10 Suku Muslim di China Yang Diakui Secara Resmi, Ada Sejak Abad ke-7

Negara China atau Tiongkok, seringkali diasosiasikan dengan Buddhisme, Taoisme, atau Konfusianisme. Namun, di balik citra tersebut, terdapat komunitas Muslim yang telah berakar kuat selama berabad-abad.
Islam tiba di China pada abad ke-7 Masehi melalui jalur perdagangan dan dakwah, dan sejak itu, komunitas muslim berkembang menjadi beberapa suku etnis dengan identitas dan tradisi yang khas.
Secara umum, terdapat sepuluh kelompok etnis yang secara resmi diakui sebagai Muslim di China, meskipun mayoritas populasi muslim terkonsentrasi pada beberapa suku utama. Berikut adalah pengenalan singkat tentang suku-suku muslim di China.
1. Suku Hui
Komunitas atau suku ini memiliki jumlah terbesar dan tersebar di seluruh penjuru China. Suku ini memiliki banyak kemiripan dengan suku Han baik dalam tata cara hidup, tulisan, bentuk muka maupun budaya. Bahasa utamanya adalah Arab dan Parsi.
Suku Hui mengutamakan kesederhanaan dalam cara berpakaian. Umumnya kaum lelaki memakai kopiah hitam atau putih, pakaian wanitanya pun sederhana dengan kerudung atau selendang menutup kepala. Suku Hui tersebar di kota besar seperti Beijing, wilayah Ningxia dan Xinjing, serta daerah seperti Gansu, Ginghai, Henan, Hevei, Shandong, Yunnan.
Baca Juga:
2. Suku Uyghur
Suku muslim terbesar kedua di Cina adalah Uyghur, menempati wilayah Xinjiang. Wajah mereka sangat berbeda dengan suku Hui karena orang Uyghur memiliki darah keturunan Turki dan berbicara dengan bahasa Turko-Altaic.
Uyghur telah menempati China sejak abad ke-6 Masehi. Sumber sejarah yang lain menyebutkan Uyghur telah ada di China sejak abad ke-3 sebelum Masehi. Sumbangsih suku Uyghur pada China tak terhitung banyaknya, antara lain di zaman dinasti Tang, suku Uyghur membantu menumpas pemberontakan An Xi. Sebagai bentuk penghargaan dari dinasti Tang kepada suku Uyghur, mereka diizinkan mendirikan wilayah sendiri dan menjaga perdagangan jalur sutra.
Pakaian lelaki Uyghur umumnya celana panjang, jubah dan sepatu boot. Perempuan Uyghur memakai gaun, rok, jaket tanpa lengan dengan warna warni mencolok. Gaunnya disulam menggunakan motif alam. Mereka menggunakan topi segiempat bernama duopa.
3. Suku Kazakh
Suku Kazakh menempati wilayah Xinjiang dan Gansu. Ciri khas mereka adalah rambut kemerahan dan mata biru, menjadikan suku Kazakh memiliki wajah cantik nan aristocrat. Bila Uyghur dari Turki, suku Kazakh berasal dari Kazakhstan.
Suku Kazakh merupakan penunggang kuda dan penggemaba yang andal. Mereka tinggal di tenda-tenda bernama yurt. Baju suku Kazakh umumnya terbuat dari kulit atau bulu binatang. Topi mereka dari kulit kambing. Bagi kaum perempuan, stokingnya bersulam. Suku Kazakh suka menyelenggarakan kegiatan lomba berkuda.
4. Suku DongXiang
DongXiang berarti ‘kampung timur’. Tinggal di wialayah Gansu dan Xinjiang. Sangat mirip dengan suku Hui namun memiliki perbedaan bahasa. DongXiang menggunakan bahasa Altaic-Mongolia. Asal usul DongXiang memiliki dua versi: pertama, merupakan keturuan prajurit Mongol pimpinan Jenghiz Khan yang ada di Hezhou. Kedua, keturunan kaum Sardars yang dibawa oleh orang Mongol ke Cina.
