5 Universitas Islam Tertua di Dunia, Banyak Melahirkan Ilmuwan Muslim

Sejak berkembangnya agama Islam ke berbagai wilayah, jumlah umat Islam pun semakin banyak. Untuk meningkatkan pemahaman keagamaan umat, para khalifah yang memerintah dari berbagai kekhalifahan, seperti Abbasiyah, Fatimiyyah, Ottoman, dan Umayyah, untuk mendirikan berbagai lembaga pendidikan.
Selama masa kekhalifahan Islam itu, tercatat beberapa lembaga pendidikan Islam yang terus berkembang dari dulu hingga sekarang. Kendati beberapa di antaranya hanya tinggal kenangan.
Beberapa lembaga pendidikan tersebut, memiliki sistem dan kurikulum pendidikan yang sangat maju ketika itu. Dari beberapa lembaga itu, berhasil melahirkan tokoh-tokoh pemikir dan ilmuwan Muslim yang sangat disegani dunia. Misalnya, al-Ghazali, Ibnu Ruysd, Ibnu Sina, Ibn Khaldum, Al-Farabi, al-Khawarizmi, dan al-Ferdowsi.
Berikut ini profil beberapa kampus Universitas Islam tertua di dunia.
1. Al Qarawiyyin/Karaouin (859 M)
Al-Qarawiyyin yang didirikan di kota Fez-Maroko. Kampus yang dirintis dari halaqoh di Masjid al-Qarawiyyin ini didirikan pada masa kerajaan Murabithun. Pendirinya bernama Fatimah al-fihri pada 859 M.
Tahun 1998, Guinness Boilmuwanok of World Records menetapkan Universitas Al-Qarawiyyin sebagai kampus/ perguruan tinggi tertua dan pertama di dunia yang memberikan gelar akademis.
Universitas Al Qarawiyyin memiliki peran utama dalam memadukan dan menjalin hubungan antara budaya dan dunia akademis antara Islam dan Eropa pada abad pertengahan. Di antara mata pelajaran yang diajarkan di universitas Islam tertua di dunia ini, di samping Al Qur’an dan ilmu Fiqih (hukum Islam) yang menjadi pelajaran utama, adalah tata bahasa, retorika, logika, kedokteran, matematika, astronomi, kimia, sejarah, geografi dan musik.
Baca Juga:
2. Universitas Al Azhar (970 M)
Salah satu lembaga pendidikan tinggi yang dikenal modern adalah Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir. Lembaga ini menggunakan sistem pendidkan pada akhir ke-10 M oleh Jenderal Jauhar al-Sigli, seorang panglima perang dari Daulah Bani Fatimiyyah pada 972 M. Sebutan al-Azhar merujuk pada nama putri Rasulullah SAW, Fatimah az-Zahra.
Universitas ini terhubung dengan masjid al-Azhar. Masjid al-Azhar didirikan pada 969 M. Sementara itu, universitas ini baru mulai dibuka pada bulan Ramadhan atau Oktober 975 M, ketika Ketua Mahkamah Agung, Abdul Hasan Ali bin al-Nu’man, mulai mengajar yurisprudensi yang diambil dari buku Al-Iktishar.
3. Madrasah Nizamiyah
Institusi pendidikan Islam ideal lainnya yang lahir dari masa kejayaan Islam adalah Perguruan atau madrasah Nizamiyah. Madrasah ini terletak di kota Baghdad. Perguruan ini didirikan oleh Nizam al-Mulk, perdana menteri pada kesultanan Seljuk pada masa Malik Syah, pada tahun 1066/1067 M.
Madrasah Nizamiyah merupakan contoh awal dari perguruan tinggi yang menyediakan sarana belajar yang memadai bagi para penuntut ilmu. Madrasah Nizamiyah menerapkan sistem yang mendekati sistem pendidikan yang dikenal sekarang. Madrasah Nizamiyah merupakan perguruan pertama Islam yang menggunakan sistem sekolah. Artinya, dalam Madrasah Nizamiyah telah ditentukan waktu penerimaan siswa, kenaikan tingkat, dan juga ujian akhir kelulusan.
Selain itu, Madrasah Nizamiyah telah memiliki manajemen tersendiri dalam pengelolaan dana, punya fasilitas perpustakaan yang berisi lebih dari 6.000 judul buku laboratorium, dan beasiswa yang berprestasi.
Bidang yang diajarkan meliputi disiplin ilmu keagamaan (tafsir, hadis, fikih, kalam, dan lainnya) dan disiplin ilmu akliah (filsafat, logika, matematika, kedokteran, dan lainnya). Kurikulum Nizamiyah menjadi kurikulum rujukan bagi institusi pendidikan lainnya.
Keberadaan Madrasah Nizamiyah ini hanya bertahan hingga abad ke-14, sebelum Kota Baghdad dihancurkan oleh tentara Mongol di bawah pimpinan Ti mur Lenk pada tahun 1401 M.
4. Universitas Al-Mustansiriyah
Al-Mustansiriyah merupakan salah satu lembaga yang sangat penting di Irak. Nama universitas tertua yang berdiri di Kota Baghdad ini memang tak setenar Al-Azhar di Kairo, Mesir, atau Al-Qarawiyyin di Fez, Maroko. Meski begitu, perguruan tinggi yang dibangun Khalifah Al-Mustansir Billah (1226 M-1242 M) ini turut memainkan peranan penting dalam sejarah peradaban Islam.
Perguruan tinggi yang namanya masih tetap dijadikan universitas di era modern itu, tercatat sebagai universitas pertama yang secara konsisten mengajarkan ilmu Alquran, seni berpidato, serta matematika. Universitas al-Mustansiriyah pun mencatatkan dirinya sebagai perguruan tinggi perintis di Baghdad, yang mampu menyatukan pengajaran berbagai bidang ilmu dalam satu tempat.
Pada awalnya, madrasah-madrasah di Baghdad kerap mengajarkan ilmu tertentu secara khusus. Namun, Khalifah Al-Mustansir Billah menyatukan empat studi penting pada masa itu ke dalam satu perguruan tinggi. Keempat bidang studi itu, antara lain, ilmu Alquran, biografi Nabi Muhammad, ilmu kedokteran, serta matematika.
Kendati lembaga ini baru dibangun pada 1227 M dan diresmikan pada 1234 M, Universitas al-Mustansiriyah termasuk salah satu perguruan tinggi tertua dalam sejarah. Pamor dan popularitas universitas ini mampu membetot perhatian para pelajar dari seluruh dunia untuk menimba ilmu di Kota Baghdad. Para pelajar berbondong-bondong datang ke Mustansiriyah untuk mempelajari beragam ilmu pengetahuan.
Gedung universitas yang dibangun Khalifah Al-Mustansir ini juga dilengkapi dengan beragam fasilitas kebutuhan pelajar, seperti dapur, tempat shalat, kamar tidur, dan tempat mandi. Bangunan universitas ini juga sempat dipugar oleh Sultan Abdul Aziz–Khalifah Turki Usmani–ketika kerajaan Islam yang berpusat di Turki itu menguasai Baghdad.
Gedung dan bangunan Universitas Al-Mustansiriyah yang terletak di tepi kiri Sungai Tigris ini terkenal dengan keindahannya. Namun, kejayaannya tak berlangsung lama. Setelah Khalifah Al-Mustansir wafat dan digantikan Al-Mu’tasim (1242 M-1258 M), kekuasaan Dinasti Abbasiyah pun ambruk. Kemudian lembaga ini didirikan pada tahun 1963. Perguruan tinggi ini memiliki 10 fakultas, dua institut, dan empat pusat studi dan kajian, baik bidang agama maupun pengetahuan umum.
Baca Juga:
5. Universitas Sankore
Meski tak setenar Universitas Al-Azhar di Mesir dan Universitas Al-Qarawiyyin di Maroko, pada era kejayaan Islam Universitas Sankore yang terletak di Timbuktu, Mali, ini telah menjadi obor peradaban dari Afrika Barat. Laiknya magnet, perguruan tinggi yang berdiri pada 989 M itu mampu membetot minat para pelajar dari berbagai penjuru dunia Islam untuk menimba ilmu di universitas itu.
Pada abad ke-12 saja, jumlah mahasiswa yang menimba ilmu di Universitas Sankore mencapai 25 ribu orang. Dibandingkan Universitas New York di era modern sekalipun, jumlah mahasiswa asing yang belajar di Universitas Sankore pada sembilan abad yang lampau masih jauh lebih banyak. Padahal, jumlah penduduk Kota Timbuktu di masa itu hanya berjumlah 100 ribu jiwa.
Penulis asal Prancis, Felix Dubois dalam bukunya Timbuctoo the Mysterious, menyatakan Universitas Sankore telah menerapkan standar dan persyaratan yang tinggi bagi para calon mahasiswa dan alumninya. Tak heran jika universitas tersebut mampu menghasilkan para sarjana berkelas dunia.
Universitas Sankore diakui sebagai perguruan tinggi berkelas dunia. Karena, lulusannya mampu menghasilkan publikasi berupa buku dan kitab yang berkualitas. Buktinya, baru-baru ini di Timbuktu, Mali, ditemukan lebih dari satu juta risalah. Selain itu, di kawasan Afrika Barat juga ditemukan tak kurang dari 20 juta manuskrip.
Tingkat keilmuan para alumni Sankore juga diperhitungkan universitas lain di dunia Islam. ”Secara mengejutkan, banyak sarjana lulusan Universitas Sankore diakui sebagai guru besar di Maroko dan Mesir. Padahal, belum tentu kualitas keilmuan sarjana lulusan Al-Azhar dan Al-Qarawiyyin memenuhi standar di Sankore,” ungkap Felix Dubois.
Pada era kejayaan Islam di Timbuktu, banyak sarjana berkulit hitam terbukti lebih pandai dibandingkan sarjana asal Arab. Sejarawan terkemuka, Al-Hasan bin Muhammad Al-Wazzan atau Leo Africanus dalam bukunya, The Description of Africa (1526), mengungkapkan geliat keilmuan di Timbuktu pada abad ke-16 M. Kisah sukses dan keberhasilan perabadan Islam di benua hitam Afrika yang ditulis Leo, konon telah membuat masyarakat Eropa terbangun dari jeratan era kegelapan hingga mengalami Renaisans.
Universitas ini lalu menjadi sangat dikenal dan disegani sebagai pusat belajar terkemuka di dunia Islam pada masa kekuasaan Mansa Musa (1307 M-1332 M) dan Dinasti Askia (1493 M-1591 M). Pada masa itulah, Sankore menjadi tujuan para pelajar yang haus akan ilmu agama dan pengetahuan lainnya.
Selain itu, universitas ini juga dilengkapi dengan perpustakaan yang memuat sekitar 400 ribu hingga 700 ribu judul buku. Dengan fasilitas buku dan kitab yang lengkap itu, para mahasiswa akan belajar sesuai tingkatannya. Tingkat paling tinggi yang ditawarkan Universitas Sankore adalah ‘program superior’ (setara PhD), waktu kuliahnya selama 10 tahun.
Baca Juga: Mengenal Universitas Al Qarawiyyin di Maroko, Kampus Tertua di Dunia Yang Ada Sejak Abad ke-9