Inter dan Romansa Comeback ke Final UCL 2023 Setelah Penantian 13 Tahun
Inter Milan tampil mengejutkan pada musim 2022/2023, dengan berhasil menggondol satu tiket ke final UCL 2023/Liga Champions Eropa. Banyak mata terpana pada salah satu raksasa sepak bola Italia ini. Perjalanan Nerazzuri terasa bak romansa, karena sudah 13 tahun lamanya mereka tak mentas di final.
Lucky Atau Memang Bermental Juara?
Manakala Inter melangkahkan kakinya ke partai puncak Liga Champions, banyak yang mengira kalau klub Italia cuma modal beruntung. Anggapan ini muncul karena lawan yang dihadapi Inter di fase knockout terbilang mudah. Tapi, apakah benar demikian?
Sebagai catatan, keberuntungan tidak menaungi Nerazzuri pada saat undian babak grup digelar. Bagaimana tidak, klub Italia ini tergabung dalam Grup C, bersama Bayern Munchen dan Barcelona yang notabene lebih diunggulkan. Satu tempat lain diisi Viktoria Plzen yang bakal jadi pesakitan.
Entah karena faktor luck atau bukan, Inter nyatanya berhasil lolos dari Grup neraka ini. Tim besutan Simone Inzaghi cuma kalah sekali, yakni kontra Bayern pada laga pembuka. Mereka bahkan mampu mengangkangi Barcelona, yang cuma kumpulkan tujuh angka dari enam laga.
Faktor luck, akhirnya menghampiri Inter di fase knockout. Sementara banyak tim besar yang harus bentrok, Inter justru bertemu Porto. Memang, tim Portugal tidak boleh diremehkan. Tapi Porto bukan salah satu unggulan.
Sejatinya, Inter agak megap-megap menghadapi Porto, terlebih di leg kedua, di mana mereka digempur oleh wakil Portugal. Namun, entah bagaimana caranya, Inter bisa melenggang ke babak perempat final. Kendati cuma bermodal satu gol kreasi Lukaku di menit akhir leg pertama.
Tim Portugal lain, yakni Benfica menghadang Inter pada babak berikutnya. Lagi-lagi, mereka dibuat agak kepayahan, kendati sudah unggul dua gol pada leg perdana. Dalam bentrok yang sengit, Inter menahan Benfica 3-3. Yang berarti armada Inzaghi berhak melaju berkat aggregat 5-3.
Pada semifinal, rival sekota menghadang, tetapi tidak tampak bahwa Inter cuma menang beruntung. Nerazzuri superior dalam partai dua leg. Rossoneri harus tersingkir dengan skor aggregat tegas, tiga gol tanpa balas.
Memang ada faktor luck, dalam perjalanan Inter menuju final Liga Champions. Tetapi tanpa mental juara, mereka tidak akan melaju sejauh ini. Jadi, Inter bukan cuma modal beruntung. Tapi mental petarung skuadnya juga ikut berpengaruh mengantar mereka ke partai pamungkas.
Romansa dengan plot serupa
Perjalanan Inter ke final Liga Champions tahun ini memiliki plot yang serupa dengan tahun 2010. 13 tahun lalu, mereka menatap partai final dengan dua gelar di tangan, Serie A dan Coppa Italia. Tahun ini, dua gelar juga sudah di tangan.
Laga final Liga Champions kala itu tersaji pada tanggal 22 Mei 2010, yang berarti Inter telah menuntaskan musim domestiknya. Trofi ‘Si Kuping Lebar’ adalah sesuatu yang paling diburu Inter kala itu. Mengingat fakta bahwa dua gelar domestik, sudah di tangan.
Coppa Italia adalah gelar pertama yang diraih Inter kala itu, pasca menghempaskan AS Roma dengan skor tipis 1-0. Milito adalah bintang pada pertandingan tersebut. Karena dengan gol semata wayangnya, Stadio Olimpico berhasil dikuasai tim Biru-Hitam.
