LIngkungan

7 Faktor Utama Penyebab Polusi Udara di Jakarta

Jakarta merupakan ibu kota metropolitan dengan jumlah penduduk yang tinggi. Dengan tingginya aktivitas ekonomi di Jakarta, berdampak dalam berbagai hal. Salah satunya adalah dampak pencemaran lingkungan seperti polusi udara di Jakarta yang berbahaya bagi kesehatan penduduknya.

Dalam beberapa pekan terakhir, Jakarta telah beberapa kali menduduki peringkat pertama sebagai kota dengan polusi udara terburuk di dunia berdasarkan data IQAir. Masyarakat menjadi terbiasa dengan ancaman udara yang jauh dari ambang batas yang sudah ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO tersebut. Berbagai macam penyakit pun mengintai masyarakat tanpa pandang bulu.

Penyebab polusi udara di Jakarta saat ini sangat banyak. Berikut beberapa faktor utama penyebab polusi udara di Jakarta.

1. Polusi yang berasal dari limbah pabrik

Ilustrasi PLTU, salah satu faktor utama penyebab polusi udara di Jakarta (pixabay.com/bhumann34)

Faktor utama penyebab polusi udara di Jakarta yang pertama adalah limbah dari industri atau pabrik. Selain sebagai ibukota, Jakarta merupakan kota bisnis dan industri. Banyaknya industri dan pabrik di wilayah jakarta dan sekitarnya, membuat limbah/asap dari pabrik mengotori udara kota jakarta. 

Asap pabrik merupakan salah satu penyebab utama terjadinya pencemaran udara. Gas buang yang dihasilkan oleh pabrik memiliki kandungan yang berbahaya bagi lingkungan, terutama makhluk hidup. 

Dalam proses produksinya, industri pabrik akan menggunakan berbagai alat dalam jumlah yang besar sekaligus yang mengeluarkan asap dalam jumlah dan kuantitas yang besar pula. Asap tersebut kemudian dikeluarkan dan dapat menimbulkan pencemaran udara dan juga membahayakan lingkungan.

Pabrik yang menghasilkan asap akan memproduksi polutan seperti nitrogen oksida, sulfur dioksida, dan hidrokarbon. Bahan kimia ini bereaksi dengan sinar matahari untuk menghasilkan kabut asap, kabut tebal atau kabut polusi udara. Kabut asap yang begitu tebal mengakibatkan orang jarang bisa melihat matahari dan birunya langit. Kabut asap bisa berwarna coklat atau biru keabu-abuan, tergantung polutan yang ada di dalamnya.

Baca Juga:

2. Semakin berkurangnya ruang terbuka hijau di Jakarta

Ilustrasi taman kota (instagram.com/agung.saputrair)

Seiring berkembangnya wilayah perkotaan dimana pembangunan terus dilakukan, maka ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) semakin berkurang. Hal ini akan berdampak pada kondisi iklim mikro di perkotaan. Kondisi ini juga terjadi di Kota Jakarta. Ruang terbuka hijau, seperti taman, hutan, dan taman kota, memiliki peran penting dalam menjaga kualitas udara. Ketika ruang terbuka hijau semakin kecil, maka berbagai dampak negatif terhadap kualitas udara dapat terjadi.

Tanaman dan pepohonan di ruang terbuka hijau berperan sebagai penyerap CO2 selama proses fotosintesis. Ketika ruang terbuka hijau berkurang, jumlah CO2 dalam udara dapat meningkat, berkontribusi pada peningkatan efek rumah kaca dan perubahan iklim. Ruang terbuka hijau juga memiliki kemampuan untuk mengurangi suhu sekitar melalui efek penyejukan alami. 

Tanaman di ruang terbuka hijau membantu menyaring polutan udara seperti partikulat dan zat kimia berbahaya

3. Polusi yang berasal dari asap kendaraan

Ilustrasi kemacetan lalu lintas (pixabay.com/wal_172619)

Jakarta sebagai pusat atau kota bisnis terbesar di Indonesia. Jakarta juga merupakan surga bagi para pencari kerja di Indonesia. Dengan aktivitas bisnis yang luar biasa, membuat kondisi lalu lintas di Jakarta sangat padat.

Sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang diiringi dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor, mengakibatkan kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara di kota Jakarta juga semakin meningkat.

Kendaraan bermotor adalah penyumbang utama polusi udara di kota Jakarta. Banyaknya kendaraan yang ada di jalan raya, jenis bahan bakar yang digunakan, dan kondisi lalu lintas yang ramai dan macet menjadi salah satu penyebab polusi udara di Jakarta.

