Science

Sejarah Panjang Penemuan Air di Bulan dari Masa ke Masa

Keberadaan air di bulan menjadi perdebatan panjang di kalangan astronom selama ratusan tahun. Banyak penelitian yang dilakukan guna menemukan jawaban dari pertanyaan adakah air di satelit bumi ini?

Penelitian terbaru dari NASA menemukan adanya molekul air di permukaan bulan yang diterangi matahari pada tahun 2020 lalu. Penelitian ini  dilakukan dengan menggunakan teknologi observatorium udara teranyar, yakni Stratospheric Observatory for Infrared Astronomy atau SOFIA.

Jauh sebelum menggunakan teknologi SOFIA, para ahli telah melakukan penelitian tentang adanya air di permukaan bulan hingga menjadi perdebatan berabad-abad. Berikut ini adalah sejarah panjang penemuan air di bulan dari masa ke masa.

Tahun 1645, Maria di bulan

Maria di bulan merujuk pada bintik-bintik gelap yang terlihat di permukaan bulan. Kata maria secara sederhana berarti laut dalam bahasa latin.

Michael Van Langren merupakan astronom Belanda yang menerbitkan peta Bulan di tahun 1645 . Menyebutkan bahwa bintik-bintik tersebut adalah lautan yang ada di permukaan Bulan.

Pada tahun 1647 peta serupa diterbitkan oleh Johannes Hevelius dan terus diterbitkan hingga beberapa tahun kemudian.

Baca Juga:

Tahun 1892, Bulan tidak memiliki air

Penelitian tentang air di bulan terus berlanjut hingga di tahun 1982, seorang astronom Amerika bernama William Pickering mengungkapkan bahwa pada dasarnya bulan tidak memiliki atmosfer sehingga benar-benar kering.

Hal tersebut ia ungkapkan berdasarkan pengukuran yang dilakukannya. Karena bulan tidak memiliki atmosfer dan awan, para ilmuwan sepakat bahwa air yang ada di bulan akan cepat menguap.

Tahun 1960-an, Muncul gagasan air di bulan

Ide tentang adanya air di bulan pertama kali muncul di tahun 1960-an oleh seorang fisikawan teoritis bernama Kenneth Watson. Ia menerbitkan sebuah makalah yang menjelaskan tentang alasan mengapa bisa ada molekul air di satelit bumi ini.

Watson berpendapat bahwa air bisa ada di bulan karena es air dapat menempel pada kawah bulan yang tidak disinari cahaya matahari. Pendapat ini dipengaruhi juga oleh kemajuan ilmu fisika dalam memahami kecenderungan perilaku zat.

Area bulan yang mendapatkan sinar matahari seketika akan mengalami penguapan karena cahaya matahari yang sangat panas. Sedangkan area bulan yang tidak diterangi cahaya matahari disebut sebagai daerah yang dibayangi secara permanen.

Tahun 1969-1972, Pendaratan Apollo

Pendaratan Apollo adalah pertama kalinya manusia menginjakan kaki di permukaan bulan. Era ini memberikan kesempatan langsung kepada manusia untuk mencari tahu adakah tanda-tanda air di bulan?

Namun, pada sampel tanah yang dibawa dari bulan tidak menunjukkan tanda adanya air. Karena penemuan ini, para ilmuwan yakin bahwa bulan benar kering, sehingga harapan adanya air tidak lagi dipertimbangkan dalam beberapa puluh tahun.

Tahun 1994, Kemungkinan air beku di kawah

Selama 18 tahun setelah penelitian sampel tanah dari pendaratan Apollo, keyakinan akan bulan yang benar-benar kering kembali dipertanyakan berkat penemuan adanya es di wilayah bulan berkat misi Clementine NASA pada tahun 1994.

Clementine adalah misi mengorbit bulan untuk mengumpulkan informasi mengenai mineral yang ada di satelit bumi tersebut selama dua bulan. Misi ini berfokus untuk melihat kawah gelap lebih dalam dan Clementine menemukan adanya es di kawah bulan yang secara permanen tidak disinari matahari.

Baru pada tahun 1998, ditemukan air es di kutub bulan atau di permukaan bulan yang tidak terkena cahaya matahari. Akan tetapi gambar penemuan tersebut beresolusi rendah sehingga tidak bisa memberikan kesimpulan yang kuat.

Tahun 2009, Munculnya tanda-tanda hidrasi

Pada tahun 2009 saat teknologi semakin maju, sampel Apollo kembali ditinjau oleh Universitas Brown. Tinjauan ini mendapatkan hasil yang berbeda dibanding dengan sebelumnya. Mereka menemukan adanya hidrogen dalam manik-manik kaca vulkanik.

Temuan ini menjelaskan bahwa ada air di bulan ketika gunung berapi meletus disana. Jika air muncul dari gunung berapi di bulan, maka itu berarti air merupakan bagian dari bulan bahkan mungkin sejak bulan pertama kali terbentuk.

Pendapat tersebut diperkuat juga oleh temuan dari misi Chandrayaan-1 dari Organisasi Penelitian di India dan misi Cassini serta Deep Impact milik NASA. Misi-misi tersebut mendeteksi adanya tanda-tanda hidrasi dalam bentuk hidrogen dan oksigen.

Selain itu, di tahun yang sama, pesawat luar angkasa Lunar Crater Observation and Sensing Satellite atau LCROSS dan Lunar Reconnaissance Orbiter melakukan pengamatan dengan melepaskan proyektil ke dalam kawah bulan.

Pengamatan tersebut menemukan adanya butiran-butiran es air dalam materi yang dikeluarkan. Ini semakin menambah bukti bahwa air berada dalam kawah bulan yang tidak disinari matahari.

Tahun 2018, Ditemukan air di wilayah bayangan

Baru pada tahun 2018, Moon Mineralogy Mapper atau M3 mengkonfirmasi adanya air di bulan pada kawah yang tidak disinari matahari secara permanen. Konfirmasi ini merupakan peta mineral permukaan bulan beresolusi tinggi.

Peta tersebut dibuat berdasarkan kumpulan data dari misi gabungan Chandrayaan-1 yang dilakukan pada tahun 2009 lalu.

Baca Juga:

Tahun 2020, Ditemukan air di permukaan bulan

Meski telah mendapatkan konfirmasi adanya air di bulan pada permukaan yang gelap permanen, namun para ilmuwan tetap melakukan penelitian. Hingga pada tahun 2020, NASA mengonfirmasi adanya air di permukaan bulan yang diterangi matahari.

Penemuan ini berdasarkan pada hasil observasi yang dilakukan oleh SOFIA atau Stratospheric Observatory for Infrared Astronomy, yang mengungkapkan ada konsentrasi air setara dengan sebotol air di kawah Clavius.

Penemuan air di permukaan bulan yang disinari matahari ini menunjukkan bahwa air dapat didistribusikan ke seluruh permukaan bulan, baik yang diterangi matahari maupun tidak.

Baca Juga: Bergemuruh di Pantai, Ini 7 Penyebab Terjadinya Ombak di Laut

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Related Articles

Back to top button