PoliticsInternasional

8 Fakta Menarik Selat Hormuz, Jadi Penentu Harga Minyak Dunia

Selat Hormuz adalah salah satu jalur perairan paling strategis dan kontroversial di dunia. Selat ini menjadi titik kunci dalam perdagangan minyak global karena sekitar 20% pasokan minyak dunia melewati jalur ini setiap harinya.

Secara hukum, tidak ada satu negara pun yang sepenuhnya memiliki Selat Hormuz, namun Iran dan Oman adalah dua negara yang mengklaim yurisdiksi atas sebagian besar wilayah perairannya. Meski demikian, sebagai jalur pelayaran internasional, kapal-kapal sipil memiliki hak lintas damai.

Di sisi utara, wilayah perairan ini berada di bawah yurisdiksi Iran, sementara di sisi selatan, sebagian besar berbatasan dengan Oman dan Uni Emirat Arab. Meski secara geografis terbagi, selat ini merupakan perairan internasional dan tunduk pada hukum laut internasional, termasuk Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS).

1. Selat Hormuz telah menjadi jalur perdagangan sejak ribuan tahun lalu

Selat Hormuz telah menjadi jalur pelayaran penting sejak ribuan tahun lalu, bahkan sebelum munculnya negara-negara modern di sekitarnya. Dalam era Kekaisaran Persia kuno, wilayah ini sudah dimanfaatkan sebagai jalur perdagangan rempah-rempah, kain, dan logam mulia antara Asia, Timur Tengah, dan Eropa.

Dalam Kekaisaran Achaemenid (550–330 SM), Selat Hormuz sangat penting untuk menghubungkan pusat kekuasaan Persia dengan koloni dan mitra dagang di Asia Selatan dan Timur Afrika.

Baca Juga:

2. Selat Hormuz menjadi rebutan negara kolonial Eropa

Karena lokasinya yang strategis, beberapa negara Eropa secara bergantian pernah menguasai Selat Homuz.

Abad ke-16 menjadi masa perubahan besar bagi Selat Hormuz. Negara-negara Eropa mulai memasuki kawasan ini demi menguasai perdagangan rempah dan barang berharga dari Asia.

Dimulai pada Tahun 1515, Portugis di bawah komando Alfonso de Albuquerque merebut Pulau Hormuz dan mendirikan benteng di sana. Mereka menguasai lalu lintas perdagangan dan menarik pajak dari kapal-kapal yang lewat selama lebih dari satu abad. Tahun 1622, dengan bantuan Inggris, Dinasti Safawi Persia merebut kembali pulau tersebut dari Portugis, menandai awal dominasi kekuatan lokal yang beraliansi dengan kekuatan asing.

Setelahnya, Inggris dan Belanda mulai bersaing atas kendali ekonomi kawasan. Inggris mendirikan pengaruhnya melalui Perusahaan Hindia Timur dan pada abad ke-19 menjalin hubungan protektorat dengan negara-negara di pesisir selatan Teluk Persia.

3. Menghubungkan Iran dan Oman

Selat Hormuz merupakan jalur air sempit yang menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman, sekaligus menjadi satu-satunya jalur keluar masuk kapal dari kawasan Teluk menuju Samudra Hindia.

Letaknya yang strategis menjadikan selat ini sangat vital bagi lalu lintas maritim global, khususnya dalam perdagangan minyak bumi. Karena menjadi satu-satunya penghubung dari wilayah Teluk, Selat Hormuz memainkan peran kunci dalam kelancaran distribusi energi dunia.

4. Memiliki lebar 33 Kilometer

Pada titik tersempitnya, Selat Hormuz memiliki lebar sekitar 33 kilometer. Untuk mengatur padatnya lalu lintas kapal, diterapkan Skema Pemisahan Lalu Lintas (Traffic Separation Scheme/TSS) yang diakui oleh Organisasi Maritim Internasional (IMO).

TSS terdiri dari dua jalur pelayaran selebar dua mil, masing-masing untuk kapal masuk dan keluar, serta dipisahkan oleh zona penyangga selebar dua mil. Meski ruang gerak sangat terbatas, perairan di jalur ini cukup dalam untuk dilalui oleh kapal tanker minyak berukuran sangat besar.

5. Titik kunci (choke point) dalam perdagangan dunia

Dalam peta jalur pelayaran global, Selat Hormuz adalah salah satu titik kunci (chokepoint) yang menghubungkan produsen energi terbesar di dunia dengan konsumen terbesar di Asia, Eropa, dan Amerika.

Jalur ini menjadi penghubung antara Teluk Persia dan Laut Arab, yang kemudian terhubung ke Samudra Hindia dan jalur strategis lain seperti Selat Malaka dan Terusan Suez.

Dengan kata lain, siapa pun yang melintasi Timur Tengah menuju pasar internasional, kemungkinan besar akan melewati Selat Hormuz.

6. Sepertiga minyak mentah dunia, dikirim melalui Selat Hormuz

Selat Hormuz merupakan rute utama pengiriman sekitar 20 hingga 30 persen pasokan minyak dunia. Negara-negara produsen minyak utama seperti Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, Qatar, dan Uni Emirat Arab sangat bergantung pada selat ini untuk mengekspor energi ke pasar Asia, Eropa, dan Amerika.

Setiap hari, jutaan barel minyak dan gas alam cair (LNG) melewati Selat Hormuz menuju konsumen global, termasuk negara-negara besar seperti China, India, Jepang, dan Korea Selatan.

Gangguan sekecil apapun dalam berbagai konflik antar negara di Selat Hormuz bisa langsung berdampak pada harga energi dunia. Harga minyak bisa melonjak dalam hitungan jam, menyebabkan inflasi dan gejolak ekonomi di berbagai negara.

Baca Juga:

7. Jalur utama ekspor gas alam cair

Selain minyak mentah, Selat Hormuz juga menjadi jalur utama bagi ekspor gas alam cair (liquefied natural gas/LNG), sehingga menjadikannya kunci dalam rantai pasokan energi global. Gangguan di jalur ini berpotensi memicu lonjakan harga energi dan instabilitas ekonomi di banyak negara.

8. Jalur militer

Selain energi, jalur ini juga penting bagi pengangkutan barang dan logistik militer. Amerika Serikat dan sekutunya secara rutin mengerahkan armada angkatan laut di kawasan ini untuk menjamin keamanan pelayaran dan menjaga jalur tetap terbuka.

Itulah beberapa fakta menarik Selat Hormuz, yang menjadi jalur perairan paling strategis dan kontroversial di dunia.

Baca Juga: 7 Teori Geopolitik Dari Para Ahli dan Penerapannya di Indonesia

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button