Pendidikan Dalam Bingkai Prestasi


Pendidikan dalam bingkai prestasi

Pendidikan sebagai pilar bangsa. Kalimat ini bukanlah berlebihan, namun menjadi sebuah pernyataan yang wajib untuk dikaji lebih lanjut. Bangsa bermartabat bisa dilihat dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul. Pendidikan adalah wadah untuk menuntun anak sesuai kodrat dirinya dalam upaya menjadi SDM unggul. Negara yang memiliki SDM unggul akan selalu siap dalam menghadapi transformasi global.

Era industri 4.0 mengubah paradigma pendidikan. Pendidikan 4.0 menuntut guru dan peserta didik untuk siap dalam transformasi teknologi. Peserta didik dituntut untuk menguasai kompetensi kecakapan hidup abad 21 yang meliputi kreativitas, kolaborasi, berpikir kritis, dan komunikasi, dan pencapaian karakter yang tergambar melalui profil pelajar Pancasila, yang meliputi beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, mandiri, kreatif, bernalar kritis, berkebhinekaan global, serta bergotong royong.

Disrupsi dalam teknologi informasi berpengaruh pada pergeseran karakter pemuda Indonesia. Tak sedikit nilai-nilai Pancasila yang menjadi falsafah hidup bangsa Indonesia tidak ditemukan lagi pada pelajar Indonesia. Guru berperan aktif dalam pendidikan untuk membentuk karakter anak bangsa yang berpedoman pada Pancasila. Disinilah maksud dan tujuan dari penanaman Profil Pelajar Pancasila pada pendidikan Indonesia.

Beda zaman, beda karakter peserta didik. Zaman dulu, guru menjadi model utama bagi peserta didik. Saat ini, guru bukanlah satu-satunya model yang dianut peserta didik. Lambat laun teknologi akan menggeser posisi guru. Kemampuan guru ditantang, menjadi kompetitor teknologi atau partner? Posisi mengajarkan ada kemungkinan bisa tergantikan oleh teknologi, namun untuk posisi mendidik, tak akan pernah tergantikan oleh teknologi. Bagaimanapun juga, guru harus tetap bisa memposisikan dirinya sebagai seorang pendidik.

Generasi Z adalah generasi yang menguasai teknologi, ambisius, percaya diri, mandiri, dan bebas. Guru yang hanya memosisikan dirinya pada posisi nyaman, tidak akan mampu menghadapi generasi Z. Sudah sepatutnya apabila guru harus mampu mewadahi kreativitas generasi Z. Salah treatment pada generasi Z maka akan berdampak pada moral dan karakternya. Disinilah pentingnya pembentukan pemuda berprestasi dalam sekolah sang juara. Bagaimana implementasi gagasan ini?

Saat ini adalah eranya pemuda dari generasi Z, yaitu mereka yang lahir dalam kurun waktu 1995 – 2010. Generasi Z adalah generasi internet, mereka mahir teknologi. Generasi Z menyukai komunikasi di dunia maya. Mereka eksplorasi dunia tanpa batas ruang dan waktu. Mereka cenderung percaya diri, kreatif, dan butuh pengakuan. Karakter generasi Z ini bisa menjadi peluang untuk menuntun mereka menjadi SDM unggul.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, bapak Nadiem Makarim, mengeluarkan kebijakan baru dalam dunia pendidikan yang dikonsep dalam “Merdeka Belajar”. Merdeka Belajar memberikan kebebasan belajar kepada guru dan peserta didik. Hal terpenting dalam kebijakan Merdeka Belajar adalah menggali potensi guru dan peserta didik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Guru bebas berinovasi dalam pembelajaran untuk mencetak peserta didik yang kreatif, inovatif, mandiri, dan berdaya saing global.

