Dalam sejarah pendidikan Indonesia, tercatat kurikulum mengalami beberapa kali pergantian mulai dari Kurikulum 1947 (Rentjana Pelajaran 1947), Kurikulum 1952 (Rentjana Pelajaran Terurai 1952), Kurikulum 1964 (Rentjana Pendidikan 1964), Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, Kurikulum 2013 (K-13), yang paling terakhir sampai dengan saat ini adalah Kurikulum merdeka.
Tujuan pergantian kurikulum dari yang lama ke kurikulum yang baru semuanya dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas pendidikan dan juga mengikuti perubahan zaman.
Pada setiap kurikulum yang baru, tentu ditemukan istilah-istilah yang baru, sama halnya dengan yang ada pada kurikulum merdeka yaitu Pembelajaran Berdiferensiasi. Lalu, muncul pertanyaan apa itu konsep pembelajaran berdiferensiasi? dan bagaimana implementasi konsep pembelajaran berdiferensiasi dalam kurikulum merdeka?
Pengertian pembelajaran berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan pengajaran yang dirancang untuk mengakomodasi perbedaan individual dalam kelas, termasuk perbedaan dalam minat, tingkat kemampuan, gaya belajar, dan kebutuhan siswa. Pendekatan ini mengakui bahwa setiap siswa adalah individu yang unik, dan oleh karena itu, mereka dapat merespons dengan lebih baik terhadap pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat pemahaman mereka.
Baca Juga:
Bentuk pembelajaran berdiferensiasi di kelas mencakup tiga jenis, yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Apa perbedaan dari ketiga jenis tersebut? berikut penjelasan di bawah ini.
Diferensiasi konten yaitu berkaitan dengan konten materi yang diajarkan kepada siswa dan juga berkaitan dengan gaya belajar siswa yaitu (visual, auditori, kinestetik) atau kombinasi ketiga gaya tersebut. Untuk dapat mengetahui gaya belajar siswa, maka dalam kurikulum merdeka, ditekankan agar guru dapat melakukan asesmen awal sebelum materi diajarkan.
Diferensiasi proses yaitu menggunakan berbagai metode pengajaran dan pendekatan pembelajaran, seperti diskusi kelompok, proyek-proyek individu, eksperimen, atau penugasan praktis, untuk mengakomodasi gaya belajar berbeda.
Diferensiasi produk berkaitan dengan perbedaan produk tagihan kepada masing-masing siswa. Pada proses pembelajaran diferensiasi produk, siswa dapat mengekspresikan produk melalui presentasi lisan, tulisan, proyek seni, proyek multimedia yang sesuai dengan minat dan bakat siswa itu sendiri. Pada intinya siswa bebas merdeka untuk memilih, produk apa yang akan dilakukan.
Pada intinya bahwa tujuan dari pembelajaran berdiferensiasi yaitu memastikan bahwa semua siswa dengan gaya belajarnya masing-masing terakomodir dalam proses pembelajaran sehingga siswa termotivasi dan bergairah untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas dengan nyaman dan siswa juga merasa bahwa dirinya dihargai.
Indikator keberhasilan konsep pembelajaran berdiferensiasi
Indikator keberhasilan pembelajaran berdiferensiasi dapat bervariasi tergantung pada konteks kelas dan tujuan pembelajaran. Beberapa indikator keberhasilan konsep pembelajaran berdiferensiasi yaitu diantaranya siswa merasa nyaman dalam belajar, adanya peningkatan keterampilan baik segi hard skill atau soft skill, adanya kesuksesan belajar dari seorang murid yaitu murid mampu merefleksikan diri kemampuannya dimulai dari titik awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran. peningkatan pemahaman siswa, peningkatan motivasi, kolaborasi dan komunikasi, peningkatan keterampilan berpikir siswa, peningkatan keterampilan sosial dan emosional dan masih banyak lagi.
Baca Juga:
Implementasi konsep pembelajaran berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Implementasi dari konsep pembelajaran berdiferensiasi dalam kurikulum merdeka memerlukan persiapan-persiapan yang baik. Langkah-langkah persiapan yang perlu dilakukan agar pembelajaran berdiferensiasi dapat berjalan efektiff antara lain: (1) menentukan tujuan pembelajaran; (2) memetakan kebutuhan belajar murid (kesiapan belajar, minat, profil belajar; (3) menentukan strategi dan alat penilaian yang akan digunakan; dan (4) menentukan kegiatan pembelajaran berdiferensiasi yang akan dijalankan (konten, proses, produk).
Salah satu perbedaan mendasar dari kurikulum merdeka yaitu pada proses pembelajaran yang menekankan pada pengakomodiran seluruh gaya belajar siswa, mulai dari visual, auditori dan kinestetik. Hal ini bertujuan agar seluruh siswa mendapatkan haknya yang sama dan proses pembelajaran tentu jauh lebih berharga bagi siswa.
Hambatan utama dalam implementasi kurikulum merdeka belajar, khususnya dengan menggunakan konsep pembelajaran berdeferensiasi adalah kurangnya pemahaman sebagaian besar guru dalam mendesain dan melasakanakan pembelajaran berdeferensiasi. Guru belum mengetahui bagaimana mengelola kelas dengan berbagai tipe karakteristik siswa baik karena memiliki tingkat kesiapan belajar, minat, bakat, maupun gaya dan kebutuhan belajar yang berbeda-beda.
Tingkat heterogenitas tersebut tentu saja membutuhkan layanan pengajaran yang fleksibel, variatif dan inovatif dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik sehingga mereka dapat memahami kompetensi dan materi pembelajaran dan berkembang secara optimal.
Seorang guru harus memahami bahwa setiap murid memiliki kodrat keadaan yang berbeda-beda. Tugas guru adalah menuntun mereka agar mendapatkan kesuksesan hidup sesuai dengan bakat, minat, potensi, dan prestasi yang dimilikinya. Dalam hal ini, mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi berarti telah menuntun murid mengembangkan kemandirian murid dalam mengembangakan dirinya.
Diharapkan dari implementasi konsep pembelajaran berdiferensiasi ini, murid akan mampu bertanggung jawab terhadap proses dan hasil yang mereka peroleh, juga memiliki perilaku yang baik, sehingga akan diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Baca Juga: Sering Berganti, Inilah 5 Dampak Perubahan Kurikulum di Indonesia
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.