Kaum lelakinya berjubah dengan ikat pinggang dan sepatu berujung runcing; kaum perempuan menggunakan celana, baju dan gaun dengan ujung lengan bersulam halus. Mereka yang sudah menikah menggunakan topi dengan ciri khas unik, berhias lambing warna hijau dan putih.
5. Suku Kirghiz
Suku Kirghiz mendiami wilayah Xinjiang dan Heilonjiang dan masih berhubungan erat dengan suku Kirghiztan. Merupakan suku yang nomaden pada awalnya serta gemar beternak biri-biri, kambing dan unta. Kerajinan tangan perempuan Kirghiz dikenal sangat indah dan halus. Perempuan Kirghiz gemar menggunakan gaun berwarna merah dengan lapisan hitam dan ungu.
6. Suku Salar
Suku Salar menempati wilayah Qinghai dan Gansu. Suku Salar berasal dari Samarkand. Mereka telah menempati Cina sejak masa dinasti Ming dan diberikan kebebasan pajak karena sumbangsihnya pada kerajaan.
Suku Salar memiliki kerajinan istimewa yang disebut sebagai ‘baijiayi’. Baijiayi adalah perca-perca yang digunakan untuk membuat berbagai macam pakaian, berhias sulaman nan indah. Perca ini dikumpulkan dari 100 keluarga untuk menandakan kuatnya tali hubungan antar mereka.
Suku muslim di China ini dikenal tangguh menempati daerah tandus dan bergunung, umumnya mereka berkebun buah-buahan dan bertani.
7. Suku Tajik
Menempati wilayah Xinjiang. Mereka umumnya membuat rumah dari batu dan kayu. Pakaiannya memiliki ciri khas gaun dengan ikat pinggang, dengan topi berbulu bentuk silinder dengan bentuk telinga yang dapat ditarik ke bawah untuk melindungi pipi dan telinga dari cuaca sangat dingin. Kaum perempuan mengenakan gaun dan rok mengembang.
Ciri khas baju mereka bersulam di kerah dan lengan. Mereka penunggang kuda yang andal; tinggal di batu-batu dan gunung-gunung.
8. Suku Uzbek
Suku Uzbek ini berasal dari Uzbekistan. Mereka tinggal di wilayah Xinjiang. Suku Uzbek memiliki banyak kemiripan dengan suku Uyghur. Selendang penutup kepala perempuan Uzbek umumnya bersulam.
Suku Uzbek dikenal telah menempati China sejak zaman dinasti Yuan. Selain dipengaruhi Uzbekistan yang menjadi asal usul mereka, suku Uzbek juga dipengaruhi suku Hui dan suku Tibet.
9. Suku Tartar
Tartar merupakan suku terkecil dan menempati wilayah Xinjiang. Mereka berasal dari Hungaria. Istilah Tartar digunakan oleh orang China untuk menyebutkan bangsa Mongol yang melewati negara China tanpa izin di masa dahulu. Walaupun dikaitkan dengan Mongol, pada kenyataannya suku Tartar lebih memiliki kemiripan budaya dengan masyarakat Eropa Timur.
Baca Juga:
10. Suku Bao’an
Suku Bao’an, sering juga disebut sebagai Suku Bonan, adalah salah satu suku muslim di China terkecil yang secara resmi diakui. Mereka sebagian besar mendiami Kabupaten Otonomi Jishishan di Provinsi Gansu, serta sebagian kecil di Provinsi Qinghai.
Ciri khas Suku Bao’an adalah bahasa mereka, bahasa Bao’an, yang merupakan bagian dari rumpun bahasa Mongolia. Meskipun demikian, bahasa mereka memiliki pengaruh yang kuat dari bahasa Tionghoa dan Tibet, serta mengandung banyak kosakata Arab dan Persia terkait dengan agama Islam. Mayoritas suku Bao’an menganut Islam Sunni, meskipun ada juga minoritas kecil yang menganut Buddhisme Tibet, terutama di wilayah Qinghai.
Baca Juga: Suku Minangkabau; Menilik Tradisi, Budaya Matriarki, dan Adat Merantau