Tubuhku Adalah Otoritasku, Pentingnya Memberikan Pendidikan Seksual Kepada Anak Sejak Dini

Pembahasan soal seks masih dikaitkan dengan hal-hal yang berbau porno dan tidak pantas untuk dibicarakan di muka umum. Terlebih ada yang masih mempersepsikan tentang pendidikan seks berarti sama saja mengajarkan tentang perilaku seks sejak dini.
Coba saja tanyakan hal ini; ‘bagaimana pandangan ibu/bapak terhadap pendidikan seksual sejak dini?’ Pasti banyak jawab seperti di atas atau hal yang tabu.
Namun, di lain pihak ada juga yang sangat mendukung tentang pentingnya pemberian pendidikan seksual pada anak agar anak-anak tidak terjerumus pada perilaku seksual yang menyimpang.
Mengapa pendidikan seksual penting? Maraknya kekerasan seksual akhir akhir ini tak hanya mengancam remaja, bahkan eksploitasi seksual terhadap anak di bawah umur belakangan sering terjadi.
Pendidikan seksual sebagai benteng kepemilikan tubuh
Selain memberikan pemahaman tentang perkembangan diri soal fisik dan psikososial, pendidikan seksualitas yang komprehensif juga sebagai bentuk dari proteksi. Salah satu materi yang penting untuk diajarkan pada anak-anak maupun remaja ialah tentang hak atas kepemilikan tubuh atau bodily integrity.
Memahami tentang pentingnya hak atas kepemilikan tubuh membantu anak-anak dan remaja untuk terhindar dari kekerasan seksual. Setiap rentang usia memiliki konsep bodily integrity yang berbeda-beda.
Usia 5-8 tahun
Anak diajarkan untuk memahami bagian tubuh mana yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang asing. Selain itu anak juga diajarkan bagaimana merespon jika ada orang lain yang sudah menyentuh bagian tubuh yang dilarang.
Dengan demikian anak akan menyadari bahwa tidak semua bagian tubuh boleh disentuh walau dilakukan oleh orang terdekat sekalipun, selain itu anak juga cenderung memiliki keberanian untuk merespon jika ada seseorang yang menyentuh bagian tubuhnya yang membuat tidak nyaman.
Baca Juga:
Usia 9-12 tahun
Usia ini adalah usia pubertas pada remaja, sehingga fokus penekanannya pada pentingnya dalam memahami akan pentingnya privasi serta perhatian tentang seksual yang tidak diinginkan. Sehingga remaja memahami jika ada ketertarikan secara seksual yang tidak diinginkan itu termasuk pada pelanggaran hak dan privasi. Pemahaman soal ketrampilan komunikasi yang asertif diperlukan untuk menghindari hal-hal tersebut.
Usia 12-15 tahun
Setelah diajarkan tentang pentingnya hak pada ketubuhan, maka pada tahap ini remaja ditekankan bahwa setiap orang memiliki hak atas tubuh yang sama sehingga perlu saling menghargai satu sama lain.
Usia 15-18+ tahun
Di rentang usia ini remaja diajarkan tentang pentingnya consensual sexual atau persetujuan terhadap perilaku seksual. Dengan memahami hal ini maka remaja akan terhindar dari kekerasan seksual yang dapat berdampak pada perkembangan ke depannya.
Pendidikan seksual untuk menjaga kesehatan organ reproduksi
Selain pentingnya menjaga hak-hak tubuh, pendidikan seksual juga mengajarkan tentang kesehatan organ reproduksi.
Mengapa hal ini penting? Seperti yang disebut di awal bahwa pembahasan soal seks itu tabu sehingga berdampak pada terbatasnya pengetahuan anak dan remaja dalam menjaga organ reproduksi.
Tugas menjaga kesehatan organ reproduksi tidak hanya wajib bagi remaja yang sudah haid atau mimpi basah, akan tetapi anak usia dini juga sudah wajib untuk menjaga kesehatan reproduksinya yang diawali dengan mulai perduli akan kebersihan tubuhnya.
Anak dan remaja perlu diberikan pengertian apa pentingnya menjaga kesehatan reproduksi. Biasanya materi-materi awal yang diberikan ialah berupa pengenalan fungsi pada masing-masing organ reproduksi, kemudian penyakit-penyakit seperti apa saja yang berkaitan dengan organ reproduksi, serta cara penanggulangan agar terhindar dari risiko-risiko penyakit tersebut.
Baca Juga:
Memberikan pendidikan seksual pada anak, sekaligus memberikan keterampilan life skill
Jika dilihat secara menyeluruh, sebenarnya inti dari pendidikan seksual ialah tentang life skill. Sebab kemampuan berkomunikasi intrapersonal dan interpersonal yang dilatih dalam hal ini.
Media komunikasi awal ialah dengan memahami soal keutuhan, tentu saja proses ini tidak sebentar dan terkadang akan muncul beberapa konflik karena ada hal yang tidak sesuai dengan ekspektasi yang ada di lingkungan. Maka di sinilah peran pendamping baik itu orang tua, guru dan tema sebaya. Tanpa ada penerimaan dari lingkungan maka konflik tersebut akan tetap terus berlanjut.
Begitu dengan mengembangkan ketrampilan komunikasi asertif dengan lingkungan dapat menjaga dari adanya tindakan pelecehan ataupun kekerasan seksual baik itu dalam bentuk relasi privat maupun di ranah publik.
Sumber:
- UNESCO, International Technical Guidance on Sexuality Education.
- KEMENKES RI, Pentingnya Menjaga Kebersihan Alat Reproduksi. Jakarta : KEMENKES RI.
Baca Juga: 5 Istilah Tentang Orientasi Seksual, Penting Untuk Pendidikan Seks!