Selang beberapa hari, pada 16 Mei 2010, partai penentuan juara terjadi, di mana Inter harus berhadapan dengan Siena. Roma hampir menjadi juara andai Inter gagal menang. Tapi, gol Milito akhirnya menghempaskan Roma untuk kali kedua, sekaligus mengantar Inter raih scudetto.
Inter bermain di Santiago Bernabeu berharap menggondol treble. Harapan yang akhirnya jadi kenyataan pasca menyudahi perlawanan Bayern. Treble kala itu berada di tangan Nerazzuri. Sekaligus menukil rekor sebagai satu-satunya tim Italia yang pernah meraih treble.
Klasemen Serie A musim ini menunjukkan Inter bertengger di urutan ke-3, jauh di bawah kampiun Napoli. Namun, skuad Simone Inzaghi sudah mengantongi gelar Supercoppa Italiana di awal tahun. Sekaligus Coppa Italia yang baru saja mereka dapat baru-baru ini.
Satu hal yang serupa dari tahun 2010 adalah, Inter sama-sama menyandang status underdog. Tidak ada yang memperhitungkan Inter, tetapi pada 2010, mereka mampu menumpas Barcelona. Bayern Munchen pun dibuat tak berdaya di final.
Skema serupa mencuat tahun ini, di mana Manchester City di atas kertas lebih diunggulkan. Apalagi, skuad Pep Guardiola sama-sama sedang berburu treble. Persis seperti yang dilakukan Inter 13 tahun yang lalu dan tahun ini.
Baca Juga:
Perbandingan komposisi skuad
Dari segi komposisi skuad, juga dapat dilihat perbedaan antara Inter 2010 dan Inter 2023. Inter 2010 punya materi pemain yang benar-benar matang. Sebut saja Marco Materazzi, Javier Zanetti, Julio Cesar dan Diego Milito.
Materi pemain yang dimiliki Inter pada tahun 2010 silam benar-benar berkualitas. Hampir setiap pemain ikut bersinar di papan statistik berbagai komposisi. Diego Milito contohnya. Dengan 22 gol, ia adalah top skorer nomor 2 Serie A, di bawah Antonio Di Natale.
Tahun ini, skuad Inter tidak kalah berkelasnya. Ada nama-nama yang layak untuk menjadi sorotan, seperti Andre Onana, Lautaro Martinez, Henrikh Mkhitaryan dan Hakan Calhanoglu. Nilai spesial skuad ini serupa dengan skuad 2010, yakni kuat di lini tengah dan belakang.
Beberapa pemain yang mengisi lineup tahun 2023 juga bersinar di berbagai kompetisi. Andre Onana bisa jadi contoh. Kepiawaiannya menjadikan Onana sebagai salah satu kiper terbaik di Liga Champions musim ini. Plus, Lautaro Martinez yang kerap menjadi pembeda di laga-laga krusial.
Menerka Bagaimana Akhir Romansa Inter
Komposisi skuad serupa, taktik serupa, serta plot yang serupa pula. Seperti sebuah kebetulan tampaknya. Perjuangan yang mereka lakukan tahun ini bak mengulang kisah sukses pada tahun 2010 silam.
Memang, ada faktor keberuntungan yang mendorong Nerazzuri bisa sampai sejauh ini. Tapi, apabila skuad mereka tidak bermental petarung, tak akan ada final untuk digapai. Sesuatu yang sedang dikejar Inter masih sama, treble winner.
Manchester City yang akan dihadapi di partai final nanti bukanlah tim medioker. Tapi berkaca dari masa lalu, Inter selalu punya cara menjatuhkan kandidat juara. Semoga tahun ini, Inzaghi bisa menemukan cara itu. Mari nantikan bagaimana ending romansa Inter ini.
Baca Juga: Samai Klub Inggris, Papua Football Academy Terapkan Child Safeguarding Policy Pertama di Indonesia
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.