LifeParenting

5 Tips Sederhana Untuk Optimalisasi Perkembangan Otak Anak, Ayah Bunda Harus Tahu!

Setiap orang tua tentunya menginginkan tumbuh kembang anak yang cerdas, aktif, dan mampu memahami banyak hal dengan baik. Tahukah Anda, hal tersebut memiliki hubungan erat dengan tumbuh kembang otak pada anak, lho. Jadi, bukan hanya tumbuh kembang fisik saja yang perlu diperhatikan, akan tetapi optimalisasi tumbuh kembang kecerdasan.

Lalu, bagaimana cara mengoptimalkan tumbuh kembang kecerdasan pada otak buah hati kita? Di bawah ini redaksi telah mengumpulkan tips dari berbagai sumber, terkait bagaimana cara meningkatkan kecerdasan anak secara optimal. Tentunya hal ini membutuhkan kesabaran, ya. Sebagai orang tua, tidak boleh abai dalam mengawasi pertumbuhan sang anak.

Berikut adalah 5 tips sederhana untuk mengoptimalkan perkembangan otak anak. Yuk, langsung saja simak penjelasan tips di bawah ini.

1. Perbanyak bonding dengan anak

Apa yang disebut dengan istilah bonding dengan anak? Istilah bonding sendiri sudah cukup umum di telinga masyarakat, terutama di kalangan orangtua modern. Bonding, atau bonding time merupakan kegiatan khusus yang dilakukan oleh orang tua dalam menemani kegiatan anak-anak mereka. Baik saat bermain, belajar, dan melakukan banyak hal lainnya.

Intervensi orang tua dalam melakukan hal positif bersama anak akan membangun dan memperkuat ikatan emosional. Saat anak masih berusia 0 sampai 2 tahun, bonding time bisa dilakukan secara intens melalui air susu ibu (ASI). Ibu tidak perlu khawatir akan bentuk payudara yang berubah karena menyusui, justru hal tersebut akan memberikan dampak positif bagi Anda maupun anak.

Meski demikian, pada saat menyusui sangat tidak dianjurkan untuk bermain ponsel sebab, ia dapat memancarkan radiasi berbahaya pada tubuh si kecil. Ibu dapat melakukannya dengan menggendong penuh cinta, fokus dengan anak sampai selesai. Sementara itu, ayah dapat membersamai dengan bergantian mengurus sang anak.

Pada saat anak masih berada di dalam kandungan, ibu dan ayah dapat mengajak berbicara ringan, sebagai stimulus atau rangsangan pada bayi sejak awal.

Baca Juga:

2. Ajak anak bermain bersama orang tua

Dunia anak adalah permainan, sudah sewajarnya bila si buah hati ingin menghabiskan hari-harinya bersama ibu dan ayah untuk bermain-main. Dengan ditemani bermain, orang tua dapat menyelipkan edukasi-edukasi tentang berbagai hal, dan apa saja yang perlu dilakukan dan dijauhinya. Sebab, saat sudah mengenal teman, bisa saja anak mendapat pengaruh buruk.

Mengajak anak bermain dengan sabar dapat meningkatkan stimulus otak anak, syaratnya adalah orangtua harus memiliki kesabaran dalam menemani anak bermain. Banyak orang tua yang salah paham akan dunia permainan anaknya. Terkadang, mereka cukup menitipkan di penitipan anak yang penuh dengan permainan, atau membelikannya banyak mainan agar bermain sendiri.

Anak yang kurang mendapatkan waktu bermain dengan orang tua ibaratkan gelas kosong. Mereka akan mudah terpengaruh oleh hal-hal baru, yang bisa saja menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan anak. Anak yang kurang mendapatkan interaksi dengan orang tua, akan sulit berempati dengan sesamanya, atau ingin mencari perhatian dan pengakuan lain di luar sana.

