Sastra

Review Novel Asiyah: Sang Mawar Gurun Fir’aun, Kisah Tangguh Pengasuh Nabi Musa

Hai, apa kabar? Berbahagialah selalu teman-teman, dan mudah-mudahan tahun ini menjadi kemenangan banyak umat.

Oke, hari ini saya membawa review novel, sudah lama saya tidak membahas novel, akhirnya hari ini ada kesempatan lagi. Kali ini saya mau mereview novel Asiyah: Sang Mawar Gurun Fir’aun, siapa yang sudah pernah membacanya? Apa kesan pertama kalian setelah membacanya?

Pasti sama dengan apa yang saya rasakan, tidak perlu berlama-lama lagi, mari kita ulas saja, simak ya! Sebelum itu, tolong siapkan hati yang lapang dan tisu ketika hendak membacanya!

Informasi Novel Asiyah: Sang Mawar Gurun Fir’aun

  • Judul: Asiyah: Sang Mawar Gurun Fir’aun
  • Penulis: Sibel Eraslan
  • Penerjemah: Ahmad Saefudin, Hyunisa Rahmanadia, Erwin Putra
  • Penerbit: Kaysa Media
  • Tahun terbit: 2014
  • Jumlah halaman: vi – 444 halaman
  • Ukuran novel: 20 cm
  • ISBN: 978 – 979 – 1479 – 75 – 2

Sinopsis Novel Asiyah: Sang Mawar Gurun Fir’aun:

Kisah ini dimulai saat Asiyah masih kecil, Asiyah kecil merupakan seorang Puteri, yang terpaksa harus menyembunyikan identitas aslinya agar tidak terbunuh. Selang waktu berjalan, Asiyah dinobatkan menjadi seorang Ratu untuk Mesir yang dipimpin oleh suaminya sendiri yang mendapatkan gelar Fir’aun atas semua perilaku kejam, serakah, dan hilangnya rasa kemanusiaan.

Pada saat itu Asiyah, sungguh sangat dilema, bagaimana tidak? Asiyah menyaksikan sendiri kezaliman yang dilakukan Fir’aun dan pasukannya terhadap umat manusia pada masa itu, namun Fir’aun masih sangat dijunjung tinggi kehormatannya oleh penduduk Mesir.

Suatu hari Asiyah menutup diri, karena sudah tidak sanggup mendengar jeritan para ibu yang harus terpaksa menyerahkan bayi laki-lakinya pada pasukan Fir’aun untuk dilempar ke sungai Nil, kemudian tahun itu dikenal dengan tahun kematian.

Hingga suatu waktu, ketika Asiyah mengelilingi sungai Nil dengan perahu bersama dengan teman hidupnya. Asiyah bertemu dengan takdir yang akan mendatangkan kebahagiaan sekaligus penerang dari Rabb yang selalu dia percayai. Asiyah bertemu dengan bayi mungil yang sengaja dialirkan oleh ibu dan kakaknya agar terhindar dari pembantaian bayi oleh para penjaga. Bayi ini yang nantinya akan mendapat gelar Nabi yang membawa penerang dari kegelapan dan kezaliman Fir’aun.

Kebahagiaan terpancar dari Asiyah, namun Fir’aun merasa cemburu dan merasa terkalahkan karena bayi mungil itu berhasil mengalihkan perhatian Asiyah darinya. Beberapa kali diadakan pertemuan untuk membunuh bayi itu, namun atas izin Allah SWT, bayi kecil selamat dari kematian.

Asiyah terus menerus menyaksikan kezaliman, waktu terus berjalan dan terjadilah hal yang sangat memilukan. Di mana Asiyah dihukum karena tidak mendengar larangan Fir’aun untuk tidak mengikuti ajaran yang dibawa oleh bayi mungil Nil, yang sudah Allah SWT nobatkan sebagai seorang Nabi. Asiyah dihukum dengan cara yang sangat tidak manusiawi dan sangat sadis bahkan terlampau keji, tetapi Asiyah selalu percaya akan kebahagiaan yang akan Allah berikan kelak.

Baca Juga: Review Novel Ganjil Genap: Perjalanan Gala Mencari Cinta

Baca Juga: Review Novel Hujan, Novel Science Fiction Best Seller Yang Tak Terlupakan

Review Saya Untuk Novel Asiyah: Sang Mawar Gurun Fir’aun:

“Ya Allah,” ucapnya. “Berikanlah sebuah rumah yang hangat bagiku di sisi-Mu ….”

Ya Allah, sebelum melanjutkan mari kita bernapas terlebih dahulu.