Prestasi tidak bisa lepas dari yang namanya proses belajar. Guru memiliki peran penting dalam melejitkan prestasi peserta didik. Prestasi dimaknai sebagai hasil dari sebuah usaha. Prestasi tidak terbatas pada juara kelas atau pun pemenang dari suatu perlombaan. Kemampuan dalam menginovasi atau mencipta produk adalah bagian dari prestasi. Peserta didik yang berprestasi memiliki karakter kreatif, inisiatif, tanggung jawab, dan pantang putus asa. Mereka menyadari bahwa dalam meraih prestasi butuh suatu perjuangan dan pengorbanan.

Peserta didik berprestasi tidak mungkin dibentuk oleh seorang guru yang biasa-biasa saja. Guru kreatif, inovatif, dan inspiratif yang mampu mencetak pemuda prestasi. Pemuda prestasi yang sejati mampu mencerminkan kecakapan hidup abad 21 dan profil pelajar Pancasila. Pemuda prestasi adalah mereka yang menjadi pemenang, yang sudah mengalahkan rasa malas, takut, minder, dan sikap santai. Mereka ini beriman, menghargai orang lain, tidak sombong, berdaya saing global, dan tidak terbuai dengan gemuruh tepuk tangan.

Pendidikan dan prestasi adalah dua kata yang tidak bisa dipisahkan. Prestasi adalah produk dari suatu pendidikan. Bisa dikatakan apabila pendidikan belum menghasilkan prestasi artinya belum menghasilkan produk. Institusi pendidikan sebagai tempat mereka yang berprestasi adalah sekolah juara. Sekolah juara mengedepankan proses pencapaian prestasi dari pada deretan angka sebagai penentu prestasi.

Betapa berartinya sebuah prestasi bagi institusi pendidikan. Lihat saja, penerimaan peserta didik atau mahasiswa baru, terdapat jalur prestasi. Hal ini tentunya diawali dengan predikat institusi pendidikan tersebut sebagai sekolah juara. Mustahil apabila sekolah membuka jalur prestasi namun di dalamnya tidak terdapat pembinaan prestasi. Hal ini sama juga seperti menjual kebohongan yang dikemas dalam pendidikan.

Sekolah yang tidak mengedepankan prestasi artinya tidak peduli dengan masa depan peserta didiknya. Membangun prestasi peserta didik artinya membangun jalan menuju masa depannya. Prestasi bisa dijadikan tiket masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun ke dunia kerja. Namun, tidak banyak sekolah yang memiliki program seperti ini, mayoritas hanya menyiapkan peserta didiknya sampai ujian akhir dan lulus. 

Membentuk peserta didik berprestasi tidaklah mudah, dibutuhkan guru-guru yang inspiratif dan ikhlas. Langkah awal dalam membangun prestasi peserta didik adalah memotivasi. Guru tidak boleh memiliki nyali ciut dalam membangun motivasi. Prestasi sudah sepantasnya diiringi dengan apresiasi. Sekecil apa pun prestasi peserta didik, wajib diapresiasi. Apresiasi akan semakin mengobarkan semangat peserta didik untuk terus berprestasi.

Selain motivasi, perlu ditanamkan mengenai kejujuran. Kejujuran bisa dimulai dari kegiatan pembelajaran saat ujian. Guru wajib menghargai usaha peserta didik. Hal ini akan membuat peserta didik lebih percaya diri. Guru juga wajib memberikan penegasan bahwa tetap lebih baik hasil dari usaha sendiri dari pada harus meniru orang lain hanya untuk mengejar sebuah predikat. Mental jujur akan membentuk budaya menghargai diri sendiri dan orang lain.

Konsep prestasi dalam sekolah juara akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran untuk kemajuan pendidikan Indonesia. Terwujudnya peserta didik berprestasi yang berkarakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila akan mewujudkan kesuksesan Tujuan Pendidikan Nasional. Dengan demikian akan terbentuk peserta didik prestasi yang berkarakter untuk menjadi SDM unggul yang mampu menjawab tantangan global di era 4.0.

Baca Juga: Kenali Kepribadianmu Melalui Tes MBTI

 

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.


One Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *