Digunakan Untuk Membubarkan Demonstrasi; Sejarah, Efek, dan Cara Mengatasi Gas Air Mata

Gas air mata memang sudah sering kita dengar, terutama ketika terjadi kerusuhan atau aksi demonstrasi. Gas air mata selalu menjadi andalan polisi untuk membubarkan kerumunan massa pada setiap aksi demonstrasi. Gas air mata yang menimbulkan efek perih di mata dan gatal di hidung serta tenggorokan kering membuat banyak para pengunjuk rasa kocar-kacir menghindarinya.
Gas air mata adalah istilah yang digunakan untuk menyebut gas kimia yang digunakan untuk melumpuhkan dengan menyebabkan iritasi pada mata dan sistem pernapasan. Gas air mata bisa disimpan dalam bentuk semprotan maupun granat. Alat ini sangat lazim digunakan oleh kepolisian dalam melawan kerusuhan dan dalam penangkapan.
Gas air mata istilah bahasa Latinnya dikenal dengan nama lachrymator (yang berarti: “air mata”). Zat ini dapat menyebabkan mata perih, sehingga mengeluarkan air mata.
Baca Juga:
Istilah gas air mata sebenarnya tidak tepat. Menurut Sven-Eric Jordt, Ahli anestesi di Universitas Duke, menjelaskan bahwa gas air mata sendiri sebenarnya bukan merupakan gas. Itu adalah bubuk yang mengembang ke udara sebagai kabut halus.
Melansir dari Scientific American, gas air mata memiliki senyawa kimia untuk mengaktifkan TRPA1 dan TRPV1 berbeda. Dengan kata lain, gas air mata bisa dibagi menjadi dua kelompok sesuai komponen senyawa kimia penyusunnya.
Sejarah Gas Air Mata
Pada abad ke-19, sekelompok ahli kimia secara tidak sengaja menemukan senyawa organik tertentu yang dapat menyebabkan iritasi mata. Mereka menyebutnya gas air mata. Namun, tidak ada yang pernah mengira bahwa senyawa-senyawa ini suatu hari akan menjadi senjata yang digunakan untuk mengendalikan massa.
Pada awal abad ke-20, militer Prancis mulai bereksperimen dengan gas air mata. Mereka menyadari potensi gas ini sebagai senjata non-mematikan yang dapat digunakan untuk membubarkan kerumunan orang. Pada Perang Dunia I, Prancis menjadi negara pertama yang menggunakan gas air mata secara ekstensif di medan perang. Gas ini digunakan untuk memaksa tentara musuh keluar dari parit dan ke tempat terbuka.
Setelah Perang Dunia I, penggunaan gas air mata meluas ke penggunaan sipil. Polisi di seluruh dunia mulai menggunakannya untuk membubarkan kerumunan dan mengendalikan massa. Pada 1960-an dan 1970-an, penggunaan gas air mata menjadi hal yang umum selama protes anti-perang dan hak-hak sipil. Gas ini digunakan untuk mengendalikan demonstrasi dan membubarkan kerumunan orang.
Efek Gas Air Mata
Gas air mata tidaklah berbahaya, tapi efek yang ditimbulkannya akan bertahan dalam waktu yang cukup lama, berupa gangguan terutama pada saluran pernapasan, pencernaan, dan sistem peredaran darah. Selain itu, bubuknya juga dapat mengiritasi saluran pernapasan bagian atas, menyebabkan batuk, tersedak, mual, mulas, dan diare.
Salah satu faktor paling berbahaya dari gas air mata adalah saat penggunaannya dilakukan di ruang tertutup. Uap kimia bisa bertahan lebih lama dan dalam konsentrasi lebih tinggi, sehingga gejala lebih cepat muncul dan lebih parah. Kombinasi antara ventilasi yang buruk, paparan jarak dekat, dan waktu paparan yang lama bisa berakibat fatal.
Baca Juga:
Cara mengatasi gas air mata
Seringkali saat akan terkena gas air mata, kita diminta untuk mengusapkan odol di sekitar area mata, maksud sebenarnya dari pemberian odol sebelum terkena gas air mata adalah agar mata jadi terbiasa dulu dan tidak kaget lagi seandainya di tengah demo terjadi chaos dan bertebaran gas-gas air mata.
Jika terkena gas air mata, mata pun menjadi perih, namun bila sebelumnya sudah diberikan odol maka ketika mata terkena gas air mata tidak akan terlalu perih.
Sebenarnya cara paling jitu untuk mengatasi efek gas air mata adalah dengan menghindarinya. Jika kamu tahu akan terkena serangan gas air mata, sebaiknya kamu mempersiapkan diri sebaik-baiknya, agar akibat dahsyatnya paling tidak bisa dikurangi.
Membasahi handuk dengan air bersih, lalu menempelkannya di mata yang terkena gas air mata bisa meringankan efek perih gas air mata. Yang perlu diingat, jangan pernah menggosok-gosokkan handuk tadi ke daerah mata, tetapi cukup ditempelkan saja.
Kamu juga dianjurkan mengenakan pakaian yang tertutup untuk mengurangi kemungkinan kulit bersentuhan secara langsung dengan butiran kristal gas air mata. Bila perlu kamu bisa memakai sarung tangan dan cadar, agar lebih aman lagi.
Atau, kamu dapat pula mengenakan peralatan perlindungan ‘Teargas Mask’ yang didisain dengan penyaring udara sehingga kamu bisa bernapas lebih leluasa meski ada serangan gas air mata.
Sumber:
- Haar, R. J., et al. (2017). Health Impacts of Chemical Irritants Used for Crowd Control: A Systematic Review of the Injuries and Deaths Caused by Tear Gas and Pepper Spray. BMC Public Health, 17(1), pp. 1—14.
- Centers for Disease Control and Prevention (2018). Facts About Riot Control Agents.
American Lung Association (2020). Tear Gas.
Baca Juga: Ketika Rakyat Bersuara, 7 Aksi Demo Terbesar Dalam Sejarah Indonesia


















