Bisa Chaos, 5 Alasan Kenapa Negara Tidak Mencetak Uang Sebanyak Mungkin Untuk Mengentaskan Kemiskinan

Pernahkah kamu berfikir, banyak penduduk miskin di Indonesia, kenapa negara tidak mencetak uang sebanyak banyaknya lalu dibagikan kepada orang yang tidak mampu? Selesaikan masalahnya?
Dalam menerbitkan atau mencetak uang, terdapat dua macam sistem, yang disebut “pseudo gold” dan “uang fiat”. Dalam sistem pseudo gold, uang yang dicetak dan beredar didukung dengan cadangan emas atau perak yang dimiliki badan yang menerbitkannya.
Sedangkan dalam sistem uang fiat, uang yang beredar tidak didukung aset yang riil, bahkan tidak didukung apa-apa. Artinya, dalam sistem fiat, pemerintah atau badan yang menerbitkan uang bisa mencetak uang sebanyak apa pun sesuai keinginan.
Nah, Apa yang terjadi jika negara mencetak uang sebanyak-banyaknya? Untung atau buntung. Berikut alasan kenapa negara tidak mencetak uang sebanyak mungkin untuk kesejahteraan rakyatnya dan membayar hutang.
1. Mencegah Inflasi
Dalam ekonomi, kita tahu, harga barang akan tergantung pada perbandingan jumlah uang dan jumlah persediaan barang. Jika barang lebih banyak dari jumlah uang yang beredar, maka harga akan cenderung turun. Sebaliknya, jika jumlah barang lebih sedikit dibanding jumlah uang yang beredar, maka harga-harga akan cenderung naik. Karena itulah, pencetakan uang secara tak langsung juga ditentukan oleh hal tersebut, agar tidak terjadi inflasi.
Baca Juga:
2. Nilai mata uang akan turun
Apabila suatu negara miskin, mencetak uang sebanyak-banyaknya, yang terjadi bukan negara itu menjadi kaya, tetapi justru akan semakin miskin. Karena, ketika jumlah uang yang beredar semakin banyak, harga-harga barang akan melambung tinggi, dan inflasi terjadi. Akibatnya, meski uang dicetak terus-menerus, uang itu tidak bisa disebut kekayaan, karena nilainya terus merosot turun.
3. Utang negara akan membengkak
Jika uang yang dicetak tidak ditopang oleh komoditas (barang atau produk yang bisa diperdagangkan), maka aset yang dimiliki oleh pemerintah justru tidak bertambah.
Dengan demikian, pemerintah tidak memiliki apa pun yang bisa digunakan untuk membayar utang negara. Apabila hal tersebut terus berlanjut, utang negara bisa semakin membengkak.
4. Menghambat pertumbuhan ekonomi negara
Inflasi dan penurunan nilai uang akibat peredaran uang yang terlalu banyak bisa berdampak pada kondisi ekonomi suatu negara secara keseluruhan.
Sebab, hal tersebut bisa menurunkan tingkat transaksi dan aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat. Imbasnya, pertumbuhan ekonomi negara tersebut menjadi terhambat.
Baca Juga:
5. Kehilangan Kepercayaan investor
Jika masyarakat atau investor kehilangan kepercayaan pada nilai uang karena kebijakan pencetakan uang yang tidak terkendali, ini bisa menyebabkan masalah serius, seperti penurunan nilai tukar mata uang dan ketidakstabilan pasar. Kepercayaan pada mata uang sangat penting untuk kestabilan ekonomi.
Itulah beberapa alasan kenapa negara tidak mencetak uang sebanyak mungkin. Dahulu Indonesia juga pernah melakukan pencetakan uang dalam jumlah banyak, pada masa kepresidenan Soekarno. Karena pemerintah belum bisa maksimal memungut pajak dari rakyat waktu itu, Soekarno pun mengambil kebijakan untuk mencetak uang secara berlebih.
Hasilnya tentu inflasi. Semakin banyak uang dicetak, harga barang semakin tinggi, dan terjadi hiperinflasi. Akhirnya, kita tahu, adalah demonstrasi yang terkenal dengan sebutan Tritura (tiga tuntutan rakyat), yang salah satunya permintaan agar harga-harga diturunkan.
Baca Juga: 50 Istilah Dalam Pengelolaan Keuangan Negara, Kenali dan Pahami
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.