Walau Tanpa AC, Kenapa Rumah Zaman Belanda Terasa Sejuk dan Dingin?


Contoh rumah zaman Belanda (ciamis.info)

Di tengah hiruk-pikuk dan panasnya iklim tropis Indonesia, ada satu misteri yang sering kali membuat kita bertanya-tanya, Mengapa rumah-rumah zaman Belanda terasa begitu sejuk dan dingin? Beberapa mungkin mengaitkan dengan hal mistis atau horor. Namun apabila dibedah lebih teliti, terdapat sejumlah alasan mengapa bangunan arsitektur rumah zaman Belanda ini cenderung lebih dingin dan sejuk.

Bangunan arsitektur era kolonial Belanda yang masih dapat dijumpai di antaranya Lawang Sewu di Semarang, Gedung Bank Indonesia di Yogyakarta, Gereja Katedral di Jakarta, Gereja Blenduk di Semarang, dan lainnya. Saat memasuki bangunan khas Belanda, pengunjung akan merasakan hawa sejuk dan nyaman.

Baca Juga:

Terdapat sejumlah alasan mengapa bangunan era Belanda bisa terasa sejuk. Hal itu bisa dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya adalah unsur-unsur yang ada dalam bangunan tersebut. Mulai dari dinding, atap, hingga lantainya.

Berikut ini alasan mengapa rumah zaman Belanda terasa sejuk dan dingin. Bisa ditiru juga untuk rumah kamu nanti, lho!

1. Memiliki banyak jendela besar dan ventilasi yang baik

Zaman dulu, jendela didominasi jalusi atau krepyak. Bentuk jendela berdaun ganda dan berlapis dua. Bagian luar jendela berupa jalusi atau krepyak dan bagian dalam jendela menggunakan hiasan kaca patri atau kaca transparan. Terdapat juga bentuk jendela berdaun ganda dan tunggal yang tidak berlapis dua, dengan ornamen pada jendela berupa jalusi atau krepyak.

Selain menggunakan jalusi, beberapa jendela juga menggunakan kaca patri. Jendela bagian dalam umumnya tidak memakai korden karena hiasan kaca patri tersebut berfungsi sebagai tirai. Jendelanya yang berlapis resisten terhadap maling yang masuk ke rumah.

Rumah zaman Belanda memang dirancang dengan banyak jendela besar dan ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik memungkinkan udara segar masuk dan udara panas keluar, menjaga suhu dalam rumah tetap nyaman.

Penggunaan jalusi juga digunakan pada pintu adalah ciri arsitektir tropis, sebagai salah satu bentuk adaptasi terhadap iklim tropis agar udara masuk ke dalam rumah. Serta, pada bagian atas pintu terdapat lubang angin atau ventilasi dari kayu yang menyatu dengan kusen pintu.

2. Atap berbentuk perisai dengan langit-langit yang tinggi

Bentuk rumah bergaya Indis berbentuk perisai atau limasan. Atap perisai yang diadaptasi dari bentuk rumah adat Jawa dan penyesuaian bentuk atap yang dibuat miring, lebih dari 50 derajat, berguna untuk memberi ruang yang cukup antara atap dan plafon, sehingga ruangan di bawahnya tidak panas.

Selain itu, terdapat parapet yang mengelilingi atap berguna untuk menyembunyikan peralatan atap, mengurangi beban angin di atap dan mencegah penyebaran kebakaran.

Rumah dengan gaya Belanda identik dengan langit-langit yang tinggi karena sirkulasi udara dalam rumah dapat berjalan dengan lancar dan membuat rumah terlihat lebih luas.

3. Rumah zaman Belanda memiliki dinding yang tebal

Rumah kolonial Belanda biasanya dibangun dengan dinding yang sangat tebal, sering kali menggunakan batu bata. Dinding tebal ini membantu meredam panas dari luar sehingga suhu di dalam rumah tetap sejuk.

Ketebalan dinding rata-rata bangunan zaman Belanda tersebut antara 15-30 cm. Dengan ketebalan itu dapat membuat panas matahari butuh waktu lama untuk memanaskan dinding.

4. Memakai ubin berjenis teraso

Tak hanya dinding bangunannya yang berperan menjaga suhu tetap dingin, lantai teraso yang umumnya digunakan pada rumah peninggalan Belanda juga punya fungsi serupa. Cara kerjanya mirip dengan batu bata, yakni menyerap panas matahari yang berlebih di siang hari. Selain itu, lantai teraso juga memiliki permukaan yang dingin sehingga adem setiap kali disentuh.

Baca Juga:

5. Memiliki teras dan kanopi yang luas

Posisi teras pada rumah zaman Belandan biasanya terletak di depan rumah menjadi ruang peralihan antara bagian luar dan dalam rumah. Mempunyai teras menambah kesan mewah pada rumah, selain fungsinya untuk bersantai. Keberadaan teras di rumah bisa menjadi area sirkulasi udara dan masuknya cahaya matahari alami.

Biasanya, rumah Belanda juga menggunakan kanopi  yang luas. Kehadiran kanopi yang ditambah batu kerikil juga dapat mencegah teras terkena tampias air hujan. Dengan demikian, area teras tetap teduh dan kering baik saat matahari bersinar terik atau pun saat hujan deras melanda.

Rumah zaman Belanda ini memang dirancang untuk menyesuaikan dengan iklim tropis Indonesia, sehingga meskipun cuaca di luar panas, bagian dalam rumah tetap nyaman dan sejuk.

Baca Juga: Mengenal Arsitektur 7 Rumah Adat Nusantara, Sederhana Namun Fungsional


Emperor