Arsitektur

Keindahan Arsitektur Masjid Raya Sumatera Barat, Desainnya Terinspirasi Dari Peristiwa Hajar Aswad

Masjid Raya Sumatera Barat atau juga dikenal dengan sebutan Masjid Mahligai Minang ini merupakan masjid terbesar di Sumatera Barat.

Masjid ini merupakan hasil rancangan dari arsitek Rizal Muslimin, yaitu pemenang sayembara desain Masjid Raya Sumatera Barat yang diikuti oleh 323 peserta arsitek dari berbagai negara pada tahun 2007.

Masjid Raya Sumatera Barat pernah mendapat penghargaan internasional dari Al Fozan Award for Mosque Architecture sebagai salah satu dari tujuh arsitektur bangunan masjid terbaik di dunia. Penobatan tersebut merupakan bagian dari Penghargaan Abdullatif Al-Fozan untuk arsitektur masjid yang digelar di Madinah, Arab Saudi.

Filosofi Desain Masjid Raya Sumbar

Masjid Raya Sumatera Barat (wikimedia.commons)

Untuk desain atap Masjid Raya Sumbar, bentuknya bukan semata-mata menduplikasi model atap bangunan lokal melainkan terinspirasi dari peristiwa peletakan batu Hajar Aswad oleh Nabi Muhammad.

Filosofi desain tersebut menggambarkan bentuk bentangan kain yang digunakan untuk mengusung batu. Ketika itu empat kabilah suku Quraisy berselisih pendapat mengenai siapa yang berhak memindahkan batu Hajar Aswad ke tempatnya semula. Kubahnya itu diibaratkan seperti kain surban yang digunakan Nabi Muhammad agar masing-masing perwakilan suku mendapatkan peran dalam mengangkat kembali batu Hajar Aswad.

Baca Juga:

Konstruksi Masjid Raya Sumbar

Interior Masjid Raya Sumatera Barat (kontraktorkubahmasjid.com)

Arsitektur masjid ini mengikuti tipologi arsitektur Minangkabau dengan ciri bangunan berbentuk gonjong, jika dilihat dari atas, masjid ini memiliki 4 sudut lancip yang mirip dengan desain atap rumah gadang, hingga ukiran Minang dan kaligrafi pada dinding bagian eksterior masjid.

Konstruksi masjid ini sangat unik. Bangunan terdiri dari tiga lantai. Ruang utama dipergunakan sebagai ruang salat terletak di lantai atas, memiliki teras yang melandai ke jalan. Denah masjid berbentuk persegi yang melancip di empat penjurunya, mengingatkan bentuk bentangan kain ketika empat kabilah suku Quraisy di Kota Makkah berbagi kehormatan memindahkan batu hajar aswad. Sedangkan bentuk sudut lancip sekaligus mewakili atap bergonjong pada rumah adat Minangkabau atau rumah gadang.

Desain ini terinspirasi dari bentuk gonjong rumah gadang dengan penyesuaian kebutuhan geometri ruang ibadah yang berdenah bujur sangkar. Masjid ini mengeksplorasi elemen-elemen arsitektur tradisional Minangkabau.

Baca Juga:

Pencahayaan dan pengudaraan alami diupayakan seoptimal mungkin. Tampak dari adanya lubang-lubang ventilasi yang didesain menarik sebagai ornamen dinding dan atap. Jadi saat siang hari tidak terlalu menghabiskan energi listrik untuk lampu dan AC.

Bangunan utama Masjid Raya Sumatera Barat memiliki denah dasar seluas 4.430 meter persegi. Konstruksi bangunan dirancang menyikapi kondisi geografis Sumatera Barat yang beberapa kali diguncang gempa berkekuatan besar.

Masjid ini ditopang oleh 631 tiang pancang dengan fondasi poer berdiameter 1,7 meter pada kedalaman 7,7 meter. Dengan kondisi topografi yang masih dalam keadaan rawa, kedalaman setiap fondasi tidak dipatok karena menyesuaikan titik jenuh tanah tanah.

Atap masjid berhiaskan ornamen khas Minangkabau berwarna emas dan coklat. Lengkung di atas kolom mengadaptasi gaya arsitektur Timur Tengah.

Ruang utama yang dipergunakan sebagai tempat salat terletak di lantai atas berupa ruang lepas. Lantai atas dengan elevasi tujuh meter terhubung ke permukaan jalan melalui ramp, teras terbuka yang melandai ke jalan. Dengan luas 4.430 meter persegi, lantai atas diperkirakan dapat menampung 5.000–6.000 jemaah. Adapun lantai dua berupa mezanin berbentuk leter U memiliki luas 1.832 meter persegi.

Baca Juga: Rekam Jejak 10 Masjid Tertua di Indonesia, Saksi Bisu Sejarah Islam di Nusantara

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button