Praktik Pembelajaran Diferensiasi Produk Melalui Pameran Kewirausahaan


Pada dasarnya setiap anak terlahir dengan kodrat diri masing-masing, seperti yang diajarkan dalam Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara. Setiap anak memiliki potensi yang wajib untuk digali dan mereka dituntun supaya bisa mengembangkan potensi tersebut. Pendidikan adalah wadah yang berfungsi untuk mengembangkan potensi anak. Pada saat anak berproses dalam belajar dan mengembangkan potensinya, mereka memiliki minat serta gaya belajar masing-masing. Keberagaman ini harus bisa difasilitasi oleh institusi pendidikan.

Kurikulum Merdeka hadir menjawab keberagaman dalam proses pembelajaran yang dikemas dalam pembelajaran berdiferensiasi. Terdapat tiga jenis pembelajaran berdiferensiasi, yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Pada kegiatan belajar mengajar, tidak harus ketiga jenis diferensiasi ini dimunculkan, namun bisa salah satu saja.

Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran Berdiferensiasi (dok.pribadi/faififannum)

Istilah diferensiasi mungkin terdengar sebagai hal yang tidak asing lagi, karena pada dasarnya artinya adalah perbedaan. Namun mungkin bagi sebagian praktisi pendidikan, ini adalah sebuah istilah baru yang masih asing di telinga. Bagaimanakah implementasi pembelajaran berdiferensiasi di lingkungan sekolah?

Diferensiasi konten terkait materi yang beragam yang akan diberikan ke murid sehingga mampu mengakomodir kebutuhan belajar murid. Contoh konten materi bisa dalam bentuk teks, podcast, atau video. Diferensiasi proses terkait keberagaman fasilitasi guru kepada murid selama proses kegiatan belajar mengajar. Sebagian murid ada yang hanya membutuhkan pemaparan materi sekali saja dan paham. Sebagian murid ada yang perlu pemaparan secara intens hingga akhirnya paham, atau yang lebih dikenal dengan istilah scaffolding. Diferensiasi produk terkait keberagaman produk yang akan dihasilkan oleh murid yang biasanya disesuaikan dengan minatnya.

Pembelajaran berdiferensiasi akan mampu mengembangkan dan meningkatkan kreativitas murid. Praktik pembelajaran berdiferensiasi produk dapat dilaksanakan melalui suatu proyek kewirausahaan. Beberapa murid bisa berkelompok untuk berdiskusi dan mencetuskan ide produk yang akan mereka ciptakan. Keterampilan kolaborasi akan terbentuk melalui pembelajaran kelompok. Selain itu juga, murid akan belajar untuk berpikir kritis, mengemukakan ide, serta menghargai pendapat orang lain.

Pada praktik pembelajaran diferensiasi kali ini, penulis mengaplikasikannya pada mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan. Murid bersama-sama dengan guru menentukan tema proyek serta tujuan pembelajarannya. Selanjutnya setiap kelompok diberikan kebebasan dalam menentukan produk yang akan diciptakan sesuai dengan tema. Tujuan akhir dari pembelajaran ini adalah setiap kelompok bisa menciptakan produk tertentu dan memamerkan serta mengkomersilkannya dalam acara pameran kewirausahaan.

Tema yang diusung dalam proyek kewirausahaan ini adalah Produk yang Ramah Kantong Pelajar. Artinya setiap kelompok harus bisa menentukan ide usaha produk dengan nilai jual yang sesuai dengan isi kantong pelajar. Murid-murid menyepakati bahwa harga jual yang ramah dengan kantong pelajar adalah maksimum Rp 10.000,00. Produk yang digagas bermacam-macam, mulai dari makanan, minuman, hingga accessories.