Sungguh perjuangan yang penuh keteladanan, kesabarannya, ketangguhannya, iman beliau yang begitu kuat, dan bagaimana beliau menghormati suaminya yang begitu kejam bahkan keji, sungguh luar biasa.

Oh, hampir lupa, novel ini masih termasuk dalam novel Serial 4 Wanita Penghuni Surga dari penulis Sibel Eraslan. Penulis benar-benar menuturkan kisah ini dengan sangat lengkap dan penuh makna.

Saya butuh keberanian yang sangat kuat untuk membaca buku ini, saya sungguh acungkan jempol bagi semua penerjemah yang membantu banyak orang memahami isi dari buku ini (Terima kasih kepada Ahmad Saefudin, Hyunisa Rahmanadia, Erwin Putra, sungguh terima kasih banyak).

Hal pertama yang saya rasakan setelah membaca buku ini adalah marah, sedih, dan siap untuk menikam Fir’aun saat itu juga. Memang sedikit sadis keinginan saya ini, lantas mau bagaimana lagi?

Kisah yang disuguhkan dalam novel ini benar-benar kisah yang dialami langsung oleh Asiyah, dan betapa saya tidak bisa membayangkan bila kejadian memilukan itu disaksikan secara langsung. Betapa keji dan sadis perbuatan yang dilakukan oleh Fir’aun pada masa itu, hanya membayangkannya saja melalui imajinasi saya, sakitnya luar biasa. Setiap kekejian itu berlangsung, saya menahan napas, dan terus meremas selimut saya, saking sedih, marah dan kesal pada Fir’aun.

Sungguh sangat menyayat hati saya membaca bagian itu, sungguh kejam yang dilakukan Fir’aun. Saya tidak berada di sana pada masa itu, namun perasaan saya sangat sakit membaca kisah Asiyah, betapa pedih hidup yang dijalani Asiyah. Bagaimana perjuangan mempertahankan kebenaran bersama Nabi Musa, dan hanya mempercayai Tuhan yang satu yaitu Allah SWT.

Dengan semua gambaran yang diberikan Sibel Eraslan, saya tidak bisa menerima dengan perlakuan Fir’aun terhadap pembantaian-pembantaian itu. Namun kisah Asiyah mengajarkan kita untuk selalu percaya pada janji Allah yang menjanjikan kehidupan akhirat akan jauh lebih bahagia dibandingkan kehidupan di dunia.

Yang paling membuat susah tenang dan tidak percaya adalah bagaimana Asiyah berpulang ke rumah-Nya, itu merupakan cara paling keji dan saya tidak sanggup mengucapkan seperti apa Asiyah dibantai.

Tapi Asiyah tetap percaya pada Allah SWT, bahkan di saat-saat terakhirnya Asiyah selalu berdoa dan memohon kepada Sang Khalik untuk ketenangan hidupnya kelak. Allahu Akbar!

Ketika kalian berkesempatan membaca novel ini, saya peringatkan untuk siap mental, dan lapang dada, karena mungkin kisah ini juga tidak hanya dialami Asiyah, di masa sekarang pun, saya lihat ada yang lebih kejam dari Fir’aun.

Novel ini juga mengandung kekerasan dan kekejaman, siapkan juga doa terbaik yang kalian ingin panjatkan kepada Allah SWT, kepada Tuhan kita semua. Percayalah Allah tidak akan meninggalkan kita sendirian, meskipun kita dalam keadaan terpuruk sekalipun. Percayalah akan keajaiban yang tengah Allah SWT persiapkan untuk kita di kemudian hari, percayalah rencana-Nya lebih indah dari semua rencana yang telah kita usahakan.

Akhir kata, bahwa akan sangat bagus bagi kita membaca novel yang penuh keteladanan ini, apalagi bagi kaum perempuan. Namun akan sangat bagus apabila kita juga menjadi teladan yang baik bagi manusia lainnya, di saat dunia kini dilanda kekurangan teladan yang baik.

Itu saja review novel kali ini, semoga kita tetap tabah dalam menghadapi setiap masalah, tetap percaya, dan tetap bertahan. Kisah-kisah seperti ini sayang jika dilewatkan, namun tolong ambil kebaikan dari setiap kisah, tinggalkan semua keburukan yang terpaksa harus diceritakan di novel-novel seperti ini.

Terima kasih atas perhatiannya, sekali lagi tetap kuat teman-teman, dan selamat menjalankan ibadah puasa.

Semangat!

Baca Juga: Review Novel Khadijah: Ketika Rahasia Mim Tersingkap, Novel Kisah Hidup Wanita Penghuni Surga

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button