Ketika Rakyat Bersuara, 7 Aksi Demo Terbesar Dalam Sejarah Indonesia

Sejarah Indonesia tak terlepas dari gelombang demonstrasi besar yang menjadi penanda perubahan dan perlawanan rakyat terhadap kebijakan atau rezim yang berkuasa. Aksi-aksi massa ini menjadi cerminan dari semangat perlawanan rakyat terhadap ketidakadilan, otoritarianisme, dan kebijakan yang dianggap merugikan.
Dari sekian banyak demonstrasi yang pernah terjadi, ada tujuh aksi yang dianggap terbesar dan paling berdampak signifikan terhadap perjalanan bangsa.
Berikut adalah beberapa aksi demo terbesar yang pernah terjadi di Indonesia, yang masing-masing memiliki dampak signifikan terhadap sejarah perjalanan bangsa.
1. Demonstrasi Tritura tahun 1966
Demonstrasi besar pertama di Indonesia terjadi pada tahun 1966, dikenal sebagai demonstrasi Tritura dengan puncaknya berlangsung pada tanggal 12 Januari 1966.
Saat itu, ribuan mahasiswa berkumpul untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap situasi negara yang kala itu dianggap mengkhawatirkan. Aksi ini sering dikaitkan dengan dampak dari tragedi G30S/PKI (Gerakan 30 September 1965).
Berbagai organisasi terlibat dalam gerakan Tritura, termasuk Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI), Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), dan lainnya.
Dalam demonstrasi ini, mahasiswa menuntut tiga hal utama, yaitu pembubaran PKI dan organisasi-organisasi terkait, perombakan Kabinet Dwikora, serta penurunan harga pangan.
Meskipun tuntutan ini tidak terwujud sepenuhnya, dampaknya cukup signifikan, berujung pada turunnya Presiden Soekarno dan memicu gelombang demonstrasi besar kedua pada 24 Februari 1966.
Baca Juga:
2. Aksi Reformasi tahun 1998
Tidak ada demonstrasi yang lebih ikonik dan mengubah sejarah Indonesia selain gerakan reformasi pada tahun 1998. Ratusan ribu mahasiswa dan rakyat dari berbagai penjuru tanah air membanjiri Jakarta, dengan puncaknya mengepung Gedung DPR.
Pemicunya adalah krisis moneter 1997–1998 yang membuat nilai tukar rupiah anjlok, inflasi melonjak, dan harga kebutuhan pokok meningkat drastis. Pada 12 Mei 1998, mahasiswa Universitas Trisakti menggelar aksi menuntut reformasi. Namun, bentrokan dengan aparat berujung tragedi yang menewaskan empat mahasiswa, yang kemudian dikenal sebagai Tragedi Trisakti.
Puncaknya, pada 21 Mei 1998, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya, menandai berakhirnya era Orde Baru dan dimulainya era reformasi yang penuh harapan.
3. Demonstrasi Tolak Kenaikan BBM tahun 2012
Pada tahun 2012, Indonesia juga mengalami demonstrasi besar-besaran yang menolak kenaikan harga BBM. Aksi ini berlangsung pada 30 Maret 2012 di Istana Negara.
Ribuan mahasiswa dari berbagai universitas berkumpul di Jakarta untuk menuntut pemerintah agar membatalkan rencana kenaikan harga BBM sebesar 44 persen dan mengalokasikan dana subsidi BBM untuk pembangunan infrastruktur.
Demonstrasi ini tidak hanya diikuti oleh mahasiswa, tetapi juga oleh ribuan buruh dari Cikarang yang pada saat itu turut serta mengepung Gedung DPR RI. Aksi ini menunjukkan solidaritas dan kebersamaan antara berbagai elemen masyarakat dalam menyuarakan keberatan mereka terhadap kebijakan pemerintah.
4. Aksi 212 tahun 2016
Pada 2 Desember 2016, jutaan umat Islam dari berbagai daerah berkumpul di Jakarta, sebagian besar memusatkan diri di sekitar Monas dan juga mendekati Gedung DPR. Aksi yang dikenal dengan nama “Aksi 212” ini menuntut penegakan hukum terhadap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok terkait kasus dugaan penistaan agama ketika memberikan pidato di wilayah Kepulauan Seribu.
