Suatu ketika ada seorang nelayan yang berhasil memanen sejumlah kepiting dari hasil tangkapan laut, lalu mengutipnya ke dalam sebuah ember tinggi. Kepiting-kepiting itu tampak masih hidup, segar, dan bertumpuk-tumpuk sehingga hampir menyentuh batas mulut embernya.
Nah, dari sini ada yang sudah bisa menebak apa yang terjadi?
Apakah si nelayan terkena crab mentality karena menangkap kepiting-kepiting itu?
Tunggu dulu! Bukan itu jawabannya.
Selanjutnya, kepiting-kepiting tampak masih bergerak-gerak, baik dari tumpukan yang paling bawah hingga yang paling atas. Sampai tiba saatnya, seekor kepiting berhasil mengaitkan satu tangan bercapitnya di pinggiran mulut ember. Sejengkal lagi dia akan menyambut kebebasan dan kabur dari perkumpulan lainnya.
Namun naas, beberapa kepiting di bawahnya tak akan merelakan keberhasilan si kepiting tadi dan terus berupaya menariknya kembali ke dalam ember, bahkan bisa membuatnya sebagai pijakan bagi kepiting lainnya untuk melakukan hal yang serupa. Dan kondisi tarik-menarik itu akan terjadi terus terhadap kepiting mana saja yang berniat kabur dari dalam ember.
Cerita pun selesai.
Baca Juga:
Crab mentality dari sudut pandang manusia
Bagaimana kamu melihatnya dari sudut pandang seorang manusia yang memiliki akal dan perasaan? Pastilah rasa kesal, jengkel, marah, sebal, dan terkhianati menggandrungi batin jika kamu menjadi salah satu kepiting yang dengan susah payah memakai cara dan usahamu sendiri, tapi digagalkan karena hanya rasa tak mau kalah atau kedengkian dari pihak-pihak yang lain.
Analogi dari cerita kepiting di atas sebelumnya ialah sebuah gambaran jelas dari penamaan ‘crab mentality’ yang dapat terjadi juga di kalangan manusia.
Seseorang yang memiliki mental kepiting akan berusaha untuk menarik orang lain yang kinerjanya lebih baik dari dirinya sampai benar-benar orang yang ditariknya itu sederajat kembali dengan posisinya, atau setidak-tidaknya cukup puas dengan usahanya membuat orang lain gagal mencapai kesuksesan.
Contoh mental kepiting pada kehidupan nyata seperti di dalam lingkungan pekerjaan, yaitu seorang pegawai yang akan mendapat penghargaan atau promosi jabatan atas prestasi dan kinerja terbaiknya, namun rekan sesama profesi yang lain berusaha menghalangi proses itu dengan memanipulasi atau mengakalinya agar bisa teranulir pada akhirnya.
Baca Juga:
Kenapa ada manusia mengidap crab mentality
Mereka yang mengidap mental kepiting ini kerap terjebak oleh pemikirannya sendiri sehingga mengharuskan dirinya untuk lebih unggul daripada orang lain, merasa kurang, memiliki kepercayaan diri rendah, egois, suka merendahkan, sulit menghargai pencapaian orang, berkompetisi di dalam suasana yang negatif, dan terus membandingkan-bandingkan diri dengan orang yang lebih berkompeten dari dirinya sendiri.
Jika kamu merasa sebagai pelaku atau pengidap mental kepiting, ada baiknya kamu harus berubah dengan sering-sering melakukan refleksi atau evaluasi diri, membasmi kedengkian yang menggerogoti hati dengan menjadikan kesuksesan orang lain sebagai motivasi dan inspirasimu ke depan, menyadari bahwa setiap orang punya kelebihan dan keunikan masing-masing sehingga kamu juga bisa menemukannya pada diri sendiri tanpa menjatuhkan siapa pun, menumbuhkan hati yang damai dengan rasa bersyukur, alihkan pikiran ke hal-hal yang positif di saat menemukan kegagalan sehingga akan fokus pada perbaikannya, tetap rajin kembangkan potensimu sehingga memiliki nilai unik tersendiri, percaya pada kemampuan dan anugerah bakatmu sendiri, serta berkumpul dengan kelompok yang memiliki aura positif dan sportif.
Nah, bagi kamu yang merasa korban dari crab mentality, sebaiknya kamu memang harus berlapang dada untuk memaafkan si pelaku sehingga menjadi contoh teladan dengan kemurnian hati yang bersih, terus menambahkan nilai-nilai positif di dalam hidupmu, tidak usah mendengarkan nada-nada miring dari siapa pun yang akan menjatuhkan dirimu, serta tetap optimis dan fokus pada tujuan-tujuanmu.
Jangan pernah bangga memelihara sifat crab mentality, apalagi memakluminya sebagai karakter yang sudah mendarah daging semenjak kamu dilahirkan sehingga pada akhirnya akan menormalkan semuanya.
Ubah prinsip motivasi dalam diri dari yang ‘aku itu tidak bisa, dan temanku harus sama sepertiku’ menjadi ‘suatu saat aku bisa mendapatkannya dengan hasil kerja kerasku sendiri’.
Percayalah, setiap manusia memiliki masanya meraih kejayaan selama dia percaya akan hal itu dan terus mau mengusahakannya.
Baca Juga: 4 Jenis Kepribadian Introvert Ini, Nomor 3 Sering Disangka Ekstrovert!
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.