Pada pembelajaran berdiferensiasi produk, guru memfasilitasi murid dalam menggali ide untuk pencetusan produk, supaya produk yang akan dihasilkan memiliki harga jual yang tidak lebih dari Rp 10.000,00. Setiap kelompok terlebih dahulu membuat sampel produk untuk dikonsultasikan ke guru. Pada tahap ini, guru akan memberikan masukan terkait produk yang dihasilkan kelompok. Selanjutnya setiap kelompok bisa memproduksi secara massal atau terlebih dahulu merevisi produknya sesuai dengan masukan guru.

Selain masukan terkait produk, guru juga menuntun murid-murid dalam kelompok untuk menggali kreativitasnya dalam mendesain kemasan produk, sekaligus mencetuskan nama produknya. Kemasan produk akan memberikan tampilan produk yang lebih elegan sehingga layak dan bernilai untuk dikomersilkan. Selain itu juga, penentuan nama produk yang unik akan mampu meningkatkan daya jual melalui rasa penasaran konsumen yang menggelayuti pikirannya.

Produk dari Praktik Kewirausahaan

Produk yang Dihasilkan (dok.pribadi/faififannum)

Beberapa produk yang telah berhasil diciptakan murid-murid dalam kelompok yaitu minuman sinom selasih (shinsei), ayam tepung (chickling), roti selai (jam bread), pisang coklat (ndalu), susu cochocolatos (gozilatos), boba milk (ngeboba), strap masker, dan sebagainya. Beberapa produk ini yang menghiasi meja pada saat pameran kewirausahaan yang dilaksanakan di SMK Plus Nahdlatul Ulama Sidoarjo pada bulan Februari tahun 2022.

Peserta yang mengikuti pameran kewirausahaan adalah seluruh murid kelas XI, sebagai bentuk tagihan dari mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan. Pameran ini adalah suatu pembelajaran nyata yang akan menguji kemampuan murid dalam berwirausaha, mulai dari merencanakan produksi, mengumpulkan alat dan bahan pembuatan produk, memproduksinya, mengemasnya, hingga mempromosikan dan memasarkannya. Pada saat pameran, murid harus bisa menawarkan dan mempromosikan produknya.

Gagasan Pameran Kewirausahaan terbukti mampu mengaktifkan kreativitas murid dalam berwirausaha. Pembelajaran berdiferensiasi produk tercapai melalui keberagaman produk yang diciptakan murid-murid dalam kelompok. Luaran yang didapatkan bahwa murid menjadi lebih kreatif, berani mengambil keputusan yang bertanggung jawab, mampu berkolaborasi, berpikir kritis, dan terasah kemampuan komunikasinya.

Baca Juga: Inovasi Produk Berbasis Ekstrak Daun Ketepeng Cina Sebagai Gel Antipruritik

Luaran lainnya yaitu meningkatnya kemampuan literasi murid. Pameran Kewirausahaan ini tidak hanya sebatas menciptakan produk lalu memasarkannya, namun diawali dengan pembuatan proposal kewirausahaan. Pada proposal tersebut, murid menuliskan latar belakang pemilihan produk yang akan diciptakan. Alat dan bahan pembuatan produk serta teknik pembuatannya juga dituliskan dalam proposal. Yang terpenting lagi yaitu anggaran biaya dalam pelaksanaan produksi serta penentuan harga jual produknya.

Bisa dikatakan bahwa sebagian besar murid merasa kesulitan dalam penulisan proposal kewirausahaan. Namun dengan adanya fasilitasi dari guru, mereka berhasil membuat proposal kewirausahaan. Bagaimanapun, persepsi sulit dalam pelaksanaan pembelajaran akan menjadi hal mudah di bawah tangan guru yang inovatif. Begitu juga dengan implementasi pembelajaran berdiferensiasi, guru inovatif selalu memiliki kreasi dan terobosan-terobosan baru dalam menjalankan praktik pembelajaran berdiferensiasi, sehingga keberagaman murid dalam minat dan gaya belajar akan terakomodir.

Baca Juga: 9 Pengalaman Berharga Menjadi Guru, Tidak Terlupakan!

 

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.


One Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *