Urutan Ibadah Haji Sesuai Sunah, Dari Ihram Hingga Tawaf Wada

Ibadah haji adalah rukun Islam kelima yang wajib ditunaikan oleh setiap Muslim yang mampu, baik secara fisik maupun finansial. Mengenai dalil diwajibkannya haji ialah dalam QS Ali Imran ayat 97;
وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Artinya, “Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam” (QS Ali ‘Imran: 97).
Ibadah haji memiliki serangkaian tahapan atau urutan yang harus dijalankan dengan benar agar ibadahnya sah dan mabrur. Karena jika ibadah haji tidak dilakukan dengan urutan dan tata cara yang sesuai syariat, maka haji tersebut akan dianggap tidak sah. Berikut urutan ibadah haji sesuai sunah.
1. Ihram
Tahap pertama dalam pelaksanaan ibadah haji adalah ihram. Ihram adalah niat memasuki ibadah haji yang dimulai dari miqat, yaitu tempat yang telah ditentukan untuk memulai ihram.
Seorang muslim yang akan menunaikan haji memasuki keadaan ihram, yang merupakan keadaan suci, yang ditandai dengan memakai pakaian ihram yang sederhana. Pada saat ini, seorang haji melaksanakan niat dan bertekad untuk menjalankan ibadah haji. Tahapan pelaksanaan ihram yaitu;
- Mandi Sunah
- Wudu sebelum Berihram
- Memakai Ihram
- Salat Sunah Ihram Dua Rakaat
- Mengucapkan Niat Haji
- Menuju Arafah dengan Membaca Talbiyah
Baca Juga:
2. Wukuf di Arafah
Wukuf adalah inti dari ibadah haji dan dilakukan pada 9 Dzulhijjah. Jemaah berkumpul di Padang Arafah dari waktu Zuhur hingga Magrib untuk bermunajat kepada Allah SWT. Amalan yang dianjurkan antara lain:
- Salat Zuhur dan Asar secara jamak dan qashar
- Mendengarkan khutbah wukuf
- Berzikir, berdoa, dan membaca Al-Qur’an
Wukuf adalah momen refleksi dan doa yang sangat sakral.
3. Mabit di Muzdalifah
Setelah wukuf di Arafah, jemaah bergerak menuju Muzdalifah untuk mabit, yaitu bermalam di sana. Di Muzdalifah, jemaah dianjurkan untuk mengumpulkan batu kerikil yang akan digunakan untuk melontar jamrah di Mina. Mabit di Muzdalifah dilakukan hingga menjelang subuh.
Pada malam tersebut, jemaah dianjurkan untuk beristirahat sejenak dan terus memperbanyak zikir serta berdoa. Mabit dilakukan dalam kondisi sederhana, sebagai bentuk ketawadhuan dan keteguhan hati dalam menjalani ibadah.
4. Melontar Jamrah Aqabah
Pada tanggal 10 Dzulhijjah, jemaah bergerak menuju Mina untuk melontar jamrah aqabah, yaitu salah satu dari tiga jamrah (tiang batu) yang ada di Mina. jemaah melemparkan tujuh batu kerikil ke arah jamrah aqabah sebagai simbol melempar setan dan menolak godaan.
Melontar jamrah merupakan simbol perlawanan terhadap godaan setan, meneladani kisah Nabi Ibrahim AS saat menghadapi ujian keimanan.
5. Tahalul Awal
Setelah melontar jamrah, jemaah melakukan tahalul awal, yaitu mencukur rambut atau memotong sebagian rambut sebagai tanda berakhirnya larangan ihram. Setelah melontar jamrah, jemaah melakukan tahalul awal, yaitu mencukur rambut atau memotong sebagian rambut sebagai tanda berakhirnya larangan ihram.
Tahapan ini menandai sebagian larangan ihram telah gugur, kecuali larangan berhubungan suami istri dan akad nikah.
6. Tawaf Ifadhah
Tawaf Ifadah dilakukan pada tanggal 10 Zulhijjah, setelah proses melontar jumrah dan tahalul awal. Tawaf ini merupakan salah satu rukun haji yang wajib dilakukan oleh setiap jemaah.
Tawaf ini menandai masuknya jemaah ke fase akhir dalam prosesi haji. Tawaf Ifadhah dilaksanakan di Masjidil Haram, Mekkah, dengan cara mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali.
7. Sai antara Shafa dan Marwah
Sai adalah salah satu rukun haji yang dilakukan setelah tawaf ifadhah. Sai dilakukan dengan berlari-lari kecil tujuh kali bolak-balik antara bukit Shafa dan Marwah yang terletak di dalam Masjidil Haram, Mekkah.
Dalam QS Al Baqarah: 158, Allah berfirman,
“Sesungguhnya Shafa dan Marwah merupakan sebagian syiar (agama) Allah. Maka, siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri, lagi Maha Mengetahui.”
Sebelum melakukan Sai, jemaah haji dalam keadaan suci dan masih mengenakan pakaian ihram. Pelaksanaan Sai dimulai dengan menghadap ke Ka’bah di bukit Shafa dan mengucapkan niat, kemudian berjalan menuju bukit Marwah. Jarak antara Shafa dan Marwah adalah sekitar 450 meter, dan jemaah harus berjalan bolak-balik sebanyak tujuh kali, yang dihitung dari Shafa ke Marwah sebagai satu kali, dan Marwah ke Shafa sebagai satu kali.
Sai merupakan bentuk penghormatan kepada perjuangan Siti Hajar dalam mencari air untuk Nabi Ismail As.
8. Tahalul Kedua
Setelah menyelesaikan sai, tahapan berikutnya adalah tahalul kedua. Dengan mencapai tahap tahallul kedua, jemaah haji telah bebas dari semua larangan ihram, termasuk berhubungan suami-istri. Pada tahap ini, jemaah telah menyelesaikan rangkaian rukun haji utama.
9. Mabit di Mina
Setelah tahalul, jemaah kembali ke Mina untuk mabit (bermalam) selama beberapa hari. Selama mabit di Mina, jemaah melontar ketiga jamrah, yaitu jamrah ula, jamrah wusta, dan jamrah aqabah, setiap harinya dengan masing-masing tujuh lemparan batu kerikil. Melontar jamrah ini dilakukan selama tiga hari berturut-turut selama hari tasyrik (11, 12, dan 13 Zulhijah).
Baca Juga:
10. Tawaf Wada
Tahap terakhir dari ibadah haji adalah tawaf wada, yaitu tawaf perpisahan yang dilakukan di Masjidil Haram sebelum jemaah meninggalkan Mekah. Tawaf wada dilakukan dengan mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali sebagai tanda perpisahan dan salam kepada Baitullah. Ini merupakan bentuk penghormatan terakhir kepada Baitullah sebelum kembali ke tanah air.
Itulah urutan ibadah haji sesuai sunah, yang dimulai dengan ihram dan diakhiri dengan Tawaf Wada. Semoga bermanfaat.
Baca Juga: Mengenal Sejarah Ibadah Haji, Dari Zaman Nabi Ibrahim Hingga Saat Ini