Religion

Suka Duka Memiliki Anak Mondok di Pesantren

Selain hal-hal yang membuat saya merasa bahagia memiliki anak yang belajar di pondok pesantren tersebut, berikut duka lara memiliki anak mondok di pesantren.

1. Terjadinya bullying di lingkungan pesantren

Di pesantren sering terjadi bullying. Mulai dari masalah makanan hingga sajadah. Ada cerita anak saya tentang temannya yang dibawakan ayam goreng ibunya. Jumlahnya cukup banyak. Temannya ada yang pengin dan mengambil ayamnya. Anak tersebut menangis dan marah, akhirnya dikembalikan ke anak tersebut. Ayam tersebut disimpan di lemari dan akhirnya dibuang. Kok dibuang? Sebab ayamnya membusuk. He he he. Bullying yang lain adalah saling ejek. Atau dimintai makanan oleh kakak tingkatnya.

2. Barang sering hilang

Nestapa kedua yaitu barang sering hilang. Anak saya sering mengalami. Mulai dari sandal, celana, baju, sarung hingga sajadah. Mereka sering kehilangan barang tersebut. Padahal sudah diawasi oleh pengurus pondok. Anak saya pernh kehilangan sandal, sarung dan kaos. Kaos dan sarung baru dari rumah, ketika dicuci justru hilang. Ketika saya tanya, jawabnya hilang. Ya sudah. Ikhlas saja.

Baca Juga:

3. Kena takjir atau denda sebab gak mau ngaji

Anak kena denda atau takjir sebab gak salat dan ngaji. Saya dengar dari pengasuh pondok sendiri bahwa anak-anak yang malas sering kena denda atau takjir. Ini sebab mereka dibangunkan untuk salat subuh, justru molor dan tidak salat. Mereka juga sering gak ikut gaji. Sehingga didenda oleh pengurus.

4. Kangen dengan anak

Memiliki anak di pondok berarti jauh dari orang tua. Ini menjadikan saya kangen dengan anak. Untuk itu saya sering berkunjung ke pondok menghilangkan rasa kangen. Sekaligus ziarah ke makam leluhur di lingkungan pondok.

5. Anak kadang membolos dan keluar pondok tanpa izin

Pondok itu ibarat bengkel. Yang masuk memiliki kerusakan beragam. Anak di pondok kadang membolos dan keluar pondok tanpa izin. Ini dilakukan karena mereka kangen orang tua dan ingin bebas. Ada cerita bahwa anak izin keluar pondok membeli makanan. Namun, tidak kembali. Pengurus mencarinya ke mana-mana dan tidak ketemu. Akhirnya, pengurus menghubungi orang tuanya. Eh, ternyata anaknya pulang. Alhamdulillah, anak saya tidak pernah membolos.

Demikian suka dukanya memiliki anak yang belajar di pondok pesantren. Nuwun

Baca Juga: 7 Manfaat Memasukkan Anak di Pondok Pesantren

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Laman sebelumnya 1 2

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button