Tips Memilih Calon Pasangan, Rumah Tangga Langgeng Seumur Hidup


Ilustrasi pasangan suami istri (flickr.com/Kamal Zharif))

Memiliki pasangan yang ideal merupakan cita-cita setiap orang, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Setiap orang memiliki impian akan wujud pasangannya kelak, dari sisi sifatnya, bentuk fisiknya, hingga privillege yang ia miliki. Namun, bagaimana dengan dirinya sendiri? Apakah mampu mendapatkan pasangan sesuai yang diidam-idamkan?

Di bawah ini adalah tips untuk pembaca, terutama bagi yang belum memiliki pasangan, untuk mendapatkan sosok calon suami/istri yang ideal. Sebab, bukan hal yang mudah untuk memilih dan menentukan calon pasangan. Bisa jadi seseorang yang terlihat baik di luar, justru menampakkan sifat aslinya yang buruk saat berada di rumah tangga. Atau mereka yang telah berpacaran selama bertahun-tahun, berantakan saat menjalin rumah tangga.

Yuk, kita simak tips-tips memilih calon pasangan di bawah ini.

Menata diri sendiri

Berbicara tentang pasangan, tentunya diri kita sendiri merupakan pasangan bagi orang lain kelak. Memperhatikan pasangan, artinya juga memperhatikan diri sendiri. Bercermin dengan apa saja yang telah kita miliki, dari kedewasaan, kesanggupan mencari nafkah, tanggung jawab, kesabaran, dan segala hal yang dibutuhkan untuk membangun rumah tangga.

Jika kita kelak mendapatkan pasangan yang sempurna dari sisi materi dan rohani, bagaimana dengan kita sendiri? Jangan sampai pasangan kita kelak menanggung derita akibat memilih diri kita yang menjadi beban baginya. Menata diri sendiri sebelum memilih pasangan tentu sangat penting. Dalam hubungan pernikahan, dibutuhkan kolaborasi yang baik antara suami dan istri.

1. Apakah aku sudah siap?

Untuk menjalin hubungan rumah tangga, ada dua jenis kesiapan yang harus dimiliki seseorang, baik laki-laki maupun perempuan. Dua jenis kesiapan itu adalah kesiapan mental dan materi. Keduanya harus seimbang, tidak boleh berat sebelah. Karena terkadang, seseorang bisa merasa siap untuk menikah hanya karena sudah berumur 25 tahun dan memiliki pekerjaan tetap.

Maka perlu dipertanyakan lagi, apakah ia sudah memiliki mental yang cukup untuk memikul beban sebagai suami/istri? Bagaimana cara mengetahui apakah kita sudah siap mental? Untuk mengetahuinya, kita memang perlu mengevaluasi diri sendiri terlebih dahulu, selama ini, apakah sudah mampu melawan ego pribadi? Sebab, dalam rumah tangga, seseorang tidak bisa menonjolkan egonya, ia harus memandang kepentingan bersama.

2. Hanya sekadar ingin atau serius?

Menikah bukan perkara yang main-main. Sebab, urusan ini akan menyinggung nama baik diri, keluarga, dan juga masa depan anak-anak. Terkadang, seseorang yang sudah “tidak tahan” untuk menapaki jenjang pernikahan, merasa bahwa dirinya sangat serius. Namun sejatinya, yang dirasakannya bukanlah keseriusan, melainkan hanya faktor-faktor sementara. Seperti jatuh cinta, iri pada mantan yang sudah menikah, gengsi dengan teman-teman, dan semisalnya.

Seseorang yang menikah hanya karena merasakan jatuh cinta, tentu lama kelamaan ia akan bosan dengan pasangannya. Hingga akhirnya, ia merasakan kembali sensasi jatuh cinta kepada orang lain. Perlu disadari, bahwa sebagai seorang suami/istri adalah status yang penuh tanggung jawab. Jika sudah memiliki anak, akan bertanggungjawab sebagai ayah/ibu. Sementara itu, kita juga harus tetap bertanggungjawab sebagai anak yang berbakti di hadapan orang tua.

3. Pasangan adalah cerminan diri sendiri

Mempersiapkan mental dan materi sebelum menikah adalah hal yang wajib. Sebab, menikah tidak hanya soal pelampiasan nafsu semata, akan tetapi ia merupakan jalinan komunikasi antara dua insan yang berbeda. Seseorang perlu ‘memantaskan diri sendiri’ untuk menjalani peran sebagai suami/istri, ayah/ibu, ipar, dan anak menantu. Jika memiliki rumah sendiri, ia harus siap hidup di lingkungan sosial dan bertetangga dengan orang-orang.

Ambil waktu luangmu untuk berkaca sejenak. Carilah referensi ilmu manajemen rumahtangga dari perpustakaan, mengikuti kajian-kajian rumah tangga, mengikuti seminar pranikah, atau meminta nasihat-nasihat dari para orang tua. Selanjutnya, amalkan nasihat-nasihat yang sudah didengar dari para senior, dan terapkan di kehidupan sehari-hari. Coba lihat dalam waktu dua atau tiga bulan, apakah mampu berdisiplin dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik? Berhenti merokok, tidak boros, lebih rajin mengurus rumah, tidak mudah marah, menghargai, dan yang lainnya.

Baca Juga:

Jalur Mendapatkan Jodoh

Ada banyak jalur yang bisa ditempuh untuk mendapatkan jodoh. Akan tetapi, hanya ada dua cabang untuk melaluinya, yaitu cabang yang benar dan cabang yang salah. Dari kedua cabang tersebut memiliki jalur-jalurnya sendiri, menyerupai ranting pohon yang memiliki daun-daun.

Di bawah ini kami sebutkan 4 jalur yang bisa ditempuh untuk mendapatkan jodoh. Keempat jalur ini merupakan jalur-jalur yang paling banyak ditempuh oleh seseorang yang ingin mendapatkan pasangan hidupnya. Kami juga menyertakan tips bagaimana mengetahui kriteria yang tepat.

1. Berpacaran

Banyak pasangan yang menikah dengan teman yang pernah duduk di bangku kelas yang sama, baik di SD, SMP, SMU, maupun di bangku kuliah. Tidak jarang juga yang menikah dengan teman satu kantor, saling mengenal saat mengerjakan proyek bersama-sama. Mereka saling bertemu, berbicara, terbiasa, kemudian menyatakan perasaannya masing-masing, hingga akhirnya berpacaran.

Cukup banyak orang yang mengawali sebuah hubungan dengan berpacaran, kemudian menikah setelah satu, dua tahun, atau lebih lama dari itu. Akan tetapi, banyak pula orang-orang yang melanggengkan hubungan asmara dalam status “pacaran” yang akhirnya harus kandas di tengah jalan, alias putus. Setelah putus, mereka mencari pacar yang baru, kemudian bosan, dan putus lagi. Tidak memiliki keseriusan dalam berhubungan, dan hanya membuang-buang waktu masa muda.

2. Melalui biro jodoh

Biro jodoh sering menjadi alternatif bagi seseorang yang kesulitan dalam menemukan pasangan. Ingin menikah, tetapi takut salah arah. Ada banyak biro-biro jodoh yang ada di Indonesia, dari yang syar’i hingga yang jauh dari tuntungan agama. Seseorang harus berhati-hati saat memilih biro jodoh mana yang ingin diambil untuk mendapatkan calon pasangan. Sebab, biro jodoh yang salah akan menuntun ke proses yang salah pula.

Melalui biro jodoh, Anda dapat memilih kriteria pasangan yang diinginkan untuk berumahtangga. Dari fisiknya, sifatnya, keluarganya, latar belakang sosial, pendidikan, karir, passion, agar pasangan yang dipilih cocok dengan diri Anda. Hal yang perlu diingat dalam proses ini adalah kejujuran satu sama lain, tidak perlu minder dengan status sosial, pekerjaan, karena setiap insan akan menemukan jodohnya masing-masing.

3. Media sosial

Di era global, seseorang dapat dengan mudahnya terhubung dengan dunia luar, bahkan tanpa perlu membuka pintu kamar. Cukup dengan menyalakan ponsel, memiliki koneksi internet yang stabil, Anda sudah dapat menjelajahi dunia sosial yang serba canggih di zaman modern ini. Anda dapat terhubung dengan siapa pun, di mana pun. Bahkan untuk mencari calon pasangan, Anda hanya perlu memperkenalkan diri dengan seseorang yang memiliki profil yang cocok.

Namun, perlu diperhatikan lagi bahwa ada etika dan moral yang perlu diperhatikan saat ingin berkenalan dengan seseorang di media sosial, terlebih jika tujuannya untuk menjalin hubungan. Pun sebaliknya, jika ada yang ingin mengajak berkenalan dengan Anda, sebaiknya tidak langsung menerima dengan gampang. Tetap berhati-hati dan waspada. Tidak semua orang yang ada di media sosial memiliki niat yang baik, meski dari tutur katanya lembut dan memikat.

4. Melalui perantara keluarga

Keluarga merupakan hubungan pertama yang kita miliki, terutama keluarga inti, yaitu orang tua dan saudara kandung. Pastinya, keluarga ingin kehidupan yang kita jalani menjadi semakin baik, dan masa depan yang cerah kelak. Keluarga memiliki keresahan dan kegelisahan jika melihat salah satu anggotanya menghadapi masalah, seperti sulit mendapatkan pasangan. Oleh karena itu, keluarga terkadang mencoba mencarikan calon, dari orang terdekat yang memiliki karakter baik.

Hal yang menjadi masalah di sini adalah rasa gengsi, malu dengan perjodohan, takut dibilang “tidak laku” oleh teman-teman sepermainannya, dan lain-lain. Tidak semua perjodohan itu buruk, dan tidak ada salahnya untuk berkenalan dengan calon yang dipilihkan keluarga. Selagi prosedurnya syar’i dan sesuai tuntunan agama, tidak perlu malu dan gengsi. Namun, jika memang calon pasangan tersebut tidak cocok, keluarga pun tidak memiliki hak untuk memaksa.

Ikhtiar Bukan Untuk Mencari Kesempurnaan

Usaha dalam “memantaskan diri” sebelum menjemput jodoh, berkenalan dengan lawan jenis, mendaftar biro jodoh, atau dikenalkan dengan calon, adalah bagian dari ikhtiar. Menikah merupakan salah satu ibadah yang memiliki nilai pahala di sisi Allah. Tentunya, Allah tidak akan membuat usaha tersebut menjadi sia-sia.

1. Sekurus-kurusnya ikan pasti ada dagingnya

Di dunia ini, tidak ada manusia yang bisa disebut “sempurna”, selain para Nabi dan Rasul. Lebih-lebih, saat ini kita hidup di akhir zaman, sangat sulit mencari insan yang benar-benar bisa menjamin rumah tangga kita selamat dari pertengkaran dan konflik internal. Oleh karena itu, hendaknya kita memasrahkan semuanya kepada Allah semata.

2. Segemuk-gemuknya ikan pasti ada durinya

Untuk mencari pasangan yang ideal dan cocok dengan diri kita, hendaklah memandang kekurangannya juga. Jika kita berharap pasangan mau menerima kekurangan kita, apakah kita mampu menutupi kekurangan mereka, menjaga aibnya, dan menjadi pengisi pada sisi mereka yang kosong? Tidak ada salahnya jika kita harus bersabar, selama dua-duanya memiliki ketaqwaan kepada Allah.

Baca Juga:

3. Utamakan akhlak dan tanggung jawab

Dalam menjalani hidup sebagai orang dewasa, ada dua hal besar yang perlu diperhatikan dengan sangat serius. Menurut istilah Islam, dua hal besar tersebut adalah “hablum minallah, hablum minannas”  yaitu hubungan secara horizontal ke sesama manusia, dan secara vertikal kepada Allah. Akhlak, sikap, tutur kata, ibadah, sejatinya merupakan hubungan vertikal kepada Allah.

Sementara itu, ketekunan, kerja keras, kedisiplinan, dan tanggung jawab merupakan hubungan horizontal kepada sesama manusia. Di dalam dunia kerja, bertetangga, bahkan di dalam rumah, kita perlu memperhatikan bagaimana hubungan dengan sesama manusia. Nah, itu dia nasihat dan tips mencari jodoh yang akan menjamin rumah tangga langgeng seumur hidup.

Baca Juga: Masih Jomblo? Ini 5 Aplikasi Pencari Jodoh Terbaik

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.


Explorer