3. Beri perintah yang tepat sasaran

Anak memiliki keingintahuan yang tinggi, termasuk saat mereka disuruh mengerjakan sesuatu. Namun, hal itu dapat membuat anak bingung bila perintah yang orangtua berikan tidak tepat sasaran. Saat memberikan instruksi, tidak perlu membuang-buang kata. Pakailah diksi dan kosakata yang jelas, mudah dipahami anak. Dengan begitu, anak akan terlatih untuk memahami.

Jika tidak cukup dengan perintah saja, orang tua hendaknya harus mengajarinya terlebih dahulu dengan mencontohkan atau melakukan secara bersama-sama. Anak akan senang apabila dirinya berhasil melakukan sesuatu. Jika anak Anda selesai mengerjakan sesuatu yang diperintahkan, sesekali berikanlah pujian atau hadiah, akan tetapi tidak perlu berlebihan.

Contohnya, pada saat mengenalkan anak tentang mainan barunya, seperti mobil-mobilan. Anak yang masih berumur di bawah 3 tahun, perlu dikenalkan terlebih dahulu, bagaimana caranya berjalan, bunyinya, dan apa namanya. Lakukanlah dengan sabar dan rajin, anak akan terus belajar dan cepat menangkap sesuatu yang ada di depannya.

4. Bacakan buku sebelum dan sesudah lahir

Ada sebuah penelitian yang mengungkapkan bahwa anak yang dibacakan buku-buku oleh orang tuanya sejak dalam kandungan, otaknya mampu berkembang lebih cepat dan lebih baik. Otak anak yang dibacakan buku sejak di dalam kandungan mampu bekerja lebih baik dibandingkan dengan anak yang di dalam kandungan tidak pernah diajak bicara sama sekali.

Jika suami tidak tahu apa yang harus dikatakan saat berada di hadapan perut istrinya yang sedang mengandung, ia dapat membacakan buku. Ambilah buku apa saja, asalkan buku tersebut memiliki manfaat dan tidak menggiring ke hal negatif. Tanpa Anda sadari, anak yang ada di dalam kandungan yang cukup matang akan merespon suara-suara dari luar.

Dengan membacakan buku, anak dapat menyerap banyak kosakata dengan baik. Jika membaca buku bersama anak menjadi sebuah kebiasaan, anak akan tumbuh dengan kecerdasan yang lebih baik. Sebab, saat ini sudah sangat banyak anak-anak kecil yang kecanduan bermain dengan ponsel, sehingga otak mereka sulit untuk digunakan berkonsentrasi.

Baca Juga:

5. Beri contoh nyata, jangan hanya menyuruh

Hal terakhir yang perlu dipahami oleh setiap orang tua adalah keteladanan. Tidak mungkin seseorang berharap anaknya akan tumbuh menjadi manusia yang rajin dan kreatif, sedangkan orang tuanya sendiri lebih suka bermalas-malasan tanpa melakukan sesuatu yang produktif di keseharian mereka. Paling tidak, orangtua harus memberikan contoh yang positif.

Hal tersebut bisa dimulai dari yang ringan-ringan seperti mengurus rumah dan belajar di waktu senggang. Saat berada di rumah, pastikan orang tua memberi contoh dengan mengajak anak merapikan tempat tidur, membangun kebiasaan disiplin, dan sebagainya. Sebisa mungkin jauhkan anak dari melihat pemandangan orang tuanya yang asyik bermain dengan gadget.

Terakhir sebagai penutup, orang tua tidak perlu terburu-buru dalam mengajari anak. Terutama pada saat anak berumur 2 sampai 5 tahun, sangat wajar jika anak sering rewel, sulit diajari, usil, dan berbagai kenakalan yang mereka lakukan dengan dunianya. Anda harus memberikan kesabaran yang ekstra sebagai wujud dari kasih sayang dalam mendidik anak.

Baca Juga: 5 Ciri Pola Asuh Helicopter Parenting dan Dampaknya Untuk Anak

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Asnan

Tenaga Pendidikan… More »

Related Articles

Back to top button