Tidak Hanya Turu dan Sare, Berikut 14 Kata Dalam Bahasa Jawa Yang Berarti Tidur

Semua orang memiliki kebutuhan tidur yang berbeda. Umumnya orang dewasa butuh tidur selama 7 hingga 9 jam setiap harinya, sementara anak-anak biasanya memerlukan waktu tidur lebih banyak, yakni kurang lebih 8 sampai 10 jam setiap hari.
Terlepas dari durasi tidur tiap orang yang berbeda, ada beberapa istilah dalam bahasa Jawa untuk menyebut orang yang sedang tidur. Istilah dalam bahasa Jawa ini berkaitan erat dengan gaya tidur, posisi tidur, dan kondisi tidur yang dialami seseorang.
Seperti diketahui, secara garis besar ada tiga tingkatan dalam Bahasa Jawa, yaitu ngoko, madya, dan krama. Penggunaan tingkat tutur itu ditentukan oleh faktor usia, status sosial, kekerabatan, kebangsawanan, tingkat pendidikan, hingga konteks percakapannya.
Kata yang paling terkenal dalam bahasa Jawa untuk menyebut tidur adalah turu. Dalam tiga tingkat tutur tersebut, turu merupakan kata dari Bahasa Jawa ragam ngoko. Kata turu biasa digunakan untuk menyebut teman dekat atau orang sebayanya yang sedang tidur.
Baca Juga:
Satu tingkat di atas turu ialah kata ‘tilem’. Tilem termasuk kata dalam Bahasa Jawa ragam Krama Madya. Tilem merupakan bahasa halus atau sopan dari turu. Kata tilem digunakan untuk menggambarkan orang lebih tua yang sedang tidur.
Dua tingkat di atas kata turu ialah ‘sare’. Sare termasuk kata dalam Bahasa Jawa ragam Krama Inggil, lebih halus dan sopan dari kata tilem. Fungsinya sama, kata sare untuk menggambarkan orang yang lebih tua atau orang yang dihormati sedang tidur.
Berikut beberapa istilag dalam bahasa Jawa yang berarti tidur, selain turu, tilem dan sare.
1. Ngliyep
Ngliyep berarti tidur sebentar hanya untuk memejamkan mata.
2. Pelor
Salah satu istilah dalam dunia tidur yang cukup populer di kalangan masyarakat Jawa adalah pelor. Ya, pelor merupakan singkatan dari nempel molor. Biasanya, istilah ini digunakan untuk menyebut yang mereka gampang banget tidur.
3. Ngebo
Ngebo merupakan istilah dalam dunia tidur untuk menyebut mereka yang tidurnya terlalu lama. Ada yang menyebutkan bahwa ngebo berasal dari kata kebo alias kebanyakan bobo. Namun, tidak sedikit orang yang kemudian menafsirkan bahwa ngebo berarti seperti hewan kebo (kerbau) yang suka tidur.
4. Liyer-liyer
Liyer-liyer berarti tidur dengan mata yang masih terbuka sedikit karena berniat untuk tidak tidur meski mata sudah berat. Istilah ini dipakai ketika seseorang sudah ngantuk berat, tetapi dipaksa untuk melek. Akibatnya, dia akan mengalami setengah tidur dan setengah melek (sistem buka tutup).
5. Mlumah
Mlumah berarti tidur dengan posisi terlentang dengan posisi dada atau bagian depan menghadap ke atas.
6. Ngglimpung
Istilah ngglimpung dipakai untuk menyebut mereka yang tidur dengan posisi tingkat kemiringan sekitar 45 derajat. Biasanya ngglimpung dipakai untuk menyebut mereka yang tidur di sembarang tempat seperti di pinggir jalan, kursi panjang, atau di pinggir pantai.
7. Ngakar-akar
Berbeda dengan ngglimpung yang memiliki tingkat kemiringan 45 derajat, ngakar-akar adalah posisi tidur yang tidak beraturan, berantakan, dan suka-suka. Orang yang tidur dengan gaya ini biasanya posisi kedua kaki tidak rapi atau cenderung terbuka. Selain itu, posisi tangan juga terbuka sehingga kedua ketiak akan terlihat.
Dalam kehidupan sehari-hari, posisi ini sering dilakukan oleh anak kos yang tak jarang meletakkan kedua kakinya di atas benda-benda sekitar seperti meja, keranjang baju, hingga galon. Untuk itu, dapat dikatakan bahwa ngakar-akar adalah posisi tidur yang paling arogan.
8. Nglekar
Nglekar artinya adalah tidur terbaring atau terlentang. Kata ini masuk ke dalam Bahasa Jawa Ngoko Kasar yang biasanya digunakan untuk percakapan sehari-hari. Dalam artian lain, Nglekar juga bisa berarti tidur sesukanya, di mana pun dan dalam kondisi apapun
9. Ngliker
Ngliker adalah posisi tidur dengan tingkat kemiringan nyaris 90 derajat. Sederhananya, istilah dalam bahasa Jawa ini dipakai untuk menyebut gaya tidur seseorang yang membentuk huruf C, dengan posisi kedua tangan diapit oleh kedua dengkul. Penyebab orang menggunakan model tidur seperti ini biasanya karena kedinginan dan tidak ada guling di sampingnya
10. Angrem
Dalam bahasa Jawa, istilah angrem dipakai untuk menyebut ayam betina yang sedang bertelur (babon angrem). Biasanya, induk ayam akan mengerami telurnya selama 22 hari. Nah, istilah ini juga dipakai untuk menyembut perempuan yang tidurnya terlalu lama atau waktu sudah siang, tetapi masih tidur.
11. Micek
Salah satu istilah tidur yang cukup kasar adalah micek. Kata ini berasal dari bahasa Jawa, yaitu picek atau buta. Biasanya, orang menggunakan istilah ini untuk menyebut mereka yang tiba-tiba tertidur padahal pada saat itu tengah ada acara penting seperti rapat warga, nonton bola, atau kenduri
12. Mbangkong
Mbangkong berasal dari kata bangkong yang memiliki arti katak besar. Namun, bagi mereka yang tidur sangat lama dan ngoweh-oweh atau keluar air liurnya disebut mbangkong (mirip katak). Untuk itu, mbangkong identik dengan orang yang tidur berjam-jam dan air liurnya menetes hingga ke bantal.
Baca Juga:
13. Mbathang
Mbathang dalam bahasa Jawa memiliki arti bangkai. Istilah ini mirip dengan mbangkong, tetapi mbhatang cenderung lebih kasar karena identik dengan bau busuk. Orang yang tidurnya terlalu lama, susah dibangunkan, pulas, dan mengeluarkan bau tidak sedap yang berasal dari air liur disebut mbathang.
14. Njingkrung
Njingkrung berarti tiduran dengan posisi meringkuk, yaitu tidur menyamping dengan perut dan lutut yang tertekuk seperti bayi.
Itulah beberapa kata dalam bahasa Jawa yang berarti tidur. Semoga bermanfaat.
Baca Juga: Dari Nguntal Hingga Ingon, Berikut 15 Kata Dalam Bahasa Jawa Yang Berarti Makan