupun orang sekitar. Sebab dia telah tahu cara mengaktualisasikan dirinya.

4. Buku Nunchi: Rahasia hidup bahagia dan sukses orang Korea karya Euny Hong

Cover BukuNunchi: Rahasia Hidup Bahagia dan Sukses Orang Korea (ig: @bukugpu)

Identitas buku

Judul buku       : Nunchi: Rahasia Hidup Bahagia dan Sukses Orang Korea

Pengarang       : Euny Hong

Penerbit          : Gramedia Pustaka Utama

Cetakan           : Pertama, 2020

Tebal               : ± 259 hlm.

Dalam karyanya Euny Hong menjelaskan bila nunchi adalah sebuah seni dalam membaca pikiran dan perasaan orang lain. Nunchi disebut sebagai kemampuan menilik pandang yang begitu membudaya di Korea. Sebab kebiasaan ini diajarkan kepada anak-anak sejak dini.

Bagi orang Korea mempunyai nunchi yang cepat (bisa mengetahui pikiran dan perasaan orang lain) dipercaya mendatangkan keberhasilan dan membuat hidup lebih baik. Hal tersebut pun menurut saya masuk akal. Sebab seseorang yang mempunyai nunchi yang cepat bisa memposisikan dirinya diberbagai situasi.

Bagaimana tidak bisa mendatangkan keberhasilan dan membuat hidup lebih baik, coba? Seseorang yang mempunyai nunchi itu seperti halnya orang yang mempunyai pengamatan yang peka. Sehingga dia mampu melihat peluang, begitu pun resiko yang akan diambil dikemudian hari. Bahkan saat itu juga.

5. Buku Goodbye Things karya Fumio Sasaki

Cover BukuGoodbye Things (ig: @bukugpu)

Identitas Buku

Judul                : Goodbye Things

Pengarang       : Fumio Sasaki

Penerbit          : Gramedia Pustaka Utama

Cetakan           : Pertama, 2018

Tebal               : ±  242 hlm.

Goodbye Things karya Fumio Sasaki adalah sebuah buku tentang hidup minimalis yang berdasarkan pada pengalaman penulisnya. Namun tidak hanya memaparkan kehidupan minimalis si penulis, tapi juga melampirkan beberapa orang yang memutuskan hidup serupa.

Memangnya hidup minimalis itu apa sih?

Secara sederhananya hidup minimalis adalah hidup dengan minimum peralatan dan perabotan. Golongan minimalis ini biasanya hidup sederhana dan tidak banyak menyimpan barang. Sehingga tempat tinggalnya tampak luas, bersih dan rapi.

Ngomong-ngomong hidup minimalis ini pada dasarnya adalah budaya Jepang. Kalau kalian amati di internet atau film dan lainnya, pasti rumahnya minimalis. Mereka hanya membeli barang yang benar-benar dibutuhkan dan selalu dipakai. Berbeda dengan orang Indonesia yang mempunyai sifat konsumtif dan suka menyimpan barang, seperti saya.

Namun dari buku Goodbye Things karya Fumio Sasaki berhasil memberikan pengetahuan yang benar-benar baru dalam hidup saya. Bahkan, sembari membaca buku tersebut, saya pun mencoba membenahi, membuang perabotan atau peralatan yang memang jarang dan tidak digunakan lagi.

Sehingga tanpa disadari, Buku Goodbye Things mengajarkan saya bila hidup minimalis itu terasa bermakna dengan kesederhanaan.

Nah, itulah beberapa literatur Asia yang bisa membuat hidup bermakna. Kira-kira buku apa yang menarik minat kalian?

Baca Juga: 11 Tahun Bersama, Inilah Daftar Film yang Dibintangi Kathniel

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.


Like it? Share with your friends!

Novice

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *