Bulan Ramadhan merupakan bulan yang selalu dinantikan oleh seluruh umat muslim. Selain berpuasa, kegiatan di bulan Ramadhan seperti tarawih, tadarus Alquran merupakan ibadah yang rutin dikerjakan umat muslim.
Beragam kegiatan di bulan Ramadhan di Indonesia pada bulan Ramadhan. Yuk simak, beberapa kegiatan di bulan ramadhan, dan apakah kegiatan ini hanya populer di Indonesia saja?
1. Tradisi membangunkan sahur
Tradisi membangunkan sahur sudah dilakukan masyarakat Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu. Pada zaman dahulu tradisi ini dilakukan dengan memukul beduk di masjid atau musala dan memukul kentungan sambil berkeliling kampung. Pada saat ini, tradisi membangunkan sahur dilakukan dengan menggunakan pengeras suara atau toa di masjid.
Namun tradisi membangunkan sahur seperti ini banyak menimbulkan pro kontra di masyarakat. Karena dianggap mengganggu dengan bisingnya suara yang ditimbulkan dari pengeras suara di masjid.
Tahu gak sih bagaimana tradisi membangunkan sahur pada zaman Rasulullah dahulu? Pada zaman Rasulullah, membangunkan sahur dilakukan dengan suara azan. Azan dilakukan sebanyak 2 kali. Azan pertama dikumandangkan sebelum fajar oleh Bilal bin Rabah, yang berfungsi membangunkan orang untuk salat malam dan sahur. Azan yang kedua dilakukan oleh seorang tunanetra yang bernama Abdullah bin Ummi Maktum sebagai penanda datangnya waktu salat subuh.
Dari Salim bin Abdullah bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Bilal mengumandangkan azan di malam hari, makan dan minumlah kalian hingga Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan azan.” Salim bin Abdullah berkata, “Abdullah bin Ummi Maktum adalah seorang laki-laki buta, ia tidak mengumandangkan azan hingga dikatakan padanya, ‘Subuh telah tiba, Subuh telah tiba’.” (Hadits Shahih Riwayat Malik)
Jadi tidak ada ya, riwayat yang menerangkan membangunkan orang sahur dilakukan dengan teriak, atau keliling kampung sambil memukul-mukul kentungan. Jika ingin membangunkan orang sahur, cukup dilakukan dengan suara azan saja. Sebagai bukti toleransi antar umat beragama.
Baca Juga:
2. Mengadakan peringatan Nuzulul Quran
Nuzulul Quran merupakan peristiwa yang berhubungan dengan turunnya Alquran. Di Indonesia peringatan Nuzulul Quran lazim diadakan pada tanggal 17 bulan Ramadhan. Peringatan tersebut diisi dengan berbagai macam kegiatan seperti pengajian, tahlilan, khataman Alquran, tumpengan, dan lain sebagainya.
Itu zaman sekarang, kalau zaman Rasulullah bagaimana ya? Cara rasulullah memperingati turunnya Alquran adalah dengan membaca Alquran penuh penghayatan. Dan itu dilakukan secara rutin selama bulan Ramadhan. Dan tidak ada kegiatan yang khusus dilaksanakan pada tanggal 17 Ramadhan.
“Dahulu Malaikat Jibril senantiasa menjumpai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam pada setiap malam Ramadan, dan selanjutnya ia membaca Alquran bersamanya.” (Riwayat Al Bukhari)
Walaupun kegiatan di bulan Ramadhan seperti Nuzulul Quran diperingati sebagai hari perayaan setiap tahun, dan orang yang merayakannya berniat baik, akan tetapi perayaan tersebut tidak disyari’atkan. Bahkan tidak ada satu pun riwayat dari Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam, dan seluruh sahabat dalam merayakan Nuzulul Quran pada bulan Ramadhan.
Baca Juga:
3. Melakukan takbiran
Takbiran merupakan suatu tradisi yang dilakukan pada malam sebelum Idulfitri. Takbiran menandakan sukacita muslim karena mampu melewati ibadah puasa 1 bulan lamanya. Masyarakat muslim di Indonesia, melakukan takbiran dengan bertakbir secara bersama-sama atau berjemaah. Biasanya diselenggarakan di masjid dan musala.
Sebagian umat muslim melakukan takbiran sambil berkeliling kota dengan berjalan kaki maupun dengan naik kendaraan. Ada yang melakukan takbir sambil menyalakan petasan, kembang api, membunyikan sirene, dan klakson kendaraan. Tidak hanya itu, sebagian juga merayakan takbiran dengan menabuh bedug, kentungan, dan alat perkusi lain sebagainya.
Bagaimana ya cara Rasulullah bersuka cita pada malam takbiran.
Sebagaimana keterangan riwayat dari Anas Radhiallahu ‘Anhu, beliau mengatakan, “Dulu para sahabat ketika bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antara mereka ada yang sedang melantunkan laa ilaaha illallah.., dan ada yang melantunkan Allahu akbar…” dan mereka tidak seragam (dalam melantunkan takbiran). (Liqa’at Bab al-Maftuh, volume 2, no. 31)
Dari hadis di atas, Nabi Muhammad dan para sahabat juga melakukan takbir. Bedanya mereka tidak melakukan takbir secara berjemaah. Kalimat takbir yang diucapkan juga tidak seragam. Dan tidak ada bunyi-bunyi yang berasal dari beduk, petasan, kembang api, dan lain sebagainya.
Baca Juga:
4. Ngabuburit menjelang buka puasa
Istilah ngabuburit berasal dari bahasa Sunda yang berarti melakukan kegiatan pada sore hari. Filosofi ngabuburit pada bulan Ramadan adalah mengisi waktu sampai tiba saatnya berbuka puasa. Tapi banyak nih, waktu ngabuburit hanya dipakai untuk jalan-jalan, main game, tidur, rebahan atau mengobrol yang tidak jelas saja.
Pernah gak sih kamu berfikir, apa yang dilakukan oleh Rasulullah di waktu sore ketika menunggu azan magrib. Pergunakan waktu luang dengan kegiatan di bulan ramadhan yang bermanfaat. Apalagi di bulan Ramadhan, di mana amal saleh yang kita kerjakan mendapat pahala yang berlipat ganda. Isilah waktu ngabuburit dengan kegiatan seperti berdoa, berzikir, membaca Alquran, memberi atau menyediakan makanan bagi orang yang berpuasa.
5. Membeli baju baru untuk hari raya
Untuk menyambut datang nya hari raya Idulfitri, berbagai persiapan sudah dilakukan bahkan sejak awal puasa. Seperti belanja baju baru dan kue untuk kebutuhan Lebaran. Sebagian masyarakat Indonesia, di saat menjelang hari raya, disibukkan dengan aktivitas berbelanja di mal untuk membeli baju lebaran.
Jangan sampai ya puasa kita batal karena membeli baju di mal sampai berjam-jam lamanya. Atau malah kita tidak ikut tarawih karena ada diskon baju lebaran di malam hari. Sayang jika puasa yang kita kerjakan akhirnya sia-sia.
Sungguh Abdullah bin Umar, ia berkata : “Umar mengambil sebuah jubah sutra yang dijual di pasar, ia mengambilnya dan membawanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan berkata : “Wahai Rasulullah, belilah jubah ini serta berhiaslah dengan jubah ini di hari raya dan penyambutan”. Rasulullah berkata kepada Umar: “sesungguhnya jubah ini adalah pakaian orang yang tidak mendapat bagian”. (HR. Al Bukhari).
Nabi Muhammad saja menolak untuk memakai pakaian baru di hari raya, apalagi pakaian tersebut terbuat dari sutera. Dari hadis itu juga diketahui, bahwa berhias di hari raya termasuk kebiasaan yang sudah ada di kalangan para sahabat, dan Nabi Muhammad juga tidak mengingkarinya. Pergunakan pakaian terbaik di hari raya. Terbaik bukan berarti baru ya. Memakai pakaian baru di hari raya boleh saja, asal jangan berlebihan, dan jangan sombong karena memakai baju baru di hari raya.
Nah, beberapa dari kegiatan di bulan Ramadhan yang dilakukan masyarakat di Indonesia ini berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah. Jangan sampai ya, tradisi yang kita lakukan malah membuat kita rugi. Pergunakan waktu di bulan Ramadan ini secara efektif dengan memperbanyak ibadah.
Baca Juga: 5 Langkah Mencapai Kesempurnaan Ibadah Puasa di Bulan Ramadan
0 Comments