4. Polusi udara yang berasal dari kebakaran dan pembakaran

Ilustrasi kebakaran (pixabay.xom/12019)

Musim kemarau yang panjang, dapat berakibat naiknya suhu dan kekeringan di berbagai wilayah. Hal ini berakibat semakin banyak terjadi kasus-kasus kebakaran, baik itu perumahan, lahan, hutan, dan lain sebagainya. Asap hasil kebakaran mengandung karbondioksida yang dapat memicu pemanasan global dan polusi udara. Selain itu, gas karbondioksida tidak baik dihirup dalam jumlah yang banyak. 

Hal lain yang menyebabkan terjadinya polusi udara di Jakarta adalah limbah yang dihasilkan dari rumah tangga. Hal ini dikarenakan berbagai kegiatan rumah tangga seringkali menghasilkan sampah, seperti bekas kemasan plastik, kertas, dan juga sebagainya. Membakar sampah rumah tangga merupakan langkah yang efektif untuk mengurangi dan mengurai sampah yang ada, namun hasil pembakaran tersebut menyebabkan polusi udara. 

5. Polusi udara yang berasal dari pembangunan fisik

Ilustrasi pembangunan infrastruktur (pixabay.com/PublicDomainPictures)
Kegiatan konstruksi di perkotaan, termasuk penggunaan alat berat, seperti traktor dan penggali, serta debu dari pekerjaan konstruksi, dapat menghasilkan polusi udara. Banyaknya proyek-proyek pekerjaan pembangunan fisik di Jakarta saat ini, membuat semakin buruknya kualitas udara Jakarta.

Penggunaan mesin diesel, traktor, penggali, dan peralatan berat lainnya dalam pekerjaan konstruksi menghasilkan gas buang seperti karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), nitrogen oksida (NOx), dan partikulat halus (PM). Gas buang ini dapat mencemari udara di sekitarnya.

Begitu juga dengan berbagai aktivitas penggalian, penghancuran bangunan lama, dan proses pemindahan material dalam konstruksi sering menimbulkan debu-debu yang halus dan beterbangan. Debu ini mengandung berbagai zat berbahaya dan menjadi polusi udara.

6. Penggunaan sumber daya listrik yang berlebihan 

Ilustrasi penggunaan AC (pixabay.com/Sprinter_Lucio)

Faktor penyebab polusi udara di Jakarta yang terakhir adalah penggunaan listrik yang berlebihan. Salah satu bahan pembuatan listrik di Indonesia saat ini masih mengandalkan bahan bakar batu bara.  Beberapa PLTU di wilayah sekitar Jakarta menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya. Asap dan uap hasil pembakaran tersebut dilepas ke udara. Semakin banyaknya penggunaan listrik maka limbah batu bara yang dibuang ke udara akan semakin banyak yang menimbulkan polusi udara.

Penggunaan sumber daya listrik seperti AC, kulkas, dan lain sebagainya oleh masyarakat, juga bisa menimbulkan polusi udara. Hal tersebut dikarenakan alat seperti AC dan kulkas menggunakan gas CFC (salah satu gas rumah kaca) yang dapat merusak lapisan ozon bumi.

Dilansir dari American Chemical Society, ozon berfungi menyerap sebagian besar radiasi ultraviolet matahari dan mencegah radiasi berbahaya mencapai permukaan bumi. Sederhanya, lapisan ozon melindungi kehidupan di bumi dari radiasi matahari yang berbahaya. Makin banyak penggunaan AC maka makin banyak CFC yang dilepaskan ke udara. Ketika semakin banyak CFC di udara, makin rusak lapisan ozon, dan makin meningkat pula pemanasan di muka bumi.

Baca Juga:

7. Cuaca panas yang ekstrem

Ilustrasi kekeringan karena musim kemarau (pixabay.com/bernswaelz)

Cuaca panas saat musim kemarau dapat menyebabkan kabut (penampakan seperti kabut) yang paling sering ditemukan di daerah perkotaan. Kabut di sini bukanlah kabut terdiri dari tetesan air kecil. Kabut saat musim panas sebenarnya adalah ozon di permukaan tanah, atau bisa disebut dengan kabut asap. 

Dalam Journal of Applied Meteorology and Climatology, lapisan udara secara inversi yang berinteraksi dengan panas dan polutan di daerah perkotaan bisa menjadi polusi udara yang serius. Cuaca panas dan suhu tinggi bisa memberikan dampak negatif pada kualitas udara. Ketika suhu sedang tinggi, yang melebihi batas normal dan bertahan untuk waktu yang lama, gelombang panas yang dihasilkan dapat menyebabkan polusi udara.

Itulah beberapa faktor utama penyebab polusi udara di Jakarta. Sudah saatnya kita untuk ikut serta dan berpartisipasi untuk mencegah semakin parahnya kasus polusi udara di Jakarta saat ini.

Baca Juga: 5 Faktor Penyebab Masalah Polusi Udara yang Masih Belum Tertangani

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Fransisca Dewi

Doyan traveling, dan kuliner

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button