8 Teori Sains Tentang Alam Dalam Alquran, Sudah Sejak 14 Abad Lalu!
4. Dua aliran air laut yang tidak dapat bersatu
Apakah mungkin dua aliran yang sama-sama air laut tetapi tidak bersatu, padahal tidak ada yang menghalangi?
Salah satu contoh dua aliran air laut yang tidak menyatu ada di teluk Alaska. Secara ilmiah, kedua air laut tersebut tidak dapat bersatu karena air dari samudra Pasifik seperti jenis air laut pada umumnya yang asin karena memiliki kadar garam yang tinggi. Sedangkan laut Bering di sisi satunya berasal dari gletser atau es yang mencair. Gletser merupakan air tawar yang membeku. Hal inilah yang membuat keduanya tidak dapat bersatu.
Selain itu air dari samudra Pasifik bersuhu lebih tinggi atau hangat, sedangkan air yang berasal dari laut Bering lebih dingin, karena berasal dari gletser.
Fenomena ini dijelaskan dalam Alquran surat Al furqan ayat 53;
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar dan segar dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus.”
Ayat tersebut secara jelas menerangkan bahwa salinitas atau perbedaan kadar garam membuat air laut tidak dapat menyatu.
Dalam surat Ar Rahman ayat 19-20 juga dijelaskan;
“Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu.”
“Di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.”
Dalam kedua ayat tersebut jelas disebutkan mengenai batas yang tidak terlihat, beberapa ulama menyebutnya dengan Barzakh atau pemisah yang tidak terlihat.
Pembuktian aliran air mengalir yang tidak dapat menyatu juga bisa kita lihat di Afrika Selatan (dekat Cape town), pertemuan sungai Nil degan laut mediterania di Mesir, laut Mediterania dengan samudra atlantik.
Baca Juga:
- Animalium Cibinong, Destinasi Eduwisata Kekinian Milik BRIN
- 5 Destinasi Wisata Iptek di Jabodetabek, Piknik Sambil Riset
5. Dasar laut yang sangat gelap
Di dasar laut yang sangat dalam memang tidak akan bisa terlihat apapun. Walaupun banyak penghuni dasar laut seperti ikan, tanaman laut dan sebagainya. Tidak ada satu sinar pun yang mampu menembus dasar laut yang gelap. Dalam buku Oceans, Diamati pada kedalaman 200 meter dari permukaan laut, hampir tidak dijumpai cahaya.
Masuk ke dalam dasar laut yang lebih dalam, keadaan akan semakin gelap. Dalam buku tersebut juga dijelaskan bahwa pada kedalaman 100 meter di bawah permukaan laut, sama sekali tidak ada cahaya. Kegelapan yang absolut. Tanpa bantuan teknologi, kita tidak akan bisa melihat apapun.
Ternyata, dasar laut menjadi gelap karena semua spektrum cahaya warna akan diserap satu demi satu oleh air laut. Pengukuran yang dilakukan dengan teknologi saat ini berhasil mengungkapkan bahwa antara 3-30% sinar matahari yang mengenai permukaan laut akan dipantulkan. Jadi, hampir semua tujuh warna yang menyusun spektrum sinar matahari diserap satu demi satu ketika menembus permukaan laut hingga kedalaman 200-1000 meter.
Di dalam Alquran sudah dijelaskan pada surat An Nur ayat 40;
“Atau (keadaan orang-orang kafir) seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh gelombang demi gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah gelap gulita yang berlapis-lapis. Apabila dia mengeluarkan tangannya hampir tidak dapat melihatnya”
Di dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa dasar laut memang sangat gelap. “gelap gulita yang tindih menindih” dalam ayat tersebut menerangkan bahwa semakin dalam laut, akan semakin gelap.
Di dalam ayat tersebut juga menyebutkan ombak laut pun berlapis-lapis. Setiap air laut memiliki kerapatan yang berbeda-beda, Dalam buku Oceanography, a view of earth, para ilmuwan menemukan keberadaan gelombang di dasar lautan. Gelombang ini terjadi pada pertemuan antara lapisan-lapisan air laut yang memiliki kerapatan atau massa jenis yang berbeda. Gelombang yang dinamakan gelombang internal ini meliputi wilayah perairan di berbagai kedalaman lautan dan samudra.