Meskipun aksi ini berlangsung damai, jumlah peserta yang mencapai jutaan orang menjadikannya salah satu demonstrasi terbesar yang pernah ada di Indonesia, menunjukkan kekuatan massa berbasis isu agama dalam mempengaruhi politik nasional.
5. Demonstrasi Anti RKUHP tahun 2019
Pada September 2019, ribuan mahasiswa dan aktivis kembali mengepung Gedung DPR. Kali ini, mereka menolak Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) dan revisi UU KPK. Para mahasiswa menilai pasal-pasal dalam RKUHP berpotensi membatasi kebebasan berpendapat, sementara revisi UU KPK dianggap melemahkan lembaga antikorupsi. Aksi ini berlangsung selama beberapa hari dan disertai poster-poster kritis yang viral di media sosial.
Aksi demo menolak RKUHP menjadi salah satu aksi terbesar setelah era reformasi, mencerminkan keresahan generasi muda terhadap arah demokrasi dan pemberantasan korupsi di Indonesia.
6. Demonstrasi Penolakan Omnibus Law Cipta Kerja tahun 2020
Ketika pandemi COVID-19 sedang melanda, pemerintah mengesahkan UU Cipta Kerja yang dikenal sebagai “Omnibus Law”. Pada Agustus 2023, Aliansi Aksi Sejuta Buruh (AASB), yang terdiri dari berbagai organisasi buruh, akan mengadakan demonstrasi besar-besaran di gedung DPR dan sekitar Istana Negara, Jakarta.
Meskipun di tengah pembatasan sosial, aksi ini berlangsung selama beberapa hari, menunjukkan ketidakpuasan rakyat terhadap kebijakan yang dianggap tidak transparan dan tidak berpihak pada rakyat kecil.
Dalam salah satu aksi demo terbesar di Indonesia ini, para buruh akan menyampaikan sejumlah tuntutan penting.
Tuntutan-tuntutan tersebut meliputi pencabutan Undang-Undang Cipta Kerja, UU Kesehatan, UU Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK), serta mendorong terwujudnya Jaminan Sosial Semesta Sepanjang Hayat.
Baca Juga:
7. Demonstrasi bubarkan DPR tahun 2025
Yang terakhir adalah aksi demo besar untuk membubarkan DPR. Gelombang protes awal dipicu oleh keputusan kontroversial DPR yang menaikkan tunjangan dan fasilitas anggota dewan. Hal ini memicu kemarahan publik yang merasa bahwa para wakil rakyat tidak peka terhadap kesulitan ekonomi yang dialami masyarakat.
Kericuhan pecah saat aparat menahan sebagian massa, memicu bentrokan dan aksi anarkis yang meluas hingga ke jalur tol dan rel KRL. Stasiun Palmerah bahkan sempat ditutup akibat kerusuhan. Ditambah lagi, karena tewasnya driver ojol, Affan Kurniawan, yang terlindas kendaaraan taktis dari aparat polisi.
Kerusuhan dan penjarahan meluas tidak hanya di Jakarta, beberapa kota-kota lain juga terlihat hal yang sama. Demo ini menjadi salah satu aksi paling panas tahun 2025, memperlihatkan ketidakpuasan rakyat terhadap kinerja wakil mereka.
Meskipun tuntutan untuk membubarkan DPR tidak menjadi satu-satunya isu, hal itu merupakan bagian dari serangkaian tuntutan yang lebih besar yang menggerakkan massa.
Itulah beberapa aksi demo terbesar di Indonesia. Demonstrasi-demonstrasi besar ini adalah cerminan dari dinamika politik dan sosial di Indonesia. Mereka membuktikan bahwa ketika aspirasi rakyat tidak didengar, aksi massa menjadi alat yang ampuh untuk menuntut perubahan.
Baca Juga: 5 Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Sosial, Simbol Kegagalan Komunikasi dan Keadilan

















