Food

5 Makanan Favorit Raja-raja Nusantara, Semuanya Masih Eksis!

Sebelum berdirinya sistem pemerintahan republik, setiap jengkal wilayah Nusantara dipimpin oleh para raja dengan sisi kearifannya masing-masing.

Layaknya praktik pemerintahan yang berbasis kerajaan, posisi seorang raja atau sultan memiliki kekuasaan tertinggi, dan bahkan di antaranya kerap dianggap sebagai titisan dewa yang mesti dijunjung setinggi-tingginya.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, para raja tentu memiliki standar yang tinggi dan tidak dapat disamakan kualitasnya dengan rakyat biasa, mulai dari perlengkapan pakaian sampai aneka makanan favorit yang bisa dilihat melalui beberapa pembahasan di bawah ini.

1. Nasi Bekepor

nasi bekepor foto resep utama
Nasi Bekepor

Berkembang pada abad ke-14, Kutai Kertanegara merupakan salah satu kerajaan bersejarah di bumi Nusantara yang terkenal karena penaklukannya terhadap kerajaan Hindu tertua, yaitu Kutai Martadipura.

Di balik kegemilangannya sehingga berevolusi sebagai kesultanan Islam, kerajaan yang memiliki pusat pemerintahan di Tenggarong ini menyimpan satu kuliner khas bernama nasi bekepor yang diperuntukkan bagi para raja, bangsawan, dan tamu kehormatan.

Putaran nasi di atas bara api dalam panci logam sambil melantunkan selawat dengan mencampurkan nasi setengah matang, daun kemangi, perasan jeruk nipis, minyak sayur, cabai, dan ikan asin merupakan proses memasak yang khas dari nasi bekepor ini.

Untuk pelengkap, nasi bekepor juga disajikan dengan sambal raja yang terdiri dari terung, bawang dayak, dan daging bumbu kecap.

Sekarang, makanan favorit yang berasal di daerah Kalimantan Timur ini bisa dinikmati oleh rakyat biasa dari berbagai kalangan.

Baca Juga:

2. Coto Makassar

cm Artboard 4
Coto Makassar

Keberadaan Coto Makassar sangat berhubungan dengan sejarah Kerajaan Gowa yang memerintah di sekitar abad ke-16.

Keluarga kerajaan diketahui sering disajikan makanan berupa sup daging sapi ini, tapi bagian jeroannya sengaja disisihkan untuk masyarakat kelas bawah. Biasanya, Coto Makassar disajikan bersama dengan bersama buras (sejenis lontong yang dibungkus daun pisang). 

Sekarang, Coto Makassar sangat mudah ditemukan di mana saja, seperti warung kaki lima hingga restoran kelas wahid dengan kepopuleran yang tidak pernah surut.

3. Kue Sabongi

banner 1 1704788585162
Kue Sabongi

Bisa dikatakan, kudapan bertekstur kenyal yang terbuat dari singkong ini memiliki kemiripan dengan combro atau misro. Hanya saja, kue sabongi tidak diisi dengan oncom atau gula merah, melainkan potongan pisang raja.

Rasa gurih dan manisnya membuat kue ini memiliki pengaruh tersendiri di kalangan salah satu kerajaan Islam Nusantara, yaitu Kerajaan Gorontalo.

Kue sabongi sangat digemari oleh para pemimpin kerajaan yang didirikan Sultan Amai ini, sehingga menjadi warisan kuliner nenek moyang suku Gorontalo.

Sekarang, Kue sabongi bisa dinikmati pada berbagai momen seperti acara adat, berbuka puasa, perayaan keluarga, sarapan, dan bahkan sekadar camilan hangat di kala senja.

4. Kuah Pliek U

Kuah Pilek U 2
Kuwah Pilek U

Pliek U merupakan salah satu kuliner khas Aceh. Pliek U sendiri bermakna ampas kelapa yang telah difermentasi dan dijemur hingga kering, lalu dicampurkan beragam rempah.

Tidak hanya gurih dan lezat, Pliek U merupakan makanan yang memiliki makna filosofi tinggi, karena proses pembuatannya yang rumit sehingga dilakukan secara gotong royong. Kuah pliek U dilengkapi nangka muda, daun melinjo, kacang panjang, dan terong hijau.

Fakta yang tidak kalah menarik lainnya ialah panganan autentik berkuah santan ini dikenal sebagai hidangan para raja Aceh terdahulu, dan juga sajian untuk saudagar-saudagar dan tamu kerajaan.

Baca Juga: 

5. Nasi Blawong

resep keraton 2
Nasi Blawong

Hidangan unik dengan tampilan nasi merah muda yang berasal dari campuran rempah-rempah ini sudah sangat familiar bagi keluarga Keraton Yogyakarta.

Makanan favorit yang terbiasa disajikan dengan beragam lauk seperti daging lombok kethok (daging sapi berbumbu kecap dan cabai), ayam bacem, serta telur pindang ini kerap hadir di tengah-tengah acara sakral di lingkungan keraton.

Nama “blawong” berasal dari sebutan bahasa Belanda, “baluw (biru)”, karena tampilan penyajiannya yang diletakkan di atas piring berwarna biru.

Itulah kelima makanan favorit para raja-raja nusantara yang harus tetap dilestarikan agar tidak tergerus oleh zaman.

Baca Juga: 4 Resep Makanan Khas Yogyakarta Praktis, Bikin Makin Kangen Jogja!

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button