Baca Juga:
- Inovasi Produk Berbasis Ekstrak Daun Ketepeng Cina Sebagai Gel Antipruritik
- Cuaca Panas di Indonesia: Ini 5 Dampaknya terhadap Kesehatan dan Lingkungan
7. Siklus air
Siklus secara sederhana adalah air dari permukaan bumi menguap, kemudian menjadi awan, selanjutnya akan turun hujan ke bumi, selanjutnya air akan masuk kedalam tanah, dan menguap lagi menjadi awan. Pada tahun 1580, seorang ilmuwan bernama Bernard palissy yang pertama kali menjelaskan siklus air secara lengkap. Namun Alquran yang diturunkan 1400 tahun lalu sudah terlebih dahulu menjelaskan hal ini.
Ada banyak ayat Alquran yang menjelaskan tentang siklus air ini. Salah satunya adalah Surat An Nur ayat 43;
“Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa tetesan air hujan berasal dari awan-awan yang berkumpul. Lalu, bagaimana awan-awan tersebut berkumpul?. Awan dapat berkumpul karena bantuan dari angin, seperti dijelaskan dalam Surat Ar Rum ayat 48 ;
“Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki tiba-tiba mereka bergembira.”
Setelah hujan turun, air akan membasahi permukaan bumi, menyiram tanaman-tanaman dan kemudian tersimpan di dalam tanah sebagai cadangan air. Hal ini dijelaskan dalam Juga dalam surat Al Araf ayat 57;
“Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu”
surat Al Hijr ayat 22;
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan (air) itu, dan bukanlah kamu yang menyimpannya”
Air-air yang tersimpan di dalam tanah, beberapa akan muncul ke permukaan dan menjad sumber-sumber air, seperti dijelaskan dalam surat Az Zumar ayat 21;
“Sesungguhnya kalian tahu melalui apa yang kalian saksikan bahwa Allah menurunkan air hujan dari langit, lalu memasukkannya ke dalam mata air dan aliran sungai. Kemudian dengan air ini Allah menumbuhkan tanaman-tanaman yang beraneka ragam. Kemudian tanaman-tanaman itu mengering”
8. Hewan sebagai pendeteksi bencana
Teori sains tentang alam dalam Alquran yang terakhir adalah hewan sebagai pendeteksi adanya bencana yang akan datang. Pernahkah kamu mendengar bahwa perilaku hewan bisa menjadi pendeteksi akan datangnya bencana alam?
Menurut penelitian yang dilakukan di Nanning, sebelah selatan provinsi Guangxi, Cina, menyebutkan bahwa ular adalah hewan yang paling sensitif. Hal itu dikarenakan ular memiliki gelombang seismik. Bahkan ular bisa mendeteksi kemungkinan terjadinya gempa dari jarak 120 KM atau sekitar 3-5 hari sebelum terjadinya gempa.
Ilmuwan Cina juga mengamati perilaku hewan-hewan lain yang ada di kebun binatang. Misalnya panda. Binatang khas Cina ini juga bisa menjadi petunjuk. Sebelum gempa besar yang terjadi di Sinchuan beberapa tahun lalu, panda di cagar alam nasional Wolong terlihat gelisah.
Pada tahun 2005, dilaporkan ada sekawanan gajah meraung-raung dan berlari liar menjelang gempa besar yang memicu tsunami di Sri lanka dan India. Dalam Surat At Takwir ayat 5-6 dijelaskan;
“dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan”
“dan apabila lautan dipanaskan dan dijadikan meluap. Air laut memanas akibat munculnya kobaran api mahadahsyat dari dasarnya.”
Juga dalam surat An Naml ayat 82 tertulis;
“Dan apabila perkataan (ketentuan masa kehancuran alam) telah berlaku atas mereka, Kami keluarkan makhluk bergerak yang bernyawa dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka bahwa manusia dahulu tidak yakin kepada ayat–ayat Kami.”
Dengan mengetahui teori sains tentang alam dalam Alquran, sebagai umat muslim tidak perlu meragukan lagi kekuasaan Allah SWT. Allah SWT adalah pencipta yang paling sempurna.
Baca Juga: 10 Fakta Unik Tentang Kucing yang Wajib Diketahui
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.