Opini

Pemilihan Walikota Salatiga dan Kisah Jaka Tingkir

Pemilihan bupati dan walikota dilaksanakan berbarengan. Serentak dengan pemilihan umum yang dilakukan untuk memilih wakil rakyat dari tingkat daerah hingga pusat. Pemilu yang akan digelar tahun 2024 ini merupakan sejarah demokrasi terbesar di Indonesia. Sebab pemilihan dilakukan serentak dan memilih banyak pemilihan mulai DPRD Tingkat II, DPRD Tingkat I, DPR, DPD, Bupati/Walikota, gubernur dan presiden-wakil presiden.

Tulisan ini lebih membahas tentang pemilihan walikota Salatiga. Tahun 2019 saya berkesempatan kuliah Pendidikan Profesi Guru di UKSW Salatiga. Sesuatu yang saya tunggu sejak lama. Kebetulan saya juga pernah berkeinginan kuliah di UKSW sejak lulus SMA. Jadi ya pas. Bisa kuliah di UKSW walau hanya satu semester dan mengikuti PPG sebagai syarat untuk mendapatkan sertifikat pendidik. Kepemilikan serdik atau sertifikat pendidik menjadikan saya bisa meraih kenaikan kepangkatan dalam jenjang karir sebagai guru. Selain itu bisa mendapatkan tunjangan profesi yang nilainya sebesar 1 kali gaji pokok  dan cair setiap 3 bulan. Sesuatu yang didambakan guru baik negeri maupun swasta.

Baca Juga:

Dalam perkuliahan PPG tersebut saya kos di tempat mantan anggota DPRD Kota Salatiga. Suatu ketika saya dan beliau berbincang tentang walikota Salatiga. Dalam perbincangan tersebut beliau bercerita bahwa walikota Salatiga tidak berasal dari partai yang berlogo banteng. Lho kok bisa begitu? Usut punya usut hal tersebut berkaitan dengan legenda daerah Tingkir.

Melansir situs kpu-salatiga.go.id, diketahui bahwa pemilihan walikota Salatiga di tahun 2011 memiliki lima pasang calon walikota. Mereka adalah pasangan Bambang Supriyanto-Adriana Susi Yudhawati (Partai kebangkitan Bangsa, Hanura dan Gerindra) mendapat nomor 1, Diah Sunarsasi-Teddy Sulistio (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Amanat Nasional) mendapat nomor 2, Yuliyanto-Muhammad Haris (Partai Indonesia Sejahtera, Partai Keadilan Sejahtera, Pertai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrat) mendapat nomor 3, serta pasangan Bambang Soetopo-Rosa Darwanti (Partai Golkar) memeroleh nomor 4.

Hasilnya pasangan Yuliyanto-Muhammad Haris meraih suara 42.296 yang diusung Partai Indonesia Sejahtera, Partai Keadilan Sejahtera, Pertai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrat. Sementara calon dari PDIP, Diah Sunarsasi-Teddy Sulistio hanya meraih peringkat kedua dengan suara 37.085.

Pada pemilihan walikota Salatiga tahun  2017 terdapat dua pasang calon yaitu Agus Rudianto dan Dance Ishak Palit meraih suara 52.060 yang diusung partai PDIP dan PKB.  Pasangan kedua yaitu Yuliyanto dan Muhammad Haris meraih suara 53.052 yang diusung partai Golkar, Nasdem, PPP, Gerindra, Demokrat dan PKS.

Baca Juga:

Memperhatikan hasil pemilihan walikota Salatiga tersebut, seolah membenarkan apa yang saya tulis di awal tulisan. Sesuai yang disampaikan oleh mantan anggota DPRD kota Salatiga tersebut. Berkaitan dengan cerita dan kisah Jaka Tingkir atau Mas Karebet.

Suatu ketika di Alun-Alun Prawata, saat Sultan Trenggana dan kerabat kerajaan berkunjung ke istana Sunan Prawata, terdapat kerusuhan yang disebabkan oleh banteng yang namanya Kebo Ndanu. Banteng yang mengamuk tersebut berhasil ditaklukkan oleh Jaka Tingkir. Kemenangan Jaka Tingkir tersebut, menjadikannya diangkat sebagai lurah prajurit di Demak.

Berdasarkan cerita tersebut, kebo atau banteng kalah oleh Jaka Tingkir. Mungkin jamaah Mojokiyah sudah tahu bahwa Tingkir, saat ini adalah kecamatan di wilayah Kota Salatiga. Analog dari cerita tersebut dan pemilihan walikota Salatiga, bahwa banteng atau partai berlambang banteng akan kalah oleh Jaka Tingkir. Calon walikota yang diusung partai berlogo banteng kalah. Ini bisa dilihat dari dua kali pemilihan walikota Salatiga. Sementara calon lain diibaratkan sebagai Jaka Tingkir. Kebenarannya, silakan cek sendiri.

Bagaimana dengan pemilihan walikota Salatiga tahun 2024 mendatang? Apakah calon walikota yang berasal dari partai berlambang banteng memenangkan pemilihan nanti. Ataukah nanti sama seperti hasil pemilihan walikota Salatiga dua kali sebelumnya? Kita tunggu hasilnya nanti. Demikian, kisah pemilihan walikota Salatiga dan cerita Jaka Tingkir.

Baca Juga: Politik Indonesia 2024: Antara Harapan dan Tantangan

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button