PuisiSastra

Himne Bumiputra

EPILOG

Pak,
aku ingin pulang
Meski rumput ilalang
Tumbuh menjulang
Menghadang perjalananku
Dicumbu embun
Dingin merambat hingga ke ubun-ubun

Pak,
aku ingin pulang
Meski sebatang pohon kerontang
Terpaksa tumbang
Menghentikan langkahku
Dikepung rayap
Getas meretak nyaring berderap

Pak,
aku ingin pulang
Menemuimu segera
Melepas simpul rindu yang menyandera
Menepis pagar pemisah jumpa
Tak sekadar memelukmu di atas pusara
Di keabadian itu kuingin berada jua

***

 

TELUK KASIH EMAK

Mak,

Tidakkah engkau mampu membaca
Apa yang terkenang dalam jiwa
Wajah lugu memikul asa
Mengusik letihmu
Mengetuk waktu jedamu

Tahukah engkau,
Mak?
Sepetak sawah masih terbajak dan
Padi kian berubah kekuningan
Warna kesukaanmu
Butir yang menjuntai
Serupa perangaimu

Mak,
Sepotong mimpi kugenggam berlari
Menakhlikkan sela di antara doa kita
Mengirimkan sepi yang kian meraja
Sedang kasihmu sedalam teluk, bermuara
Seluas angkasa yang tak bertepi
Menyongsong tegar ragaku berdiri

Tapi, Mak
Aku merindu
Sepenggal sajak sepi ini
Terpaksa kusudahi
Terangkai apa adanya
Buah dari getasnya pena
Aku ingin segera kembali, Mak
Mengecup semerbak aroma surga
Terjelma di tapak kakimu

***

SI PECUNDANG

Hai ayah!
Ini putrimu yang payah
Yang dahulu penuh semangat menatap dunia di luar rumah
Namun kini merasa kalah
Baru saja menginjakkan kaki beberapa langkah
Tubuh kecil ini sudah dihantam lelah
Sayap-sayapnya perlahan patah
Ketika mulai jauh dari penjagaanmu yang gagah

Maaf ayah
Putri kecilmu ini memang sedikit manja
Sering mengeluh hanya karena sedikit terluka
Entah karena karir atau juga cinta
Merasa kecil di tengah-tengah semesta
Tak sedikit pun berdaya di hadapan dunia
Sekadar untuk berdiri ia tak bisa
Inginnya terus menggenggam erat tanganmu saja
Bersikeras menolak untuk menjadi dewasa

***

SEMARAI

Bu,
Ketika aku terbangun dari mimpi panjangku
Kulihat seraut wajah lelahmu
Berjuang untuk keluarga sejak masa dulu
Aku mampu melihat itu
Sebuah surga yang terjelma di tapak kakimu

Bu, tak bisakah aku kembali kecil?
Yang sepulang bermain penuh usang dan dekil
Kau marahi, namun malah tertawa usil
Telah kususuri perjalanan waktu ribuan mil
Terlampau jauh hingga melewati masa-masa labil
Dan kini dipaksa tampil
Di tengah dunia dingin hingga menggigil

Bu, demi jiwaku yang masih nihil
Aku ingin kedewasaan ini menjadi mustahil

***

 

Baca Juga: Wanita Naif

 

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button