ParentingLife

Kerap Lakukan Kekerasan Verbal pada Anak? Cegah Trauma Mental dengan 5 Hal Ini

Ada banyak faktor yang memengaruhi tumbuh kembang anak, salah satunya adalah pola asuh. Orang tua mana pun pasti mengerti bahwa pola asuh yang baik dapat memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan anak, begitu pula sebaliknya.

Akan tetapi, pada praktiknya, ada saja hal-hal tidak layak yang dilakukan orang tua terhadap anak. Salah satu yang paling sering terjadi adalah kekerasan verbal pada anak seperti memarahi, mengumpat, berteriak, berbahasa kotor, atau bahkan gabungan dari semua itu.

Kekerasan verbal pada anak tersebut tentu akan memberikan dampak buruk bagi perkembangan mental si kecil. Anak akan tumbuh menjadi sosok yang penakut, tidak percaya diri, pendendam, menjadi pemarah, bahkan mengalami depresi dan gangguan mental. Bahayanya lagi, kesehatan mental dapat memengaruhi kesehatan fisik, loh!

Umumnya kekerasan verbal pada anak terjadi di bawah pengaruh emosi yang tidak terkontrol. Pemicunya bisa beragam, terutama tingkah polah anak yang menimbulkan perasaan jengkel.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu mengobati trauma mental pada anak yang sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan seperti disebutkan di atas. Melansir dari Smart Parenting, inilah beberapa cara untuk mencegah trauma mental pada anak.

1. Meminta maaf setelah marah

Meminta maaf pada anak setelah memarahinya menjadi hal pertama yang wajib dilakukan oleh orang tua. Tunjukkan rasa penyesalan dengan tulus, utarakan pula alasan-alasan logis yang menjadi pemicu kemarahan.

Selain dapat memberikan efek perdamaian, permintaan maaf dapat meredakan emosi anak. Anak akan merasa lebih dihargai serta disayangi.

Baca Juga:

2. Tunjukkan rasa cinta kepada anak

Ada banyak hal yang bisa dilakukan orang tua kepada anak untuk menunjukan rasa cinta. Salah satu cara yang paling sederhana adalah dengan memberikan sentuhan fisik.

Setelah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan, sentuhan fisik seperti pelukan, kecupan, belaian, atau genggaman tangan menjadi sangat berarti bagi anak. Sentuhan-sentuhan fisik tersebut dapat mengembalikan kepercayaan anak terhadap kasih sayang orang tua.

3. Jadilah pendengar yang baik

Bukan hanya orang dewasa, anak-anak pun juga butuh didengarkan. Beri mereka kesempatan untuk mengutarakan alasan, pendapat, serta perasaannya.

Jadilah pendengar yang baik dengan tidak menyangkal apalagi memotong perkataan anak. Biarkan anak menuntaskan apa yang ingin ia ungkapkan terlebih dahulu, baru kemudian luruskan atau beri pemahaman atas hal-hal yang kiranya keliru.

4. Selalu berkomitmen pada aturan yang telah ditetapkan

Setelah situasi lebih tenang, bicarakan hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan dan berpegang teguhlah pada ketetapan tersebut. Berikan juga alasan logis mengapa batasan-batasan tersebut dibuat.

Misalnya mengenai urusan makan. Dilarangan makan sambil berdiri karena hal tersebut tidak sopan, menyalahi ajaran agama, serta berisiko menimbulkan kecelakaan yang dapat membahayakan jiwa sang anak.

Selanjutnya, tetaplah latih kedisiplinan anak dengan sabar dan secara terus menerus hingga anak menjadi terbiasa. Berilah contoh yang baik pada anak, karena bagaimana pun anak-anak merupakan peniru ulung atas perilaku orang dewasa.

Baca Juga:

5. Selalu menjaga komunikasi dengan anak

Hubungan yang hangat antara orang tua dan anak dapat menumbuhkan perilaku positif. Hubungan yang baik bukan hanya perihal kuantitas, melainkan juga kualitas. Tetaplah selalu menjaga komunikasi dengan anak. Pastikan bahwa anak merasa nyaman saat berkomunikasi. Hindari memaksa anak untuk bercerita di saat ia sedang tidak ingin melakukannya. Selain itu, jangan pernah menuntut terlalu dalam agar anak menceritakan hal-hal yang sekiranya bersifat privasi.

Itulah tips mengobati trauma mental pada anak agar tidak mengganggu kehidupannya di masa depan. Dalam beberapa kasus, mungkin dibutuhkan penanganan secara khusus.

Baca Juga: Yuk Simak! 5 Tips Efektif Untuk Mengatasi Mental Health

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Related Articles

Back to top button