Itikaf, Wujud Kontemplasi Riil dari Tasawuf di akhir Ramadan


Ilustrasi melakukan itikaf (pixabay.com/mucahityildiz)

Pada setiap penghujung bulan Ramadan, setiap muslim disarankan untuk lebih mendekatkan diri lagi kepada Allah dalam bentuk ibadah. Biasanya pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan, banyak umat muslim yang melakukan itikaf di masjid atau musala.

Benarkah tasawuf sama dengan itikaf? Bagaimana prinsip keduanya? Baca ya!

Tasawuf, proses menjauhkan diri dari kehidupan di dunia

Tasawuf adalah istilah dalam agama Islam yang merujuk pada upaya spiritual dan mistis yang bertujuan untuk mendekatkan diri pada Allah. Tasawuf juga dikenal sebagai Sufisme, dan mempunyai sejarah yang panjang dalam tradisi Islam. Proses menjauhkan diri dari kehidupan di dunia bukanlah prinsip inti dari Tasawuf, melainkan merupakan salah satu metode yang digunakan oleh para sufi dalam mencapai tujuan spiritual mereka.

Dalam Tasawuf, terdapat berbagai teknik dan metode untuk mencapai kesadaran spiritual yang lebih tinggi dan mendekatkan diri pada Allah. Salah satu metode tersebut adalah dengan menjauhkan diri dari kehidupan dunia. Namun, metode ini bukanlah satu-satunya cara yang digunakan oleh para sufi dalam mencapai kesadaran spiritual yang lebih tinggi.

Menghindari perbuatan dosa dan melakukan kebaikan merupakan hal yang sangat penting dalam Tasawuf. Selain itu, para sufi juga memperkuat hubungan dengan Allah melalui zikir, doa, meditasi, tafakur (merenung), dan membaca Alquran.

Dalam praktiknya, Tasawuf juga menekankan pentingnya menjalani kehidupan dunia dengan bijaksana dan bertanggung jawab. Para sufi meyakini bahwa keseimbangan antara kehidupan dunia dan kehidupan spiritual adalah kunci dalam mencapai kedekatan dengan Allah.

Dalam Islam, hidup di dunia bukanlah sesuatu yang harus dihindari, melainkan merupakan bagian dari ujian kehidupan yang harus dilewati. Oleh karena itu, menjalani kehidupan dunia dengan seimbang, berakhlak baik, dan memperbanyak amal kebaikan adalah sesuatu yang sangat dianjurkan dalam Islam.

Dalam kesimpulannya, meskipun ada beberapa teknik dan metode yang digunakan dalam Tasawuf, menjauhkan diri dari kehidupan di dunia bukanlah prinsip inti dari Tasawuf. Tujuan utama dari Tasawuf adalah untuk mendekatkan diri pada Allah melalui berbagai cara yang dianjurkan oleh agama Islam, sambil tetap menjalani kehidupan di dunia dengan bijaksana dan bertanggung jawab.

Baca Juga: 

Itikaf, Wujud kontemplasi seorang muslim

Itikaf merupakan salah satu ajaran dalam Islam, di mana seorang muslim mengasingkan diri di dalam masjid atau area yang ditentukan selama 10 hari terakhir Ramadan, dengan tujuan untuk mendedikasikan diri pada ibadah dan kontemplasi.

Selama Itikaf, seorang muslim diharapkan untuk memutuskan diri dari gangguan dunia dan fokus pada hubungan mereka dengan Allah. Hal-hal yang dikerjakan selama itikaf adalah membaca Alquran, melakukan salat, berzikir, mendengarkan ceramah, serta merenungkan kehidupan dan perjalanan spiritual setiap muslim.

Melalui Itikaf, seorang muslim berusaha untuk memperdalam hubungan mereka dengan Allah, memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang agama mereka, dan membersihkan hati dan jiwa mereka. Itikaf merupakan waktu untuk introspeksi dan refleksi diri, dan memberikan kesempatan untuk mengisi ulang baterai spiritual.

Baca Juga:

Perbedaan tasawuf dan itikaf

Prinsip dasar tasawuf dan itikaf adalah sama, yaitu sama-sama mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhi kehidupan yang bersifat duniawi. Perbedaaan yang mendasari keduanya, yaitu:

  1. Tasawuf dilakukan selamanya, sampai seorang penganut meninggal dunia. Sedangkan itikaf dilakukan secara temporary atau pada waktu-waktu tertentu.
  2. Tasawuf berlaku pada suatu komunitas muslim tertentu. Sedangkan itikaf berlaku secara universal, yaitu untuk semua muslim.
  3. Tidak ada sunah yang mendasari pelaksanaan tasawuf, Sedangkan banyak sunah tentang anjuran melakukan itikaf.

Anjuran untuk melakukan itikaf di sepuluh hari terakhir Ramadan

Itikaf adalah suatu amalan yang sangat dianjurkan dalam agama Islam. Apalagi pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan. Hal ini tertuang dalam beberapa hadis yang mendasari itikaf ;

Hadis riwayat Aisyah RA, ia berkata: “Adalah Rasulullah SAW jika telah masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Beliau menghidupkan malam (untuk beribadah) dan membangunkan istri-istrinya, bersungguh-sungguh (dalam ibadah) dan menjauhi istri. (Shahih Muslim No 2008).

Hadis riwayat Aisyah RA, ia berkata: “adalah Rasulullah SAW bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan tidak seperti hari-hari lainnya”. (Shahih Muslim No 2009).

Aisyah RA berkata, “Sungguh Rasulullah memasukan kepala beliau kepada ku ketika beliau sedang ber-Itikaf di masjid, lalu saya menyisirnya. Apabila beliau beriktikaf, tidak masuk kerumah kecuali ada keperluan.” (HR Bukhari).

Ibnu Umar RA mengatakan bahwa kenapa Nabi SAW (dalam satu riwayat dari Ibnu Umar dari Umar bin Khattab bahwa dia) berkata, “(Wahai Rasulullah! Pada zaman jahiliah dulu saya bernazar untuk beriktikaf semalam di masjidil haram.” Beliau bersabda, “Penuhilah nazarmu.” (Lalu Umar beriktikaf semalam). (HR Bukhari).

Tujuan dasar dari itikaf yang dilakukan di bulan Ramadan adalah ingin mendapatkan Lailatul Qadar. Beribadah di malam Lailatul Qadar merupakan penyebab diampuninya dosa-dosa seorang muslim.

Allah berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ. فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ. أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ. رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Sesungguhnya, Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi, dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu, diputuskan segala urusan yang telah ditetapkan. Keputusan dari Kami. Sesungguhnya, Kami yang mengutus (para rasul). Sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya, Dia adalah Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.s. Ad-Dukhan:3–6)

Dalam hadis Nabi juga menjelaskan,

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang beribadah pada lailatul qadar karena dasar iman dan mengharap pahala maka diampuni dosanya yang telah berlalu.” (H.r. Al-Bukhari dan Muslim)

Dengan demikian, itikaf sangat dianjurkan bagi umat muslim, terutama pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan. Namun, perlu diingat bahwa Itikaf bukanlah kewajiban dan dapat dilakukan sesuai kemampuan dan kondisi masing-masing individu.

Baca Juga: 7 Hal Yang Membuat Ibadah Puasa Sia-sia


Life is Beautiful

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *